Johni Asadoma Menapaki Gubernur NTT Kesembilan

Loading

Kupang, Garda Indonesia | Irjen. Pol. Drs. Johanis Asadoma, S.I.K., M.Hum. merupakan purnawirawan Polri jabatan terakhir Analis Kebijakan Utama Bidang Minister Divhubinter Polri. Pati Polri yang akrab disapa Johni Asadoma, lulusan Akpol 1989 ini berpengalaman dalam bidang brimob.

Pria kelahiran Denpasar, 8 Januari 1966 (usia 58 tahun),  ayah dari Veronica Gabriela Margareth Asadoma dan Daniel Benjamin Asadoma ini pun sempat menjabat Kapolda NTT periode 14 Oktober 2022 – 7 Desember 2023.

Terkini, pada momentum perhelatan pilkada serentak 2024, suami dari Vera Christina Sirait, M.Sc. ini memutuskan terjun ke dunia politik dengan berjibaku mendaftarkan diri sebagai calon gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) periode 2025—2030.

Partai pertama yang disambangi Johni Asadoma yakni Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) pada Rabu, 17 April 2024. Kemudian pada Jumat, 19 April 2024, ia pun mendaftar diri di Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Kepada awak media, ia pun menyampaikan bakal mendaftar diri lagi ke beberapa partai politik lainnya.

Jika mayoritas rakyat memilih pada 27 November 2024 , maka Johni Asadoma bakal menjadi gubernur NTT kesembilan. Adapun deretan nama-nama gubernur dari masa ke masa sebagai berikut:

1. Wiliam Johanes Lalamentik (1958—1966)

Wiliam Johanes Lalamentik atau biasa dikenal W.J Lalamentik merupakan gubernur pertama NTT kelahiran 2 Maret 1913. Gubernur ini memiliki semboyan ‘Setiap kesulitan itu ada untuk dipecahkan’.

W.J Lalamentik memulai kebijakannya dengan pembentukan wilayah kecamatan dan gerakan penghijauan yang dinamakan Komando Operasi Gerakan Makmur pada 20 Desember 1958. W.J Lalamentik wafat pada 7 Mei 1985 dan kemudian namanya diabadikan sebagai nama jalan protokol di Kota Kupang, yaitu Jalan W.J Lalamentik.

2. Elias Tari (1966—1978)

Mayor Jenderal TNI Anumerta Elias Tari atau dikenal El Tari adalah gubernur NTT periode 12 Juli 1966 sampai kematiannya 29 April 1978. Ia merupakan gubernur kedua menggantikan W.J Lalamentik.

El Tari memulai kebijakan membentuk desa gaya baru dari kerajaan-kerajaan tradisional, dengan moto yang sangat terkenal ‘Tanam, Tanam, sekali lagi Tanam!’.

Nama El Tari dijadikan nama bandara di Kota Kupang dan juga diabadikan sebagai nama jalan-jalan utama di berbagai kota dan kabupaten di NTT.

3. Aloysius Benedictus Mboi (1978—1988)

Brigjen TNI dr. Aloysius Benedictus Mboi, M.P.H atau dikenal Ben Mboi kelahiran 22 Mei 1935. Ben Mboi merupakan dokter lulusan Universitas Indonesia yang mengawali karier di 2 (dua) bidang dalam waktu yang bersamaan, yaitu bidang kesehatan dan militer.

Pada 1978, ia dipilih menjadi gubernur NTT menggantikan El Tari dan mengeluarkan beberapa program unggulannya, yaitu ONM (Operasi Nusa Makmur), Operasi Nusa Hijau (ONH), dan Operasi Nusa Sehat (ONS). Salah satu hasil kepemimpinannya di bidang industri besar pertama di NTT adalah hadirnya PT Semen Kupang.

4. Hendrikus Fernandez (1988—1993)

Hendrikus Fernandez merupakan seorang politikus Indonesia yang menjabat sebagai gubernur NTT sejak 1988 hingga 1993. Selama 5 (lima) tahun memimpin NTT, Dokter Endi -sapaan akrabnya- menerapkan Gerakan Meningkatkan Pendapatan Asli Rakyat (Gempar) sebagai salah satu program pembangunan dan juga program lainnya ialah menanam sejuta anakan jambu mete.

5. Herman Musakabe (1993—1998)

Mayor Jenderal TNI Herman Musakabe adalah seorang Purnawirawan TNI Angkatan Darat yang terakhir kali berdinas militer menjabat Komandan Sekolah.

Staf dan Komando Angkatan Darat. Musakabe kemudian menjabat sebagai gubernur NTT kelima dan mengeluarkan salah satu ide besarnya, yaitu mewajibkan pegawai negeri sipil (PNS) mengenakan seragam motif tenun yang wajib dipakai pada Kamis dan Jumat.

Kemudian hari lainnya menggunakan seragam keki atau Linmas. Gubernur NTT kelima ini menjadi perintis seragam motif di NTT yang berdampak luas secara nasional.

6. Pieter Alexander Tallo (1998—2008)

Piet Tallo adalah seorang politikus Indonesia lulusan sarjana hukum Universitas Gadjah Mada pada 1970, dan menjadi gubernur NTT pada periode 1998 hingga 2008. Pada masa jabatannya, ia mengeluarkan program besarnya, yaitu Tiga Batu Tungku (Ekonomi Rakyat, Pendidikan Rakyat, dan Kesehatan Rakyat).

Moto yang dikeluarkan ‘Mulailah membangun dari apa yang dimiliki rakyat, dan apa yang ada pada rakyat’. Piet Tallo kemudian meninggal dunia di Jakarta pada 25 April 2009 dikarenakan sakit.

7. Frans Lebu Raya (2008—2018)

Drs. Frans Lebu Raya merupakan gubernur NTT menggantikan Piet Tallo. Ia sebelumnya merupakan wakil gubernur yang berpasangan dengan Piet Tallo. Selama masa jabatannya, Frans Lebu Raya melakukan banyak gebrakan Pro Rakyat, dengan spirit ‘Anggur Merah’ (Anggaran Untuk Rakyat Menuju Sejahtera) dan moto yang digunakannya yaitu ‘sehati sesuara membangun NTT baru’.

Kemudian pada 19 Desember 2021, gubernur NTT ketujuh ini meninggal dunia di RSUP Prof Ngoerah (RS Sanglah) Denpasar Bali, setelah menjalani perawatan di Unit Perawatan Intensif (ICU) sejak awal Desember 2021.

8. Viktor Bungtilu Laiskodat (2018—2023)

Dr. Viktor Bungtilu Laiskodat akrab disapa (VBL) mengawali kariernya sebagai anggota DPR RI dari Partai Golkar pada periode 2004—2009. Ia kemudian berpindah ke Partai NasDem dan mengemban tugas sebagai Ketua Bidang Pertanian dan Maritim DPP Partai NasDem.

Viktor juga pernah menjabat sebagai Ketua Fraksi Partai NasDem di DPR RI. Kemudian berhasil menjadi lagi menjadi anggota DPR RI periode 2014—2019 dengan dapil NTT II. Sebelum masa jabatannya berakhir, Viktor Laiskodat mengundurkan diri dan mencalonkan diri sebagai gubernur NTT dan berhasil memenangkan Pilkada NTT 2018 bersama Josef Nae Soi sebagai wakilnya pada periode 2018—2023.(*)

Penulis (*Roni Banase/berbagai sumber)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 komentar