SALAH BESAR! Megawati Tolak Anaknya Jadi Presiden

Loading

Oleh : Drs. Ignatius Sinu, M.A., Dosen Ilmu-Ilmu Sosial, Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana

Entah, untuk apa didirikannya lembaga survei oleh mereka yang berkompeten?. Berdasarkan rekam jejak akurasi lembaga survei, menggiring banyak orang yang berpolitik menggandrunginya. Mereka mendekati dan membiayai untuk melakukan survei tentang dirinya dan kelompoknya di dalam kaitannya dengan elektabilitas diri dan kelompok.

Jauh-jauh sebelum pesta demokrasi tahun 2024, survei oleh lembaga-lembaga baik yang sudah punya nama, maupun lembaga-lembaga survei baru merilis hasil surveinya, hasilnya hampir sama antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian merekomendasikan calon presiden, dan bahkan paket calon presiden dan wakil presiden.

Joko Widodo berdasarkan hasil survei elektabilitasnya di atas yang lainnya, dan direkomendasikan menjadi calon presiden.. berkembanglah wacana Jokowi Presiden tiga periode yang mengundang gelombang protes, yang berujung demo massal, hingga memaksa Presiden Jokowi membuka suara, dan dengan lantang dan tegas mengatakan taat pada undang-undang yang membatasi jabatan presiden hanya dua periode.

Belakangan malah Prabowo menduduki posisi puncak, lantaran pesaingnya tergelincir di dalam proses politik yang masih sedang berjalan.

Partai Serikat Islam (PSI) dalam diskusi internal yang dilabeli “Rembuk Rakyat PSI” dibangun opini “Mahfud MD Layak Jadi Calon Presiden”. Dasar pertimbangannya adalah Indonesia dengan kondisi seperti sekarang ini, yaitu kondisi semrawut di tengah ancaman politik identitas, butuh perubahan-perubahan mendasar, maka ke depan membutuhkan sosok pemimpin yang bisa membawa bangsa ini menjauh dari ancaman politik identitas, pemimpin yang mengedepankan nilai citizenship principle (prinsip kebangsaan). Kebangsaan adalah prinsip dasar the founding fathers membangun bangsa ini, diikuti Gus Dur, dan sekarang sedang diemban dalam diri Presiden Jokowi.

Figur-figur yang sedang disebut-sebut, menurut kelompok ini hanya ada dalam diri Mahfud MD. Mahfud, menurut mereka, memiliki karakter yang sangat diharapkan bangsa Indonesia ke depan, yaitu berkomitmen menjaga konstitusi, menegakkan prinsip kewarganegaraan; karakter yang tidak jauh berbeda dengan yang dimiliki Jokowi Dodo yang mampu menjaga konstitusi, jujur, dan menegakkan prinsip kewarganegaraan (Garda Indonesia, 7 Juni 2022).

Ralf Dahderndorf, dalam buku Konflik dan Konflik Dalam Masyarakat Industri: Sebuah Analisa Kritik, menguraikan pentingnya ide mengenai pertentangan kepentingan yang terstruktur secara sosial. Ditegaskan bahwa kecenderungan fundamental umat manusia untuk meningkatkan keseimbangan antara kesenangan dan penderitaan atau antara kepuasan dan kerugian.  Keseimbangan antara kesenangan dan penderitaan diperjuangkan dan dipertahankan. Hasil dari perjuangan adalah keberhasilan (kesenangan) dan kegagalan (penderitaan). Yang diperoleh dari keberhasilan dari perjuangan adalah kewenangan.

Orang atau sekelompok orang yang mendapatkan dan memiliki kewenangan  dengan sendirinya berada pada posisi dominan. Ketika berada pada posisi dominan ini mereka cenderung mempertahankan kepuasan mereka dengan mengendalikan sedemikian rupa orang-orang yang ditundukkan.

Pada titik tertentu orang-orang yang berada pada posisi yang ditundukkan ini melakukan perlawanan, berjuang menyerang kondisi ini. Mereka melakukan perlawanan untuk memperbaiki penderitaan yang mereka alami oleh kesewenang-wenangan oleh yang berkuasa.

Dari sudut pandang ‘permainan peranan’, kepentingan peranan adalah kepentingan tersembunyi, yakni arus yang terpendam dari perilakunya yang ditentukan baginya dan yang dilepaskan dari arah kesadarannya selama memegang sebuah peranan. Dalam keadaan demikian, di bawah kondisi yang dapat ditentukan segera, kepentingan yang tersembunyi ini (hidden interests) dapat menjadi tujuan-tujuan yang disadari, yang kita sebut “kepentingan nyata” (real interests).

Kepentingan nyata menggambarkan kenyataan bahwa emosi, kemauan, dan kehendak dari seseorang diarahkan menuju satu tujuan tertentu, menurut pengertian substansial bukan formal. Substansi tertentu kepentingan hanya dapat ditentukan dalam konteks kondisi sosial tertentu, tetapi kepentingan nyata ini selalu merupakan formulasi dari isu-isu yang menggerakkan pertentangan kelompok secara struktural. Dalam hal ini kepentingan nyata adalah program dari kelompok-kelompok yang terorganisir. Kepentingan nyata dalam literator sosiologi Marxian dan sosiologi umum disebut “kesadaran kelas”(class consciousness).

Meskipun kepentingan tersembunyi menurut pengertian psikologi adalah suatu ‘yang khayali’, kepentingan nyata selalu merupakan realitas-relaitas yang ada di benak orang yang memegang posisi dominan atau orang yang berada pada posisi yang ditundukkan di dalam perserikatan.

Kepentingan politik calon presiden 2024 adalah masing-masing partai memperjuangkan kepentingannya, yaitu kepentingan untuk berkuasa dan mengatur dengan menggunakan kekuasaan yang dipercayakan oleh rakyat melalui mekanisme demokrasi.

PDI Perjuangan sedang berkutat di dalam proses menentukan calon presiden yang akan memenangkan kontestasi politik, antara Puan Maharani kah atau Ganjar Pranowo yang sedang mengerucut. Berdasarkan survei dari berbagai lembaga menyajikan hasil bahwa elektabilitas Puan jauh di bawah Ganjar. Pendukung Ganjar berdasarkan survei membangun kekuatan hingga ke daerah-daerah, sedangkan Puan dengan kekuatan politik pada PDI Perjuangan yang dikendalikan Megawati (ibu kandung Puan) merasa lebih aman dan bahkan mulus ditetapkan sebagai calon presiden.

Pada pemilihan presiden sembilan tahun yang lalu, juga terjadi proses yang alot di dalam tubuh PDI Perjuangan antara menetapkan Megawati atau kah yang lain. Megawati sendiri mengalami kesulitan mendapatkan calon wakil presiden yang bisa membantunya menangkan pemilihan. Sementara Joko Widodo, yang kala itu Gubernur DKI Jakarta pun didorong menjadi presiden melalui gerakan-gerakan yang tumbuh masif di mana-mana. Namun, akhirnya Megawati, dengan jiwa besar kenegarawanan seorang ibu merelakan kesempatannya sebagai calon presiden dari partai yang dibesarkannya sendiri kepada seorang Joko Widodo yang ikut menjadi besar di tangan Megawati dalam tubuh PDI Perjuangan, dan yang lebih luar biasa lagi Jokowi maju dengan Yusuf Kalla, dari Golkar, rivalitas abadi PDI Perjuangan.

Yusuf Kalla sendiri jauh sebelumnya menyindir Jokowi dengan antara lain mengatakan jika dipasangkan Kalla-Jokowi bakal menolak, apalagi Jokowi-Kalla. Ternyata ketika Yusuf Kalla ditawarkan menjadi wakil Jokowi dengan serta merta menerima tawaran itu. Yang berujung jadilah Jokowi presiden dan Kalla, wakil presiden.

Sekarang sebagai seorang mama, Megawati diperhadapkan kenyataan sukses anak perempuannya di dunia politik, mengikuti jejak langkah orang tuanya. Ayahnya, Taufik Kiemas, pernah duduk sebagai Ketua MPR, sedangkan Puan Maharani, anaknya, berhasil mencapai posisi pada puncak politik, di mana duduk sebagai Ketua DPR RI.

Taufik Kiemas tersenyum menyaksikan anaknya duduk di singgasana kekuasaan legislatif. Taufik Kiemas yang pernah kurang hati ketika  Frans Lebu Raya dengan halus menolak permintaannya memosisikan Puan sebagai ketua partai PDI Perjuangan. Frans, dan Mega, kala itu mengedepankan kader partai yang andal, menurut mereka, Puan belum masuk pada kualifikasi kader yang mumpuni menduduki posisi strategis pemimpin partai.

Apa yang dirasakan para pemimpin dan kader partai kala itu terasa sampai sekarang. Walaupun Puan sudah duduk di kursi Ketua DPRI, masih kalah bersaing dengan kader partai yang lain, dan melalui mekanisme survei selalu berada pada posisi terbawa dari calon-calon lainnya; yang tentunya menjadi berat bagi Mega memilih anaknya menjadi calon presiden dari PDI.Perjuangan, partai yang dibesarkan mama dan dipimpin anak.

Asyari Usman (media online Garda Indonesia, 21 Juni 2022) memberikan ulasan bahwa pada ujung pertarungan antara Megawati dan Jokowi, ibu Mega akan terpojok, lalu akan mendukung Ganjar menjadi calon presiden. Jokowi yang di-back up Luhut Binsar Panjaitan dan oligarki terlalu kuat dilawan bu Mega.

Pertimbangan-pertimbangan Usman selanjutnya bagi saya kurang menarik, terlebih karena bernada mengancam ibu Mega; seolah Luhut dan Ganjar lah yang membesarkan Mega. Dan lebih kurang menarik lagi, ketika Usman mengatakan bahwa Bu Mega akan terpaksa menyerahkan dan menerima Ganjar sebagai Capres 2024, dan harus menerima Erick Tohir sebagai Cawapres untuk Ganjar. Puan Maharani termasuk korban yang harus direlakan Bu Mega. Puan tak mungkin menjadi Cawapres untuk Ganjar karena sesama Banteng.

Erros Djarot dalam sebuah komentarnya (Antara, 30 Oktober 2022) mengatakan bahwa mengenal dengan baik Megawati, winning is everything for her. Komentar Djarot ini sedikit banyak menganalisis kemungkinan kondisi hati Mega antara Puan, anaknya, dan kader partai lainnya yang melalui mekanisme survei “jauh di atas angin”. Lebih baik menang daripada kalah. Prinsip ini memaksa Mega mengorbankan anaknya, dan menentukan pilihan pada kader yang layak menurut hasil survei dari lembaga-lembaga yang kredibel.

Lebih baik kalah daripada mengorbankan anak saya. Ini berarti Mega datang kepada satu pilihan sulit dan dengan nurani seorang ibu memilih anaknya maju Capres 2024. Baik pertimbangan pertama maupun kedua, keduanya sama-sama masih pada tahap “gambling politik”, yang akan berakhir tahun 2024, antara menang dan kalah.

Mega mengorbankan anaknya, lalu Pilpres berakhir dengan kemenangan pilihan survei, Mega sedikitnya sebagai ketua partai dielu-elukan sebagai wanita pemimpin yang besar hati; dengan tetap pada ganjalan nurani seorang ibu yang merasa bersalah tidak memilih anaknya sendiri. Namun jika kalah, kondisi sanubari ibu Mega bak jatuh tertimpa tangga lagi, kalah politik dengan mengorbankan anak kandung.

Mega dengan nurani keibuan memilih anaknya maju Capres 2024, dan menang, Mega seorang nasionalis sejati, berbangga dengan pilihan atas anaknya, yang memenangkan politik; dan kalah maka akan menjadi gunjingan di kalangan elite lawan politik yang lebih mengutamakan keluarga daripada nasib masa depan partai yang dipimpinnya.

Guntur pun sependapat dengan pendapat-pendapat yang pro elektabilitas, namun dengan sedikit bernada nasionalis dan politis. Guntur menghendaki Ganjar, bukan keponakan kandungnya Puan, menunjukkan nasionalisme trah Bung Karno. Dengan penjelasan lanjutan bahwa presiden tidak harus dari keluarga Bung Karno, orang lain punya kesempatan menjadi presiden.

Namun, maaf, sedikit politis Guntur mengatakan bahwa “dia ada di hatinya basis massa. walaupun elektabilitasnya rendah tetapi dia punya basis massa pasti terpilih, sebaliknya walaupun elektabilitasnya setinggi langit tetapi tidak punya basis di hati massa ia tidak mungkin terpilih”. Pesan politis ini menjadi pekerjaan berat di dalam proses pertimbangan untuk datang kepada keputusan apakah Ganjar atau Puan.

Ganjar punya elektabilitas tinggi tetapi apakah benar Ganjar punya hati di basis massa? Sebaliknya Puan punya elektabilitas rendah, apakah dengan rendahnya hasil survei dengan sendirinya Puan tidak punya basis di hati massa? Belum tentu, apalagi ada indikator lain bahwa Puan menjadi anggota DPR RI karena punya jutaan konstituen, lalu mendapatkan kepercayaan sebagai ketua DPR RI, Lembaga Tertinggi Negara ini, tentunya karena mendapatkan dukungan kuat dari bangsa ini.

Pilihan calon Presiden tahun 2024 dari PDI Perjuangan adalah kesempatan emas untuk ke sekian kalinya untuk partai yang dibesarkan dan dipimpin Megawati Soekarno Putri hingga sekarang. Besar kemungkinan kesempatan ini buat ibu Mega adalah kesempatan emas yang terakhir. Kesempatan emas sebelumnya diberikan dua kali kepada Jokowi Dodo. Ini kesempatan emas yang terakhir, tegahkah ibu Mega memberikan kesempatan emas terakhir ini untuk orang lain? Karena itu Mega tidak akan memberikan kesempatan emas itu, kesempatan emas yang sudah ia berikan kepada Jokowi, dengan mengorbankan dirinya dan kader-kader andal partainya kepada yang lain.

Di sini dengan tegas dikatakan bahwa salah besar Megawati menolak anaknya menjadi presiden.

Pada beberapa kesempatan, kader-kader PDI Perjuangan yang andal dan pemberani dengan lantang dan tegas membuat pernyataan-pernyataan yang menyudutkan Ganjar dan Jokowi; antara lain Ganjar dan Jokowi dibesarkan oleh partai, perjuangan bersama dari kader-kader partai sehingga mereka bisa duduk di singgasana. Kader-kader partai total berjuang dengan menonjolkan figure yang merupakan jelmaan dari roh partai.

Mega pada beberapa kesempatan dengan tegas menunjukkan eksistensinya sebagai ketua partai yang mengalami gejolak politik dari rezim ke rezim, dengan berdiri tegak di haluan perahu PDI Perjuangan. Saya yakin, ia akan kembali merangkul kader-kadernya yang andal, dan meninggalkan kelompok yang membangun perangkap oligarki, dan dengan besar hati seorang ibu menjatuhkan pilihan pada anaknya sendiri, Puan Maharani, menjadi calon presiden.

Para kadernya, yang sudah mengucapkan sumpah setia pada PDI Perjuangan dan ibu Mega, akan dengan berani, komitmen, dan penuh dedikasi berjuang mendudukkan kembali kader partainya di kursi presiden RI tahun 2024 mendatang. Dengan demikian, bangsa ini akan selamat dari cengkeraman para cukong politik yang oligarki, yang lebih mengedepankan hegemoni ekonominya daripada kesejahteraan rakyat secara keseluruhan dan utuh.

Keyakinan ini semakin diperkuat dengan gerakan politik terkini, di mana Prabowo Subianto melakukan pendekatan-pendekatan dan lobi-lobi politik membangun koalisi besar bersama PDI Perjuangan dengan satu sasaran yaitu keselamatan bangsa dan ekonomi bangsa dari rongrongan kaum oligarki. Mega pada titik ini mendapatkan angin segar untuk memutuskan antara Prabowo-Puan atau kah Puan-Prabowo.

Bagi Prabowo yang perjuangan politiknya selalu mengedepankan keselamatan bangsa, keamanan dan perdamaian di dalam negeri, tentunya akan rela menerima keputusan yang diambil ibu Mega sebagai ketua partai besar, yang jika bersedia memilih berada bersama koalisi partai besar. Ibu Mega pernah bersama Prabowo ikut dalam pemilihan presiden-wakil presiden RI, yang kala itu kurang beruntung.

Sekarang, pada titik ini ibu Mega bisa berbesar hati memilih Prabowo-Puan, dan lima tahun berikutnya Puan akan lebih mudah bersaing mendapatkan kursi sebagai presiden wanita pertama di Indonesia; atau kah ibu Mega dengan lebih berani memilih Puan-Prabowo sebagai wujud kasihnya untuk bangsa Indonesia.(*)

Kupang, 15 April 2023

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 komentar