Larantuka | Bekarang adalah dialek melayu tempatan, yang merupakan suatu praktik sosial budaya masyarakat Larantuka dalam mencari ikan atau biota laut lainnya ketika air laut surut.
Kesempatan ini digunakan orang-orang di Larantuka dan sekitarnya untuk turun Bekarang, orang dewasa hingga anak-anak akan turun ke laut membawa serta ember, pisau, nere (anyaman dari daun lontar berbentuk kerucut), dan alat pancing. Sepanjang sore hingga malam, mereka akan sibuk mencari siput dan kerang di cela-cela karang dan pasir.
Kadang aktivitas ini justru menjadi ajang rekreasi bersama keluarga dan teman-teman sekaligus mengumpulkan lauk untuk makan malam di rumah. Kebiasaan ini kemudian mempengaruhi ragam kuliner masyarakat Larantuka yang selalu didominasi oleh makanan-makanan yang bersumber dari laut. Sebut saja Mudu (kuliner Larantuka dengan bahan dasar biota laut).
Namun aktivitas yang menyenangkan ini perlahan-lahan mengalami pergeseran. Akhir-akhir ini, Bekarang justru menimbulkan keresahan bagi masyarakat sekitar, khususnya para nelayan, pemerhati lingkungan, dan pemerintah daerah.
Kegiatan yang berlangsung masif seperti membawa besi panjang berujung runcing untuk menangkap gurita lalu membongkar bebatuan untuk menemukan ikan yang terperangkap di genangan air sebagian besar justru ikan-ikan yang dilindungi, serta kelakuan oknum-oknum tertentu yang mulai menggunakan bahan-bahan kimia tampaknya mulai mengancam keberlangsungan ekosistem laut di Larantuka. Dalam sebulan, air laut akan surut jauh sebanyak dua kali, dan itu semakin banyak masyarakat turun untuk Bekarang, tak jarang ada yang masuk hingga ke daerah perlindungan laut [DPL].
Di Flores Writers Festival 2024, Bekarang coba dibenturkan dengan kondisi lingkungan alam kita saat ini. Bagaimana aktivitas warga yang sebelumnya begitu melekat dengan keseharian justru kemungkinan besar menjadi salah satu variabel yang menyebabkan perubahan iklim atau climate change berlangsung masif saat ini.
Menyikapi permasalahan tersebut, FWF dalam program telusurnya, menghadirkan para penggiat Bekarang dan pemerhati lingkungan laut di pelataran talud Kawasan Perlindungan Terumbu Karang Larantuka untuk berdiskusi menyikapi hal tersebut. Yang dihadirkan di sana Kiston Diaz sebagai pegiat Bekarang kuliner lokal, serta Petrus Ignasius Diaz sebagai anggota Pokmaswas Sandominggo sekaligus anggota BERGUNA (Bergiat Untuk Nusa) yang telah berhasil mengedukasi warga dan menutup pantai dan laut dari aktivitas Bekarang.
Para peserta yang terdiri dari para undangan FWF dan anggota berbagai komunitas se-Flores – Lembata cukup antusias mengikuti acara ini, terlihat dari banyaknya pertanyaan dan masukan yang diberikan.
Mengakhiri pembicaraannya, Petrus mengucapkan terima kasih kepada FWF atas apresiasinya dan akan terus bergiat, “Terima kasih atas apresiasinya, kami akan semakin giat untuk menjaga laut dan transplantasi terumbu karang” terangnya.(*)
Sumber (*/Berguna/ Kurator FWF)