Inflasi 2024 dan Prospek Perekonomian NTT

Loading

Oleh: Yezua Abel Statistisi pada BPS Provinsi NTT

Pada Desember 2024 terjadi inflasi bulan ke bulan di Provinsi NTT sebesar 0,82%, sedangkan inflasi tahun ke tahun atau inflasi tahun kalender 2024 adalah 1,19% yang dibandingkan dengan bulan yang sama yakni Desember 2023.

Inflasi bulan ke bulan Provinsi NTT pada Desember 2024 lebih tinggi dibanding angka nasional yang sebesar 0,44%, sedangkan untuk inflasi dari tahun ke tahun 2024 lebih rendah dibanding angka nasional yang sebesar 1,57%.

Beberapa fenomena di tahun 2024 yang memengaruhi Inflasi baik di tingkat nasional maupun daerah antara lain pergerakan harga emas tahun 2024 yang naik 23% secara rata-rata dibandingkan tahun 2023. Rata-rata harga kopi juga naik 67,45%; rata-rata harga minyak kelapa sawit naik 8%; rata-rata harga minyak mentah turun sekitar 3% setelah berfluktuasi selama tahun 2024 dibanding rata-rata tahun 2023.

Beberapa aturan yang diterapkan pemerintah pada tahun 2024 juga ikut memengaruhi pergerakan harga antara lain penyesuaian tarif cukai hasil tembakau pada 1 Januari 2024 yang menyebabkan harga rokok jenis rokok sigaret kretek mesin (SKM), sigaret putih mesin (SPM), sigaret kretek tangan filter (SKTF), dan sigaret kretek putih filter (SKPF) naik 12% sedangkan sigaret kretek tangan (SKT)/sigaret putih mesin (SKP) naik 3-5%.

Pemerintah menerapkan Permendag No. 18 Tahun 2024 yang berlaku mulai 14 Agustus menyebabkan domestic market obligation (DMO) minyak goreng rakyat yang dulu berbentuk curah atau kemasan kini diubah menjadi hanya dalam bentuk MinyaKita. Hal ini dapat dilihat sebagai upaya pemerintah untuk meningkatkan pasokan dan menstabilkan harga minyak goreng. Sejak 12 November 2024 HET minyak goreng tidak lagi diatur oleh pemerintah.

Pemerintah juga menurunkan harga tiket pesawat untuk pembelian periode Natal dan Tahun Baru selama periode 16 hari di akhir tahun 2024 sejak 19 Desember – 3 Januari 2025. Biasanya harga tiket pesawat mulai merambah naik jelang akhir tahun atau hari libur. Hal ini cukup efektif untuk menekan inflasi di akhir tahun.

Sepanjang tahun 2024, perkembangan harga BBM nonsubsidi beberapa kali mengalami penyesuaian. Pertamina tercatat melakukan penyesuaian harga pada Januari, Agustus, September, dan Desember 2023. Namun, tampaknya tidak memberikan dampak terhadap inflasi, karena harga BBM subsidi relatif stabil sepanjang tahun 2024.

Iklim dan cuaca juga sangat berpengaruh terhadap harga pangan. Curah hujan terutama memengaruhi pergerakan harga produksi tanaman pangan dan hortikultura. Menurut BMKG puncak musim kemarau terjadi pada Juli sampai Agustus. Di NTT terjadi pergeseran puncak musim panen sejak beberapa tahun sebelumnya dari Maret ke April atau Mei, serta perkiraan luas panen padi mengalami penurunan secara nasional sebesar 1,54% dibandingkan tahun 2023.

Kelompok pengeluaran dan komoditas penyebab inflasi

Tingkat inflasi bulan ke bulan NTT pada Desember 2024 sebesar 0,82%. Kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi bulan ke bulan paling tinggi adalah makanan, minuman, dan tembakau sebesar 2,39% dengan andil terhadap inflasi sebesar 0,87%. Komoditas yang dominan mendorong inflasi berasal dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau yakni bawang merah yang memberikan andil sebesar 0,17%, tomat 0,13%, kopi bubuk 0,10%, ikan tembang 0,09%, dan sigaret kretek mesin (SKM) 0,06%. Sedangkan komoditas yang menonjol dalam menghambat inflasi daging ayam ras dengan andil -0,05%, ikan cakalang -0,01%; jeruk nipis -0,01%, dan kerela pohon -0,01%

Kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya mengalami inflasi sebesar 0,17%, dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,13%, namun kedua kelompok ini tidak memiliki andil yang signifikan terhadap inflasi. Kelompok pengeluaran yang lain mengalami inflasi sangat kecil mendekati nol, sedangkan kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi paling dalam adalah transportasi sebesar 0,37% dan memberikan andil terhadap deflasi sebesar -0,05%.

Kelompok barang dan jasa yang mengalami deflasi bulan ke bulan pada Desember 2024 adalah kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan tertinggi sebesar -0,51% dengan andil inflasi -0,04%; dan kelompok transportasi sebesar 0,13% dengan andil sebesar -0,02%. Komoditas yang memiliki andil deflasi paling menonjol adalah angkutan udara sebesar -0,11%.

Jika diurai menurut komponen inflasi, maka penyebab inflasi bulan ke bulan didominasi oleh komoditas yang termasuk dalam komponen bergejolak seperti bawang merah, tomat, ikan tembang, sawi hijau, cabai rawit, sawi putih, telur ayam ras, dan labu siam. Sementara komoditas dari komponen inti yang menonjol antara lain emas, dan kopi bubuk, sedangkan untuk komoditas dari komponen harga yang diatur oleh pemerintah adalah harga tiket pesawat udara, dan SKM.

Inflasi tahun ke tahun di Provinsi NTT tahun 2024 sebesar 1,19%. Angka ini merupakan inflasi terendah sejak tiga tahun terakhir dimana inflasi tahun 2021, 2022, 2023 masing-masing adalah sebesar 1,67%, 6,65%, dan 2,42%.

Kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi tahun ke tahun NTT 2024 tertinggi adalah perawatan pribadi dan jasa lainnya yang mengalami inflasi sebesar 6,59% dengan andil inflasi sebesar 0,37%. Komoditas yang memberikan andil inflasi paling menonjol adalah emas perhiasan. Kemudian kelompok makanan, minuman dan tembakau dengan inflasi sebesar 1,90% dan andil inflasi sebesar 0,71%. Komoditas utama pendorong inflasi dari kelompok ini adalah bawang merah, beras, ikan kembung, dan SKM. Sedangkan yang menghambat inflasi adalah cabai rawit, daging ayam ras, daun singkong, dan pepaya muda.

Sebaran Inflasi di NTT

Mulai tahun 2024, kota inflasi di NTT bertambah dua kabupaten yakni Timor Tengah Selatan (TTS) dan Ngada, selain 3 kota sebelumnya yakni Kota Kupang, Maumere, dan Waingapu yang mencerminkan inflasi perkotaan. Penambahan dua kabupaten ini selain mencerminkan inflasi perkotaan juga inflasi perdesaan.

Inflasi bulan ke bulan pada Desember 2024 yang tertinggi tercatat di Kabupaten TTS sebesar 2,18%, sedangkan yang terendah di Kota Kupang sebesar 0,24%. Untuk inflasi tahun ke tahun 2024 yang tertinggi terjadi di kota Maumere 2,65%, sedangkan yang terendah di Kabupaten TTS -0,24%.

Lima komoditas pendorong inflasi bulan ke bulan Desember 2024 yang dominan di Kabupaten TTS adalah bawang merah, kopi bubuk, tomat, ikan tembang dan cabai rawit, sedangkan penghambat inflasi di TTS adalah ketela pohon, ikan tongkol, jeruk nipis, minyak kelapa, dan pepaya. Untuk kota Kupang, komoditas pendorong inflasi yang dominan adalah SKM, mobil, ikan tembang, bawang merah, dan tomat, sedangkan 5 komoditas yang dominan penghambat inflasi adalah angkutan udara, daging ayam ras, ikan cakalang, daun singkong, dan bunga pepaya.

Tingkat inflasi tahun ke tahun 2024 di NTT yang tertinggi selama 2024 terjadi di kota Maumere sedangkan yang terendah di Kabupaten TTS -0,24%. Lima komoditas yang menonjol sebagai pendorong inflasi di Maumere selama tahun 2024 adalah ikan layang, ikan selar, tomat, ikan tuna, dan SKM, sedangkan komoditas penghambat inflasi adalah cabai rawit, angkutan udara, cabai merah, ikan tembang, dan biskuit. Lima komoditas yang menonjol sebagai pendorong inflasi di kabupaten TTS selama tahun 2024 adalah bawang merah, kopi bubuk, sawi putih, beras, dan sirih; sedangkan 5 komoditas penghambat inflasi yan menonjol adalah cabai rawit, daging ayam ras, pepaya muda, daun singkong, dan ayam hidup.

Inflasi dan prospek perekonomian daerah

Jusuf Kalla Wakil Presiden 2014 – 2019 mengibaratkan inflasi seperti kondisi tekanan darah pada tubuh manusia. Apabila tekanan darah tinggi akan mengakibatkan sakit kepala atau pusing, begitu juga halnya apabila tekanan darah rendah. Hal ini diungkapkannya pada saat Rakornas Pengendalian Inflasi di Jakarta pada 2019 silam. Maksudnya apabila terjadi inflasi yang tinggi ataupun deflasi pasti ada masalah dalam perekonomian di suatu wilayah.

Kinerja ekonomi dan inflasi yang terjadi di suatu daerah saling berpengaruh secara timbal balik. Inflasi yang berada pada tingkat yang rendah atau terkendali akan berpengaruh positif mendorong pelaku ekonomi meningkatkan produksi barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi akan meningkatkan pendapatan rumah tangga yang kemudian mendorong penambahan pengeluaran rumah tangga. Tingkat permintaan di pasar akan naik dan perusahaan atau usaha akan meningkatkan produksinya.

Kinerja ekonomi NTT dengan inflasi 2024 yang rendah sebesar 1,19% menunjukkan beberapa karakteristik positif untuk pembangunan ekonomi yang lebih baik di masa mendatang. Kestabilan harga akan memudahkan masyarakat untuk merencanakan pengeluaran dan investasi. Pertumbuhan ekonomi juga lebih stabil karena tidak mendapat tekanan inflasi yang berlebihan yang juga berdampak pada meningkatnya investasi. Beberapa indikator makro ekonomi NTT terkait inflasi menunjukkan kinerja positif.

Pertumbuhan Ekonomi NTT meskipun mengalami fluktuasi dari triwulan I – III 2024 yakni masing-masing minus 6,24%, positif 7,09%, dan minus 1,34%, menunjukkan potensi pemulihan. Pola pertumbuhan ekonomi triwulan IV biasanya akan positif efek dari peningkatan permintaan barang dan jasa karena perayaan Natal dan Tahun Baru. Pertumbuhan ekonomi tahun ke tahun 2024 triwulan III sebesar 3,66%, dan secara kumulatif pertumbuhan triwulan I – III sudah mencapai 4,02 lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi selama 2023 sebesar 3,52%. Namun pertumbuhan ekonomi yang berkualitas tidak ditentukan dari besaran angkanya saja tapi seberapa besar tingkat inklusinya.

Keadaan angkatan kerja di NTT sampai tahun 2024 terus menunjukkan kondisi yang mendukung. Tingkat partisipasi angkatan kerja selama 2020 – 2024 terus meningkat dari 73,11% ke 77,50% dan tingkat pengangguran terbuka terus menurun dari 2021 – 2024 yakni 3,77% ke 3,02%. Jumlah pengangguran pada periode Agustus 2024 sebanyak 94,22 ribu orang meningkat dibanding Agustus 2023 sebanyak 93,82 ribu orang karena tingkat pertumbuhan penduduk NTT masih relatif tinggi.

Selama tahun 2024 Inflasi terkendali dengan baik sehingga angkanya berada di bawah rentang target sasaran nasional 2,5% ± 1%. Namun demikian, deflasi bulan ke bulan 2024 terjadi sebanyak 7 kali yakni dua bulan dan lima bulan berturut-turut tentu tidak menjadi fenomena yang baik. Setidaknya terdapat dua masalah yakni suplai hasil produksi ke pasar melimpah atau permintaan pasar yang menurun karena daya beli masyarakat.

Memasuki tahun 2025, kita sudah disambut berbagai tantangan baik bersifat lokal maupun global. Upaya peningkatan pendapatan negara melalui penerimaan pajak dan kenaikan harga komoditas global terus membayangi. Fluktuasi harga komoditas global seperti emas, kopi, minyak mentah, akan memberi tekanan pada biaya produksi dalam negeri. Segenap lembaga pemerintah baik di pusat maupun daerah yang terkait perlu meningkatkan kerja sama dan koordinasi untuk melaksanakan berbagai program atau strategi terkait pengendalian inflasi secara terpadu, efektif dan efisien.(*)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *