Pusdalops merekomendasi agar masyarakat di sekitar Gunung Lewotobi Laki-laki dan pengunjung/wisatawan tidak melakukan aktivitas apa pun dalam radius 7 Km dari pusat erupsi dan mengikuti arahan Pemda serta tidak mempercayai isu-isu yan tidak jelas sumbernya.
Larantuka | Pusdalops PB BPBD Provinsi NTT dalam laporan perkembangan atau update pasca-erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki pada Minggu malam, 3 November 2024 menyampaikan bahwa pada Jumat, 8 November 2024, pukul 06:00—12:00 WITA, Lewotobi Laki-laki terlihat jelas hingga tertutup kabut 0-II. Teramati asap kawah utama berwarna kelabu dengan intensitas tebal tinggi sekitar 800—2500 meter dari puncak. Cuaca cerah hingga berawan, angin lemah ke arah barat dan barat laut.
Pusdalops BPBD NTT melaporkan kegempaan yang dilecutkan oleh Lewotobi Laki-laki dengan frekuensi 3 kali gempa letusan/erupsi dengan amplitudo 11—14.8 mm, dan lama gempa 59-977 detik, 1 kali gempa hembusan dengan amplitudo 7.4 mm, dan lama gempa 51 detik, kemudian 1 kali gempa tektonik lokal dengan amplitudo 11 mm, S-P 5 detik dan lama gempa 20 detik dan 1 kali gempa tremor menerus dengan amplitudo 3.7-7.4 mm, dominan 3.7 mm.
Pusdalops pun merekomendasi agar masyarakat di sekitar Gunung Lewotobi Laki-Laki juga perlu mewaspadai potensi banjir lahar hujan pada sungai-sungai yang berhulu di puncak Gunung Lewotobi Laki-Laki jika terjadi hujan dengan intensitas tinggi dan wajib memakai masker/penutup hidung-mulut untuk menghindari bahaya abu vulkanik pada sistem pernafasan.
Adapun wilayah terdampak erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki di Kecamatan Wulanggitang yakni Desa Pululera, Desa Nawokote, Desa Hokeng Jaya, Desa Klatanlo, Desa Boru, Desa Boru Kedang, dan Kecamatan Ile Bura yakni di Desa Dulipali dan Desa Nobo.
Sementara hingga Jumat, 8 November 2024, korban meninggal dunia 9 orang, luka berat 31 orang, luka ringan 32 orang, dirujuk ke RSUD Larantuka 4 orang dan jumlah pengungsi 8.431 jiwa.
Para pengungsi tersebar di 8 (delapan) titik, di Kabupaten Flores Timur berada pada Kecamatan Titehena, 3 pos lapangan dan 6 desa di rumah warga sebanyak 4.149 jiwa dengan dengan perincian 1.068 KK, laki-laki 1.557 jiwa, perempuan 1.604 jiwa, bayi 19 jiwa, balita 201 jiwa, disabilitas 7 jiwa, ibu hamil 11 jiwa, ibu menyusui 15 jiwa dan lansia 302 jiwa.
Pada Kecamatan Wulanggitang, para pengungsi berada di 8 desa (rumah warga sebanyak1.821 jiwa [359 KK]) dengan perincian laki-laki 889 jiwa, perempuan 932 jiwa, bayi 5 jiwa, balita 31 jiwa, lansia 120 jiwa.
Kecamatan Ile Bura, pengungsi dari 3 desa di rumah warga terdiri dari laki-laki 14 jiwa, perempuan 11 jiwa, balita 2 jiwa, ibu hamil 2 jiwa dan lansia 1 jiwa.
Kecamatan Demon Pagong, pengungsi dari 2 desa di rumah warga sebanyak 135 Jiwa dengan perincian laki-laki 66 jiwa, perempuan 69 jiwa.
Kecamatan Larantuka, pengungsi dari 8 kelurahan dan 1 desa di rumah warga sebanyak 85 Jiwa dengan perincian laki-laki 36 jiwa, perempuan 49 jiwa, bayi 2 jiwa, balita 1 jiwa, ibu hamil 2 jiwa dan lansia 15 jiwa.
Kecamatan Ile Mandiri, pengungsi dari 1 desa di rumah warga sebanyak 20 Jiwa dengan perincian laki-laki 8 jiwa dan perempuan 12 jiwa.
Kecamatan Adonara, pengungsi dari 2 desa di rumah warga sebanyak 9 Jiwa dengan perincian laki-laki 5 jiwa, perempuan 4 jiwa, balita 4 jiwa, dan lansia 1 jiwa.
Sementara di Kabupaten Sikka, pengungsi dari 9 desa dan kota Maumere di rumah warga sebanyak 2.187 jiwa dengan perincian laki-laki 961 jiwa, perempuan 1.151 jiwa, bayi 38 jiwa, balita 151 jiwa, disabilitas 2 jiwa, ibu hamil 15 jiwa dan lansia 249 jiwa.
Penulis (+roni banase)