Ganjar Pranowo Mengulang Kisah Jokowi

Loading

Oleh : Denny Siregar

“Jokowi tidak akan jadi Capres !” begitu perkataan tegas almarhum Taufik Kiemas, tokoh besar PDIP pada 2014. Di saat itu, Jokowi baru saja jadi Gubernur Jakarta dan muncul desas-desus bahwa dialah calon terkuat untuk menjadi Capres 2014, karena suara Megawati setiap survei selalu di bawah Prabowo.

Memang bukan sesuatu yang umum waktu itu, seorang kader partai jadi Capres, karena Capres itu wilayahnya ketua partai. Apalagi di PDIP, di mana seorang capres haruslah dari trah Soekarno. Jokowi bukan, dia hanya orang biasa yang ideologinya sangat Soekarno, bukan biologisnya.

Tapi mau bagaimanapun, PDIP menghalangi Jokowi, namanya terus naik. Dalam setiap survei, nama Jokowi selalu unggul dibandingkan Prabowo. Ini yang bikin elite PDIP gelisah luar biasa. Seperti buah simalakama, gak nyalonin Jokowi, PDIP bisa kalah, nyalonin Jokowi terus bagaimana perasaan Ibu Mega ?

Untunglah di detik-detik terakhir ‘Bu Mega sangat rasional dan berbesar hati. Jokowi dicalonkan jadi Capres 2014 dan terbukti menang. Dua periode malah. PDIP akhirnya sadar, bahwa zaman sudah berubah. Orang melihat figur atau sosok, bukan lagi partai. Jokowi menyelamatkan PDIP dari kekalahan, seandainya mereka dulu memaksakan Megawati maju perang.

Situasi yang hampir mirip terjadi lagi..

Tiba-tiba terdengar kabar kalau PDIP di bawah kendali Puan Maharani, mencoba menyingkirkan Ganjar Pranowo, Gubernur Jateng dari kemungkinan menjadi Capres 2024. Tiba-tiba Ganjar dimusuhi, bahkan tidak diundang di acara Puan di Jateng. Dalam surat undangan itu semua perwakilan dan kepala daerah di Jateng diundang ke acara, kecuali Gubernur.

Ada apa ?

“Ganjar terlalu ambisi jadi Presiden..” kata Bambang Pacul, Ketua Pemenangan PDIP yang juga ketua DPD PDIP Jateng. Alasan lain yang lebih lucu dinyatakan Bambang, “Ganjar terlalu sering main medsos (media sosial, red), bahkan mau aja diundang jadi host di YouTube.”

Ini alasan kocak sebenarnya, loh kenapa emangnya kalau Gubernur menjalin komunikasi dengan rakyatnya lewat medsos ? Ini kan memang zaman digital ?? Yang salah itu, kalo seorang Gubernur gaptek (gagap teknologi, red) gak ngerti teknologi. PDIP langsung terasa jadoel-nya dengan pernyataan itu. Berasa sebagai partai di zaman purba di kalangan milenial yang hidupnya ada di internet.

Bambang Pacul seperti mengulang kesalahan almarhum Taufik Kiemas. Semakin dihalangi, malah nama Ganjar Pranowo semakin melejit. Sebelum diributkan saja, survei terakhir dari SMRC nama Ganjar ada di atas Prabowo dan Anies Baswedan. Nama Puan jauh di bawah. Halo, ini kenyataan pahit memang tapi harus ditelan. Puan belum laku dijual, jangan dipaksakan..

Tapi saya kok jadi senyum-senyum sendiri baca pola berulang yang hampir tidak disadari. Siapa pun yang digencet PDIP, malah jadi Presiden.

Bu Mega memecat SBY, SBY malah jadi Presiden. Almarhum Taufik Kiemas menghambat Jokowi, Jokowi malah jadi Presiden..Jangan-jangan ketika Ganjar disingkirkan Puan, Ganjar malah yang jadi Presiden ?

Kalau saya jadi pemimpin partai selain PDIP, saya sih senang Ganjar Pranowo dihajar di internalnya. Karena buat saya emas tetap emas meski dia dibuang ke tempat sampah. Lebih baik saya lamar dia, dan saya memosisikan diri jadi Cawapresnya. Biar PDIP nanti manyun karena gada barang yang bagus untuk ditawarkan..

Takdir Tuhan tak bisa ditentang manusia. Kalau Tuhan memang merencanakan seseorang jadi pemimpin, mau dibuang juga tetap akan jadi. Ada juga yang nafsu banget pingin jadi Presiden. Uang ada. Nama ada. Kendaraan ada. Jaringan ada. Tapi berkali-kali nyapres, gagal lagi gagal lagi..

Ah jadi ingin seruput kopi..(*)

Foto utama (*/istimewa)