Lafaek Viqueque : Eurico Guteres Tak Pantas Terima Penghargaan Pemerintah RI

Loading

Kupang–NTT, Garda Indonesia | Lafaek Viqueque, julukan eks pejuang Timtim, Afonsu Hendrique Dacosta Soares Pinto mengatakan, bahwa Eurico Guteres berasal dari kelompok fretelin, tidak pantas menerima penghargaan dari pemerintah Republik Indonesia (RI). Seorang Eurico Guteres diberikan tanda jasa utama merupakan kekeliruan besar dari pemerintah RI.

“Eurico Guteres itu siapa sih? Dia anak kecil yang baru lahir tahun 1969. Dia tidak pantas mewakili seluruh eks pejuang Timtim untuk terima tanda jasa utama dari pemerintah RI,” sebut Lafaek dengan suara keras di Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) pada Jumat, 17 Desember 2021.

Lafaek mengakui bahwa Eurico Guteres memang seorang pejuang tetapi perjuangannya itu dalam barisan fretelin. “Makanya, hari ini kita jangan mau direndahkan oleh fretelin melalui Eurico. Hari ini kami menjadi warga negara Indonesia, kami beli dengan nyawa, darah dan air mata, tulang belulang bercecer di daerah Timor – Timur. Eurico itu mau hilangkan Indonesia dari Asia Tenggara! Saya, komandan pro Indonesia di Viqueque, saya yang tangkap dia dan bapaknya di Foho Matebian. Jadi, kita omong begini bukan mencemarkan nama mereka. Itu fakta!” kata Lafaek, pria kelahiran 22 April 1948.

Pemberian piagam penghargaan dan medali kepada eks pejuang Timor – Timur, lanjut Lafaek, harus berdasarkan kriteria yang jelas. “Jangan, Pemerintah Indonesia dikendalikan oleh fretelin yang berada di tengah – tengah kita. Jangan pasang bongkar veteran karena negara Indonesia bukan negara pasang bongkar. Kita, masyarakat Timtim yang ada di Indonesia harus tolak permainan Eurico. Jangan, kita mau ikut Eurico Guteres untuk membentuk veteran cabang khusus pejuang eks Timor – Timur,” ucap Lafaek.

Bahkan, Lafaek menyebutkan bahwa jika Eurico Guteres terus melakukan misinya untuk memisahkan pejuang asal Timor – Timur dari pejuang lokal maka segera bersatu untuk mengusir mereka keluar dari Indonesia dengan cara kasar. “Kalau itu terjadi, saya mengajak kita berpihak ke teman – teman kita lokal untuk geserkan mereka dengan tanpa kepala atau dengan kepala ke Motaain. Kalau kamu mau bikin kacau, bikin kacau di Dili sana. Pulang! Jangan di Indonesia,” tutur Lafaek.

Lafaek mengawatirkan, ulah Eurico dan kelompoknya itu untuk membentuk negara Timor Raya. Karena itu, Eurico bersama kelompoknya tidak boleh mengadu domba warga eks pejuang Timtim dan warga lokal dengan berbalut penipuan demi kepentingan politik. Apalagi, sejarah mencatat bahwa Eurico Guteres berasal dari kelompok Fretelin.

“Musuh utama saya di Timor – Timur adalah fretelin,” tandas Lafaek.

Pada masa Revolusi Bunga, 25 April 1974, kata Lafaek, dirinya sudah berumur 25 tahun. Waktu itu, Pemerintah Portugal memberikan kebebasan kepada koloni – koloninya di seberang laut untuk menentukan nasibnya, termasuk Timor Portugis. Misi Eurico membentuk kubu veteran khusus eks pejuang Timtim, dikawatirkan menyulut amarah warga lokal, warga lokal bisa saja tersinggung. Pasukan dari Atambua wilayah Indonesia yang ke sana membela NKRI, mempunyai hak yang sama untuk menjadi veteran. Veteran Seroja 21 Mei 1975 – 17 Juli 1976.

Lafaek pun meminta maaf kepada warga lokal, apabila pernah terjadi gesekan antara warga eks Timtim dan lokal. Menurutnya, warga lokal sudah dengan susah payah menerima pengungsi Timor – Timur, dikasih tanah, sawah, dan lain – lain. “Sekarang Eurico buat begini, nanti  masyarakat lokal yang selama ini simpatik dengan kita, bisa berbalik dan menghantam kita,” ungkap Lafaek.

Ditekankan Lafaek, bahwa pengurus veteran dari tingkat pusat hingga ranting sudah ada saat ini. Ketentuan perekrutan sudah tercatat dalam Veteran Seroja April 1975 – Juli 1976.

Terkait adanya dugaan kepentingan politis 2024, Lafaek menegaskan masyarakat jangan mau diperdaya dengan upaya pembodohan oleh Eurico Guteres. Bahwa, keputusan tertinggi ada di tangan rakyat. “Karena itu, masyarakat jangan pilih dia,” sebut Lafaek.

Terhadap tindakan pembodohan publik seperti adanya iming – iming akan diberikan 65 juta per anggota veteran dan lain – lain itu, pihak Lafaek bertekad untuk menyurati para petinggi di pusat. Eurico mengatasnamakan perjuangan integrasi, menggunakan nama besar Presiden RI dan Menhankam untuk menipu masyarakat.

Cancio Lopes De Carvalho menambahkan, bahwa ia sependapat dengan Lafaek untuk menyikapi situasi ini dengan berjuang meluruskan sejarah. Jangan ada satu manusia di Indonesia yang bisa mengubah fakta sejarah Timor – Timur. (*)

Penulis + foto: (*/Herminus Halek)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *