Lembata, Garda Indonesia | Seorang guru di sekolah menengah atas negeri (SMAN) 1 Nubatukan, Kabupaten Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), memperoleh perlakuan kasar berupa makian hingga pukulan fisik ke tubuh sang guru. Kejadian itu terjadi pada tanggal 19 Februari 2024 di ruang kelas XI C-4.
Respons pun berdatangan dari sesama guru hingga PGRI Kabupaten Lembata yang mengecam tindakan main hakim dari oknum keluarga siswa tanpa melakukan klarifikasi. Kasus ini telah dilaporkan dengan laporan polisi nomor: STPL/24/II/2024/NTT/RES LEMBATA berupa pengaduan tindakan penganiayaan oleh terlapor Muhamad Rizal Saputra.
Kepada media ini saat dikonfirmasi, sang guru bernama Damianus Dolu (DD) 38 tahun, mengungkapkan kronologis kejadian. “Setelah mengecek kehadiran siswa, saya langsung mengkonfirmasi kelengkapan catatan, dan saat itu siswa-siswa sudah dibagi dalam kelompok. Sesampainya pada siswi yang bersangkutan, saya melihat siswi ini masih mencatat, saya pun langsung mengonfirmasi,” beber Guru Dami.
Guru Dami : Ade, minggu lalu katanya catatan sudah lengkap tetapi alasan lupa di rumah, kenapa hari ini masih catat? Siswi (P) : Siapa yang bilang lupa Pa? (sambil komat-kamit)
Guru Dami : Saya ada data ade, saya ada catat ade punya alasan minggu lalu. (Respons siswi tersebut masih komat-kamit).
Guru Dami pun mengabaikan perilaku siswi tersebut dan bergerak menuju ke kelompok lain. Namun, pada saat mau melangkah ke samping kiri, siswi tersebut dengan nada sinis berujar, “sante sa ka, Pa?”
Guru Dami lalu merespons dengan refleks menepuk bahu kiri siswi tersebut, menegur sambil berkata,” Ade jaga sikap, kita dua umur tidak sama, guru tegur saja kamu jawab seperti ini, apalagi orang tua!” seraya melihat tulisan nama Puteri Anisa Nasiro di bagian pundak kiri baju menggunakan bolpoin tinta biru.
Guru Dami pun langsung menegur, “itu buktinya, perempuan tulis nama di pundak baju menunjukkan sikap kurang bagus” lalu berbalik ke meja guru untuk mencatat perilaku/sikap yang dilakukan oleh siswi tersebut, (19/02-2024 : Puteri Anisa Nasiro (karakternya kurang).
Selanjutnya, Guru Dami melakukan proses pembelajaran seperti biasanya, sampai pada menit ke-20, siswi itu langsung keluar dari ruang kelas tanpa izin. Ia pun mengabaikannya dan terus melakukan proses pembelajaran.
Sekitar masuk pukul 10:00 WITA, pada saat itu Guru Dami sementara mendampingi siswa-siswi dalam kelompok bagian belakang, siswi yang bersangkutan masuk kembali ke dalam ruang kelas dan mengambil tas dan keluar ruang kelas lagi tanpa izin.
Sesampainya di pintu keluar, Bapak dan kakak dari siswi ini, langsung ceroboh masuk ke ruang kelas dan berteriak mengeluarkan makian, “ P*k*m*i, B*n*sat, Bapa L*h*k”
“Bapak dari siswi (Puteri Anisa Nasiro) langsung menuju ke arah saya sambil berteriak “ ini, Pa Guru ka? Sambil menyorong tangan kanannya, saya pun ikut memberi tangan untuk berjabat tangan namun Bapaknya langsung menarik dan memutar tangan kanan saya dan saya pun berusaha untuk menarik tangan kembali dari genggaman bapaknya,” papar Guru Dami.
Tiba-tiba, lanjut Guru Dami, kakak laki-lakinya berumur 21 tahun naik di atas meja dan langsung lompat menendang dirinya di dada lalu terhempas ke belakang. “Pada saat itu, saya berusaha untuk menghindar (berlari) ke arah kanan bagian deretan meja bagian belakang, namun kakaknya mengejar, langsung menarik baju dan menghantam di bagian belakang menggunakan tangan kanannya,” beber Guru Dami.
Guru Dami pun tetap berusaha berlari menghindar keluar dari ruang kelas XI C-4, namun bapak dan kakak dari Puteri Anisa Nasiro masih mengejar dirinya sampai di depan halaman sekolah. Lalu, kakak Puteri Anisa Nasiro menghantam Guru Dami di bagian dada menggunakan tangan kanannya.(*)
Penulis (+Roni Banase)