Wens John Rumung, wartawan senior NTT mengaku kagum dengan sosok Simon Petrus Kamlasi, yang bersahaja dan tidak mengumbar kedekatan dengan orang – orang di lingkaran kekuasaan, kendati memiliki kolega di sana.
Kupang | Menjelang pemilihan gubernur NTT pada 27 November 2024, para calon gubernur dan wakil gubernur makin gencar bergerilya mencari dukungan rakyat. Berbagai strategi dan gimmick politik dimainkan para kandidat untuk meraih simpati rakyat.
Aksi tebar pesona pun makin masif dilakukan. Mulai dari pamer kedekatan dengan “orang penting” hingga saling klaim keakraban dengan “penguasa”. Bahkan tidak dipungkiri, lokasi bencana seakan dijadikan lahan menebar kebaikan berbalut baliho.
Derap perjuangan para politisi ini menyita perhatian masyarakat NTT, mulai dari petani, nelayan, peternak hingga para pekerja media.
Wens John Rumung, seorang wartawan senior NTT yang sudah malang melintang di dunia tulis menulis lebih dari 45 tahun angkat bicara.
Di dalam video berdurasi 7 menit 11 detik itu, WJR demikian sapaan akrab sang legenda dunia Pers NTT ini mengkritisi para pasangan calon gubernur dan wakil gubernur NTT.
WJR mengaku sejak awal dia sangat senang atau bangga dengan kehadiran Melki Laka Lena dan Ansy Lema di panggung politik NTT. Pasalnya, kedua orang ini saat menjadi anggota DPR RI sangat vokal memperjuangkan nasib rakyat NTT yang masih dalam kemiskinan.
“Tetapi saya terpaksa mengubah pandangan dan dukungan saya dari kedua figur tersebut. Alasannya apa, pertama, saya melihat perilaku Melki – Johni yang mulai telepon para menteri lah, segala macam, sampai menghadap Jokowi dan duduk di hadapan Jokowi di Solo lalu divideokan dan pamer, itu perilaku yang salah,” tegas WJR.
Menurutnya, seorang calon pemimpin tidak seharusnya bersikap demikian, namun tetap berada di tengah masyarakat, mencari simpati dengan menawarkan ide dan gagasan brilian.
“Cari muka ya di depan rakyat yang miskin, jangan di depan pejabat. Menteri itu urusannya di 33 provinsi dan seluruh rakyat Indonesia. Sementara Melki Laka Leha, Ansy Lema dan Simon Petrus Kamlasi, untuk membangun NTT,” ungkap WJR.
Dia menekankan bahwa, Nusa Tenggara Timur, merupakan provinsi yang kaya akan sumber daya alam dan sumber daya manusia. Tetapi mengapa telepon menteri sok hebat, Ansy juga begitu, telepon BNPB, di sana itu sudah ada aturannya.
“Jadi muak sekali, saya rasa tidak etis, cara pejabat bukan cara seperti itu. Yang benar itu, masuklah ke rumah orang – orang miskin. Dan saya lebih mengagumi cara kampanye Simon Petrus Kamlasi, sudah pernah bertatap muka dengan Presiden Prabowo, tetapi Simon Petrus Kamlasi tidak pernah mengangkat telepon atau mencari muka di pejabat pusat,” ungkapnya.
Bahkan, imbuh WJR, saat Gunung Lewotobi meletus, SPK langsung pergi ke sana malam-malam, membawa bantuan bagi korban erupsi tanpa menunjukkan identitasnya sebagai calon gubernur.
“Ini adalah pemimpin yang memiliki hati yang tulus,” imbuhnya.
Bahkan saat konser amal di Lapangan Sitarda Kupang, lanjut WJR, Simon Petrus Kamlasi, nyaris tidak menghadiri konser kemanusiaan itu karena masih berbagi cerita dengan masyarakat di pedalaman Sumba.
“Waktu itu pesawat tidak boleh terbang karena abu vulkanik dari Lewotobi cukup membahayakan, tapi karena pertolongan Tuhan, Simon Petrus Kamlasi tiba di Kupang dan bisa mengikuti kegiatan kemanusiaan,” urai WJR.
WJR juga dengan tegas mengkritisi calon gubernur NTT Ansy Lema soal calon wakil gubernur dari paslon nomor urut satu itu.
“Ansy Lema juga salah cara memilih wakilnya. Seorang wanita lahir di Karawang, pengusaha, baru keluar dari PSI, masuk di Partai Hanura dan langsung jadi wagub. Seolah – olah wanita NTT tidak ada lagi yang hebat. Saya tahu persis kualitas perempuan NTT karena saya meliput sejak zaman Ben Mboi sampai sekarang ini,” pungkasnya.
WJR pun mengharapkan rakyat NTT tanggal 27 November, memilih itu pilihlah pemimpin yang bersih, yang rendah hati, bukan yang suka cari muka ke sana kemari, tapi yang cari muka di hadapan rakyat. (*)
Sumber (*/tim media SIAGA)