Persoalan Guru Ibarat Benang Kusut, Mengurainya Bersama Ana Waha Kolin

Loading

Oleh : Helmy Tukan

“Menjadikan semua murid adalah raja menjadikan sekolah adalah istana belajar yang nyaman karena dengan demikian kita akan melahirkan generasi-generasi penerus bangsa yang berkwalitas”. Sederet kalimat yang sarat makna ini lahir dari Sosok Pendidik yang dikenal dengan senyum khasnya, Yohan Riberu, seorang guru yang mengabdi di SMAN 1 Lewolema.

Beliau menjabat sebagai Kepala Sekolah di sekolah ini. Kalimat pembuka tulisan saya ini begitu menyentuh nurani saya yang juga adalah seorang guru. Menjadi guru bukanlah profesi yang mudah, karena kita dihadapkan dengan siswa yang datang dari beragam latar belakang, beragam kemampuan dasar, bakat dan pengalaman berbeda.

Hari ini begitu beda dengan hari-hari kemarin meski kadang gerimis hadir dan ingin mempercepat datangnya suasana yang semakin sejuk. Jalan menuju ke Desa Bantala terasa begitu jauh karena gemercik titik hujan seolah ingin menghalangi tarikan gas motorku. Jumad ceria mengantarkan kami tim IGI Kabupaten Flores Timur melaksanakan kegiatan Pelatihan pembuatan video pembelajaran di sekolahnya Pak Wily, salah satu pengurus IGI Flotim.

Kegiatan ini sering kami laksanakan selama masa pandemi, karena bagi kami tim IGI, dengan bermodalkan semangat, kami selalu berbagi agar dapat tumbuh bersama menjadi guru yang terampil dan dapat menjawab tantangan zaman yang sudah berubah menjadi era digital.

Kegiatan kali ini dibuka oleh Plt. IGI Flores Timur, Wili Muda, karena Ketua IGI, Frans Berek dipilih menjadi pengurus pusat IGI, tentunya kami merasa terhormat mendapat kesempatan untuk menjadi pengurus di tingkat nasional. Salut dan bangga padamu Pak Frans.

Kembali pada kegiatan pembuatan video pembelajaran sebagai bagian dari program kerja IGI di tahun 2021, IGI melatih para guru se-Kabupaten Flores Timur agar dapat menguasai teknologi dengan demkian dapat meningkatkan kompetensi diri yang berguna bagi kegiatan pembelajaran siswa.

Sebagai guru, kita dituntut agar dapat memberikan solusi belajar bagi anak didik, meski dalam keadaan pandemi seperti sekarang ini. Tentunya, guru tidak kehilangan akal untuk mencari cara terbaik bagi proses belajar anak didiknya, meski lambat karena pengaruh situasi covid, namun kita yakin bisa karena pendidikan adalah sebuah proses untuk mencapai hasil yang maksimal.

Hadir juga pada kegiatan IGI kali ini, Ibu Ana Waha Kolin bersama tim DPRD Provinsi dan Ketua DPRD Kabupaten Flores Timur, Pak Robert Kreta. Rupanya menjawab kerinduan para guru di sekolah ini, Mestakung (semesta mendukung), Tuhan merestui hingga akirnya terjadilah pertemuan yang tak disangka-sangka pada siang hari ini.

Ana Waha Kolin (berbaju hijau) saat berdialog dengan para guru di Flores Timur

Kehadiran para wakil rakyat ini, memberikan angin segar bagi pendidik dan pengajar di desa. “Semua guru menumpahkan segala persoalan dan usul saran kepada para wakil rakyat meski singkat, namun sangat berkesan dan memberi arti yang luar biasa,” kata Pak Yohan.

Persoalan guru bagai mengurai benang kusut semakin ditarik semakin kusut terlihat. Lalu kapan semua permasalahan ini berakhir? Tentunya menjadi tanggung jawab kita bersama, tanggung jawab pemerintah, para wakil rakyat dan masyarakat. Namun, pada kenyataan masalah guru sepertinya tidak pernah ada habisnya.terkhusnya bagi guru SMA dan SMK yang menjadi kewenangan pemerintah provinsi, tentunya semakin menambah benang kusut di dunia pendidikan.

Segala urusan guru harus dilakukan di provinsi, baik guru PNS maupun guru honor. Bukti nyata yang ada, banyak sekali hal yang tidak beres yang terjadi di sekolah ini. Mulai dari minimnya sarana dan pra sarana sekolah, persoalan keterlambatan pembayaran tamsil, pemberhentian sementara tunjangan profesi pada seorang guru yang terjadi sejak 2 tahun lalu.

Masalah yang cukup serius di sekolah ini menjadi lambat untuk diselesaikan karena kita bagai mengurai benang kusut, semakin ditarik semakin kusut. Segala upaya sudah dilakukan, namun hasil belum maksimal. Pemerintah perlu mengkaji ulang mengenai segala permasalahan ini.

Bagaimana mungkin seorang guru dapat bekerja dengan baik jika kesejahteraannya belum tercapai? Apakah guru tetap menjadi guru yang lugu meski telah banyak belajar dari masa orde lama ke masa reformasi hingga saat ini? Guru hanyalah insan pendidik yang mau dengan iklas hati mencerdaskan anak Bangsa.

Berbagai upaya kami lakukan demi masa depan Anak Negeri. Bagi kami, anak didik adalah raja, maka berbagai pelatihan kami ikuti demi pengembangan sebagai guru. Meski, kadang Pemerintah kurang memperhatikan kami terkhusus guru honor di pelosok negeri ini.

Terima kasih IGI Flores Timur yang dengan semangat share and growing together memberikan diri, pikiran dan hati yang tulus bagi para guru di SMAN 1 Lewolema. Terima kasih Ibu Ana Kolin bersama tim, semoga semua permasalahan guru tadi dapat segera diatasi. Tuhan dan Lewotanah merestui segala langkahmu.(*)

Penulis merupakan Guru dan Pegiat Literasi di Kabupaten Flores Timur

Foto (*/koleksi pribadi)

Editor (+roni banase)