Jaman Sekarang Kok Jujur?

Loading

Oleh : Gus Raharjo

Ganjar Pranowo memang menyebalkan. Sering aku dibikin geleng-geleng kepala melihat sikapnya. Ada pejabatnya yang ketahuan korupsi langsung disikat. Sedikit saja pelayanan publik ketahuan pungli, langsung ditegur habis-habisan. Belum lagi kalau mendapati proyek pembangunan yang spesifikasinya tidak sesuai standar, bakal dikejar penyedia jasanya.

Sikap Ganjar ini tentu saja mengandung risiko. Sudah pasti juga bisa menciptakan musuh. Bukankah lebih enak kalau sama-sama menguntungkan? Dengarkan baik-baik, jabatan gubernur itu sangat menggiurkan loh, jadi incaran banyak politisi. Maka ketika kesempatan itu sudah didapat, wajar dong kalau kita memanfaatkan jabatan untuk keuntungan pribadi?

Jaman sekarang kok masih mempertahankan kejujuran. Kuno betul Ganjar ini. Apa dia mengira jabatan gubernur itu bakal selamanya sehingga enggak perlu dimanfaatkan buat urusan pribadi? Kalau aku jadi Ganjar, sudah aku manfaatkan betul posisiku ini. Sudah pasti yang pertama aku kembangkan adalah bisnis pribadiku. Aku bikin gurita bisnis yang kuat dan merajalela, tumpuk kekayaan sebanyak-banyaknya. Mau kapan lagi coba? Dan enggak lupa, kawan-kawanku juga aku permudah semua urusan bisnisnya. Itu baru gaya pejabat masa kini.

Tapi Ganjar kok enggak melakukannya. Sama sekali enggak tergiur. Jangankan untuk kepentingan bisnis kolega-koleganya, dia sendiri malah tidak punya bisnis. Bahkan yang bikin aku makin heran, Ganjar ternyata banyak nolak masuknya pabrik tambang. Mulai dari pabrik semen di Gombong, penambangan di Wonogiri, bahkan diantara mereka yang ditolak itu kawannya sendiri. Alasannya karena hasil tinjauan dan dampak lingkungan tidak memenuhi syarat.

Aku kaget saat mengetahui informasi itu di acara Kick Andy. Padahal sebagai gubernur semua itu tentu saja bisa diatur, apalagi yang mengajukan itu kawan sendiri. Kalau pro pemodal kan sudah pasti enak, ya minimal pejabat tersebut dapat komisi lah. Pundi-pundi bisa bertambah. Tapi ternyata Ganjar mau menolak dan tetap menjalankan tugasnya sesuai prosedur.

Aku juga baru tahu kalau pabrik Semen Rembang ternyata semula dibangun atas usulan para ulama dan masyarakat setempat karena banyaknya penambangan ilegal, kapur Kendeng dikeruk dan dibawa ke daerah lain. Maka mereka kemudian mengusulkan agar pabrik semen dibangun saja di Rembang. Dengan begitu warga pun bisa mendapatkan manfaatnya. Sekarang, ada enam desa yang memiliki sahamnya.

Kenapa sih yang ada di kepala Ganjar cuma kepentingan rakyat, rakyat dan rakyat? Kalau sesekali mementingkan urusan pribadi dan kelompok kan enggak masalah. Bukankah politisi biasanya memang begitu?

Bagaimana enggak heran coba. Ganjar secuil pun tidak memanfaatkan jabatannya untuk kepentingan bisnis pribadi, tapi dia malah memilih jadi merketing buat warganya.  Produk-produk UMKM milik warganya dipromosikan secara gratis dan besar-besaran. Juga diberi pendampingan sekaligus bantuan. Ada lapak Ganjar, Hetero Space tempat anak muda berkreasi, dan lain-lain. Bukan cuma itu, akses permodalan juga dipermudah.

Pantas saja kadang aku lihat ada produk UMKM yang menamai produknya dengan embel-embel nama gubernur Jateng itu. Ada Kain lurik Ganjar Pranowo misalnya, bahkan ada produk kopi yang sengaja memasang wajah Ganjar pada bungkus kemasannya.

Itulah cara Ganjar memimpin Jateng selama ini.  Amanah dan kepercayaan rakyat dipegang betul. Mana ada pemimpin yang mengaku diri sebagai pelayan kecuali Ganjar? Yang mau capek-capek turun ke masyarakat dan mendengar aspirasinya.

Pemimpin itu kan enaknya duduk berleha-leha di kursi goyang sambil berpikir bagaimana caranya melebarkan bisnis pribadi.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *