Wagub NTT Dukung Pengembangan PLTP Ulumbu di Manggarai

Loading

Manggarai, Garda Indonesia | Flores merupakan salah satu pulau di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan potensi panas bumi yang sangat besar. Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Pulau Flores menyimpan sumber daya sebesar hampir 1.000 MW dan cadangan sebesar 402,5 MW panas bumi.

Potensi luar biasa itu mendorong Pemerintah Pusat, dalam hal ini Kementerian ESDM, menetapkan Flores sebagai Pulau Panas Bumi (Geothermal Island) pada tahun 2017 melalui SK Menteri ESDM No.2268 K/MEM/2017.

Proses transisi energi yang dijalankan PT PLN (Persero) saat ini dengan mengembangkan pemanfaatan potensi panas bumi Ulumbu yang ada di Manggarai sejalan dengan road map percepatan bauran energi terbarukan sesuai dengan Kebijakan Energi Nasional serta penurunan emisi gas rumah kaca yang tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 112 tahun 2022 tentang Percepatan Pengembangan Energi Terbarukan untuk Penyediaan Tenaga Listrik.

Wakil Gubernur (Wagub) NTT, Josef Nae Soi pun memberikan dukungan penuh pengembangan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) Ulumbu 5-6 (2×20) mega watt (MW)  di Desa Wewo, Kecamatan Satar Mese, Kabupaten Manggarai. Demikian diungkapkan Wagub Nae Soi kepada wartawan usai mengikuti pelantikan pengurus baru PMI Manggarai di aula Nuca Lale kantor Bupati Manggarai pada Jumat, 31 Maret 2023.

Wagub Nae Soi menyatakan pihaknya sangat mendukung program pemerintah pusat melalui PT PLN (Persero) terkait pengembangan PLTP Ulumbu di Poco Leok, NTT. Ia juga mengajak berbagai pihak lainnya untuk turut mendukung program pemerintah pusat dalam pengembangan proyek PLTP Ulumbu di Kecamatan Satar Mese.

“Itu program pemerintah pusat melalui PT PLN. Kita harus mendukung,” ujar tegasnya.

Namun demikian, demi menyukseskan pengembangan PLTP Ulumbu sehingga dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh masyarakat NTT, Wagub Nae Soi meminta pihak PT PLN (Persero) tetap memperhatikan dampak lingkungan dari proyek PLTP Ulumbu.

“Dukung itu program pemerintah pusat tetapi lingkungan harus diprioritaskan,” katanya.

Agar program yang direncanakan dapat berjalan dengan lancar, Wagub Nae Soi berharap PT PLN (Persero) tetap menjaga kerja sama dan kolaborasi dengan para stakeholder. Ia memastikan pemerintah provinsi NTT sangat mendukung pengembangan pembangunan PLTP Ulumbu. Sebab, apabila proyek ini sudah tuntas dan berjalan dengan lancar, suplai listrik di Flores, khususnya di Manggarai, tidak akan bermasalah lagi.

Saat ini, langkah PT PLN (Persero) mengembangkan kapasitas pembangkit PLTP Ulumbu 5-6 (2×20) MW yang berada di kawasan geotermal Poco Leok, Kecamatan Satar Mese, Kabupaten Manggarai sangat beralasan mengingat PLTP Ulumbu baru memberikan daya listrik terpasang sebesar 4×2,5 MW.

Untuk diketahui, pasokan listrik pada beban puncak malam hari di wilayah Kabupaten Manggarai disuplai dari sistem interkoneksi pembangkit listrik tenaga mesin gas (PLTMG) Flores (Rangko) Labuan Bajo dan PLTU Ropa. Artinya, pasokan listrik beban puncak malam hari masih kekurangan 4—5 MW.

Terkait hal tersebut, Senior Manager Perizinan, Pertahanan dan Komunikasi PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan (UIP) Nusa Tenggara, Dede Mairizal, menuturkan jika saat ini kebutuhan energi listrik di NTT, khususnya di Pulau Flores, memang mengalami peningkatan.

“Saat ini, kondisi beban Ruteng, Kabupaten Manggarai pada siang hari adalah 6.42 MW, sedangkan pada malam hari mencapai 14.35 MW,” ucap Dede.

Dede menyebut langkah perluasan kapasitas di PLTP Ulumbu 5—6 (2×20)MW merupakan langkah strategis dan penting untuk dilakukan. Melalui pemanfaatan energi bersih dan murah yang bersumber dari geotermal Poco Leok, dapat menekan subsidi energi yang harus disediakan pemerintah, dan pemanfaatan energi listriknya dapat dinikmati oleh masyarakat, tidak hanya Kabupaten Manggarai, tetapi juga untuk kabupaten lainnya di Pulau Flores.

“Berdasarkan kajian yang telah kami lakukan, pengoperasian PLTP Ulumbu (eksisting) ramah lingkungan yang artinya pada saat proses perluasan kapasitas nanti kami melakukan identifikasi dengan tujuan untuk menyusun perencanaan bagaimana menghindari hal yang tidak diinginkan, termasuk potensi lingkungan,” ucap Dede.

Pengembangan pembangkit listrik yang ramah lingkungan ini merupakan salah satu proyek strategis nasional (PSN) yang termuat dalam rencana umum penyediaan tenaga listrik (RUPTL) 2021—2030 yang memprioritaskan penggunaan pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT) sebesar 51%.

Komitmen PT PLN (Persero) terhadap pengembangan EBT merupakan wujud transformasi PT PLN (Persero) sesuai pilar “Green“, yakni menghadirkan energi yang ramah lingkungan dengan memperhatikan sustainable development untuk masyarakat dan lingkungan yang berada pada ring-1 pembangunan.(*)

Sumber (*/PLN UIP Nusra)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *