Ketua PKM FKM dan Faperta Undana, Prof. Intje Picauly menyampaikan bahwa Kelurahan Busalangga, Kecamatan Rote Barat Laut merupakan lokasi yang mempunyai 28 anak balita terukur mengalami stunting atau tinggi badan tidak proporsional.
Rote Ndao | Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2024 menunjukkan prevalensi stunting pada wilayah Nusa Tenggara Timur ( NTT) menurun sebesar 0.9% dari 37.9%. Hal ini berarti sampai tahun 2024 prevalensi stunting di bumi Flobamora masih tinggi dari cut of poin standar kesehatan masyarakat menurut Kemenkes RI 10% dan WHO 20%. Dengan demikian permasalahan stunting masih menjadi prioritas perhatian pemerintah dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan tujuan mencapai generasi emas di tahun 2045.
Kabupaten Rote Ndao merupakan salah satu kabupaten yang turut merasakan kebahagiaan yang sama yaitu penurunan prevalensi stunting sebesar 7% dari 20.5% (2023) menjadi 18.8% (2024). Namun, apa pun kebahagiaan itu masih tersisa pekerjaan rumah yang tidak ringan yaitu terus mengupayakan penurunan prevalensi dan kasus stunting di bawah cut of point 10%.
Hal tersebut disebabkan stunting dapat berpengaruh nyata terhadap kualitas kesehatan masyarakat yang berujung pada rendahnya kualitas sumber daya manusia dan usia harapan hidup yang tergambar dalam indeks pembangunan manusia (IPM). Wilayah kelurahan merupakan salah satu wilayah yang belum tersentuh penuh dalam proses percepatan pembangunan stunting. Sehingga masyarakat di level kelurahan banyak yang tak mendapatkan program-program percepatan sebagaimana diperoleh masyarakat di wilayah pedesaan.
Mencermati kondisi tersebut, maka dihelat pengabdian kepada masyarakat (PKM) Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) dan Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana (Faperta Undana) Kupang bertema, “Penguatan Kapasitas Tokoh Agama dalam Upaya Percepatan Penurunan Stunting di Wilayah Prevalensi Stunting Kabupaten Rote Ndao, Provinsi NTT.”

Adapun tim pelaksana PKM dinakhodai Prof. Dr. Intje Picauly, M.Si. beranggotakan Dr. Maria MD. Wahyuni. SKM., M.Epid., Dr. Marni, SKM,. MKes. Deviarbi Sakke Tira, SKM., M.Kes. Marselinus Laga Nur, SKM., MKes. Soleman Landi, SKM., M.Sc. Prof. Ir. Marthen Robinson Pellokila, MP,. PhD. Dan Grouse Oematan. SKM., MPH..
PKM FKM dan Faperta Undana Kupang tahun 2025 ini menyasar para tokoh agama (Toga) Protestan, Islam, dan Katolik sebanyak 25 orang dan 15 kader posyandu pada wilayah Kecamatan Rote Barat Laut, Rote Ndao. Dan dihelat di dua lokasi berbeda, Kecamatan Rote Barat Laut. Kabupaten Rote Ndao pada Rabu—Kamis, 4—5 Juni 2025.
Ketua PKM, Prof. Intje Picauly menyampaikan bahwa Kelurahan Busalangga, Kecamatan Rote Barat Laut merupakan lokasi yang mempunyai 28 anak balita terukur mengalami stunting atau tinggi badan tidak proporsional.
Berdasarkan latar belakang, beber Prof. Intje Picauly, maka pelaksana memilih dilakukan PKM bertujuan meningkatkan kapasitas tokoh agama dalam mendukung percepatan penurunan stunting.
Tahapan PKM FKM dan Faperta Undana 2025
Pelaksanaan PKM berjalan selama dua hari sejak tanggal 4 Juni 2025 berlokasi di Kantor Lurah Busalangga dengan peserta ibu-ibu kader posyandu sebanyak 15 orang dalam rangka simulasi teknologi pascapanen biskuit SEJAGAT (Gula Semut, Jagung, MarungGA, Ikan Teri) untuk alternatif PMT kepada balita gizi buruk.

Pada hari kedua, 5 Juni 2025 di Jemaat Paulus GMIT Klasis Rote Barat Laut dengan jumlah peserta sebanyak 25 tokoh agama yang berasal dari lintas keyakinan yakni: Protestan, Islam, dan Katolik.
PKM diawali dengan pre and pro-test terkait pengetahuan dan praktik dalan upaya percepatan penurunan stunting dari sudut pandang sebagai kader posyandu dan tokoh agama. Hasil pre-test menunjukkan pengetahuan dan tindakan semua peserta masih di bawah ambang baik. Hal ini disebabkan selama ini para kader posyandu dan tokoh agama belum banyak terpapar kegiatan-kegiatan penyuluhan dan pelatihan terkait materi-materi yang diberikan.
Diungkapkan Prof. Intje Picauly, semua peserta sangat antusias selama mengikuti kegiatan. Praktik pemilihan bahan pangan dan penyusunan menu B2SA (beragam, bergizi, seimbang dan aman) menurut Kementerian Pertanian RI serta menyusun proporsi sesuai porsi isi piringku menurut Kementerian Kesehatan RI berjalan dengan sangat baik. Kesepuluh kelompok diberi tugas memilih dan menyusun menu gizi seimbang dan mempresentasikan. Prosentase 100 bagi kelompok yang dapat mempresentasikan hasil sangat baik dan lengkap sesuai empat kelompok peruntukan (anak balita, remaja putri, ibu hamil dan ibu menyusui, termasuk lansia).
Prof. Intje Picauly bersama tim PKM pun menyampaikan rekomendasi bahwa penyelesaian masalah stunting memerlukan kerja sama lintas sektor. Salah satunya tokoh agama. “Pemerintah merupakan pihak yang lebih banyak berperan dapat melakukan koordinasi berkelanjutan dalam rangka penguatan kapasitas tokoh agama sehingga dapat berdampak melalui bidang dan tugas pelayanannya.” tandasnya.(*)
Sumber (*/tim PKM Undana/ Intje Picauly)