Atensi Inflasi NTT, BI Gagas Tanam Cabai Konsep Smart Farming

Loading

Kupang, Garda Indonesia | Cabai merupakan salah satu komoditas penyumbang Inflasi di provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Bank Indonesia memotret inflasi kelompok volatile food Juni 2023 menurun dibandingkan dengan perkembangan Mei 2023. Kelompok volatile food mencatat inflasi sebesar 0,44% (month to month [mtm]), lebih rendah Mei 2023 sebesar 0,49% (mtm).

Menilik kondisi tersebut, maka Bank Indonesia Perwakilan NTT menghelat tanam perdana cabai di lahan pertanian GS Organik di Desa Baumata Timur, Kecamatan Taebenu, Kabupaten Kupang pada Rabu, 2 Agustus 2023 pukul 10.00 WITA—selesai.

Tanam perdana 10 ribu bibit cabai oleh Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT, Donny Heatubun bersama Pengelola GS Organik Gesti Sino, Kadis Pertanian Kabupaten Kupang, Pastor Paroki St. Yoseph Pekerja Penfui, Pendeta GMIT Imanuel Baumata, dan Kepala Desa Baumata Timur, mengusung tema, “Penerapan Teknologi Digital Farming Jinawi dan Tanam Perdana Cabai untuk Mendukung Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan”.

Donny Heatubun saat menyampaikan sambutan, menekankan pentingnya menjaga inflasi karena saat ini ada negara yang laju inflasi di atas 100 persen. “Bank Indonesia Perwakilan NTT selalu mengajak kelompok tani untuk menjaga laju inflasi melalui penanaman cabai hingga peduli pada laju inflasi,” ujarnya.

Bank Indonesia, imbuh Donny Heatubun, selalu mengajak semua pihak  termasuk kelompok kecil petani (demplot) juga kelompok tani Sehati Baumata Timur. Bank Indonesia telah membentuk kluster pangan sejak tahun 2006 hingga dapat diduplikasi kepada kelompok tani lain.

Siswa-siswi SMK praktik kerja lapangan (PKL) di GS Organik, sementara menyiapkan anakan cabai untuk ditanam

Donny Heatubun pun berharap penanaman cabai tak hanya berhenti sampai di sini. “Kami sangat senang sekali menanam cabai hingga pada bersama peduli akan pengendalian inflasi,” tandasnya.

Adapun konsep digital farming diedukasi oleh Bank Indonesia dan diterapkan pada lahan pertanian GS Organik. Bank Indonesia juga mendorong para petani dapat menerapkan pertanian cerdas atau smart farming contohnya berupa irigasi tetes.

Sementara itu, pengelola GS Organik, Gesti Sino kepada media ini menyampaikan pihaknya menyiapkan 10 ribu cabai untuk ditanam pada lahan ketiga di Desa Baumata Timur. Selain itu, imbuh Gesti, konsep digital farming jinawi pun diterapkannya di lahan ketiga ini hingga akan diterapkan pula konsep smart farming.

“Bank Indonesia merekomendasikan smart farming berupa irigasi tetes dengan konsep digital farming menggunakan aplikasi,” ungkap Gesti sembari mengatakan alat yang digunakan dapat mengukur PH tanah, besaran penggunaan pupuk kompos.

Gesti Sino menandaskan, GS Organik memiliki pupuk organik cair dan padat sehingga dapat dipakai selama 3 (tiga) bulan pada lahan pertanian cabai dan berdasarkan referensi alat bantu konsep digital farming memprediksi lahan pertanian seluas 1 hektar dapat memproduksi sekitar 18 ton cabai.

Penulis (+Roni Banase)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *