Semana Santa – Nilai Pariwisata dan Religi (3)

Loading

Semana Santa sebagai salah satu wisata yang berhubungan dengan tata cara kehidupan suatu suku bangsa. yang mana turut membuat ekonomi di Larantuka menggeliat. Hal ini dikarenakan pada saat perayaan ini berlangsung, hotel-hotel yang ada di Larantuka biasanya sudah penuh dan tarif kamar hotel akan dinaikkan. Demikian pula hunian warga pun bisa disulap menjadi hunian para peziarah.

Jasa sewa mobil antarkota se-Flores pun laris manis. Kendaraan umum dengan rute Nelle -Larantuka bahkan tidak mudah untuk dicari, terutama mendekati Kamis Putih dan Jumat Agung. Pelayanan feri ASDP pun menyediakan rute khusus bagi para peziarah.

Meskipun demikian, di balik perayaan suka cita tersebut pihak gereja merasakan keprihatinan mendalam. Uskup Larantuka Monsinyur Fransiskus Kopong Kung Pr. misalnya, mengatakan bahwa Yubelium Tuan Ma sebenarnya menggambarkan perjalanan umat di Larantuka yang sudah tua. Seharusnya, keimanan yang mantap tercermin dalam kehidupan sehari-hari umat. Namun, realitas di dalam banyak bidang ternyata masih menghadapi tantangan berat.

Menurut Uskup Kopong Kung, banyak anak-anak muda setelah lulus sekolah menengah atas (SMA) atau sekolah menengah kejuruan (SMK) menganggur tanpa pekerjaan. Akibatnya, hal tersebut membuat rawan dengan tindak kekerasan atau kriminal, apalagi dicemari oleh minuman keras atau narkoba.

Masalah lainnya, dibeberkan oleh Pater Alex Beding yakni kesadaran berusaha, keterampilan, daya, dan daya juang yang rendah dari generasi muda meskipun sebenarnya masih ada peluang. Apabila iman seseorang kuat, seharusnya mereka memiliki cara pandang positif dan optimis dalam melihat dunia dan tidak pasrah kepada keadaan.

Guna mengantisipasi pengaruh negatif perkembangan zaman, pemerintah daerah Flores telah berupaya antara lain dengan membatasi izin kafe atau tempat hiburan malam, terutama di daerah kota. Mereka tidak akan memberikan izin pendirian hiburan malam lainnya karena identitas Kota Larantuka adalah sebagai Kota Reinha. Yubileum Tuan Ma seharusnya menjadi suatu gerakan pembaruan kesadaran umat karena ada unsur tradisi dan unsur keagamaan di dalamnya. Keduanya menyatu sangat intens dan sulit untuk dipisahkan.

Pada prosesi Semana Santa dapat terlihat keunikan devosi Bunda Maria oleh masyarakat Larantuka sampai saat ini. Anggota keluarga yang jauh berada di luar Flores Timur atau luar Nusa Tenggara Timur akan pulang untuk mengikuti prosesi ini.

Kendati demikian, sampai saat ini sosok Bunda Maria masih sangat sakral atau keramat bagi warga Larantuka. Hal inilah yang menyebabkan masyarakat merasa khawatir akan mengalami hal-hal buruk yang tidak diinginkan, seperti dampak kutukan apabila sembarangan menyebut nama dari patung tersebut.

Begitu sakral sosoknya hingga membuat masyarakat takut untuk menyebut namanya. Sampai sekarang, di luar masa Pekan Suci para warga tidak diperbolehkan melihat patung Tuan Ma. Sebab, patung itu hanya boleh dikeluarkan pada saat Kamis Putih dan Jumat Agung saja. Setelah itu, patung tersebut akan disimpan kembali di ruangan yang khusus.(*)

Sumber (*/stekom.ac.id)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *