Oleh : Roni Banase
Jumat siang, 29 April 2023 sekitar pukul 15.00 WITA, Abu Abadi Sarewa dari OJK NTT menambahkan kami ke dalam grup WhatsApp Media Gathering Solo 2023, tanpa ada pemberitahuan sebelumnya dan terkesan dadakan, namun nukilan darinya memantik memoar saya saat bertemu pada Media Gathering OJK Provinsi NTT pada 14 April.
“Rencananya, kita mau media gathering di Solo, schedule-nya Mei,” ucap Abu kepadaku. Dan tak menyangka, pelaksanaannya tepat pada Hari Buruh, 1 Mei, disusul Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), 2 Mei, dan berakhir pada 3 Mei. Itulah waktu kami, para wartawan yang memperoleh legitimasi menjadi perwakilan dari media massa yang diundang melalui surat bertanggal 28 April 2023 yang ditandatangani Kepala OJK NTT, Japarmen Manalu.
Sebut, ada Jhon Seo dari Tempo (jagonya berita investigasi), jawara penulisan berita, Palce Amalo dari Media Indonesia dan Giran Bere dari Kompas, lalu Kornelis Kaha dari Antara, Yuven Bria dari Detik, Into Tihu dari Timor Express, Bos Radio SKFM (Andre Raga), Yuven Nitano dari NET TV, Eman Suni dari MNC Group, Kris Dhapo mewakili TVRI, Vence Zakarias dari RRI, Mike Umbu mewakili Victory News, dan saya pendatang baru di dunia jurnalistik, mewakili Portal Berita Daring Garda Indonesia.
Keberangkatan kami, para penggawa berita menuju ke Kota Surakarta, didukung penuh oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT. Ada Henry Djo Wenyi yang dengan sigap menyiapkan tiket pesawat dan melakukan check in online (mungkin beliau paham kalau kerja para wartawan itu tak mengenal waktu bahkan terkadang hingga menjelang subuh), termasuk ada Corry Manongga dan Frida Djo Mannoriwu yang berperan luar biasa mengatur akomodasi para wartawan.
Kondisi sigap terhadap para wartawan tersebut benar terjadi, 2 (dua) wartawan yang telah memperoleh alokasi keberangkatan tak kunjung tiba hingga gate pesawat ditutup, meski kami berupaya meyakinkan pramugari bahwa mereka hampir tiba. Sebut saja, Putra Bali Mula mewakili BBC Indonesia dan Elizabeth Mei dari Pos Kupang.
Kami tiba di Surakarta sekitar pukul 17.12 WIB, usai menempuh 11 jam perjalanan yang cukup melelahkan (2 kali transit, di Juanda Airport Sidoarjo, Surabaya dan Soekarno Hatta International Airport di Banten, kemudian harus bangun tidur pada pukul 04.00 WITA kemudian take off pada pukul 06.10 WITA). Surakarta, kota fenomenal yang dipimpin Gibran Rakabuming ini pun menyentak pandangan mata, saat mobil yang kami tumpangi melintasi jalanan di pinggiran pagar pembatas Adi Soemarmo International Airport di Boyolali.

Deretan sepeda motor hingga mobil terparkir dan mulai dari anak-anak, remaja hingga orang tua memandang pesawat yang sementara parkir di peron hingga menonton drama landing pesawat di bandara yang dibangun pada tahun 1940 oleh Pemerintah Belanda sebagai lapangan terbang darurat dan berlokasi sekitar 14 km di kawasan Panasan, utara Kota Surakarta. Bandara ini pun kemudian ditetapkan menjadi Bandara Internasional yang melayani penerbangan rute Solo-Kuala Lumpur dan Solo-Singapura.
“Wi, itu orang dong menonton pesawat,” celetuk Giran Bere dari Kompas menggunakan bahasa Melayu Kupang. Saya pun terkesiap sesaat dari kekaguman akan hamparan sawah dan kebun masyarakat, bahkan semenjak di atas pesawat hingga saat hendak landing, saya mengambil beberapa gambar dan video menggunakan gawai andalan, Vivo V21.
“Ah, benar kah,” kejarku kepada sopir mobil Hiache yang bakal siap mengantarkan kami ke berbagai spot kunjungan selama 3 hari 2 malam menginap di Alila Hotel (hotel bintang 5 (lima) dengan rate room Rp.1,2 juta per malam dan merupakan hotel tertinggi di Surakarta [30 lantai dengan roof top yang menyuguhkan pemandangan indah saat malam hari).
“Ya, benar,” sahut sopir mobil Hiache kepada kami yang sementara menikmati beragam suguhan pemandangan menarik hingga menggapai Kota Surakarta. Kota yang dialiri oleh Sungai Bengawan Solo dan menjadi kota terbesar ketiga di pulau Jawa, berpenduduk 522.364 jiwa (sensus 2020), kepadatan 11.861,00/km2, dan luas 44,04 km2.
Kedatangan kami ke Surakarta, kota di mana Joko Widodo memulai bisnis mebel hingga menjabat Wali Kota Solo guna memenuhi undangan pertemuan OJK NTT dan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT bersama insan media yang dihelat setiap triwulan.
Kami pun disuguhi informasi dan literasi dan inklusi keuangan berupa market update Industri Jasa Keuangan oleh Kepala OJK NTT, Japarmen Manalu dan perkembangan ekonomi NTT oleh Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT, Donny Heatubun. Meski raut wajah kelelahan tampak pada wajah, namun kami tetap bersemangat menyimak dan melontarkan berbagai pertanyaan.
Pada media gathering bertema ‘Fun Sinergy With Media‘ yang diikuti oleh 13 wartawan yang sering meliput aktivitas OJK NTT dan Bank Indonesia Kantor Perwakilan NTT ini pun terkuak alasan Japarmen Manalu memilih Kota Surakarta sebagai lokasi media gathering.
“Harapan kami, acara ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ekonomi Nusa Tenggara Timur dalam segala hal (digital transaksi hingga inklusi keuangan),” ujar Japarmen yang pernah bertugas di Surakarta dalam kurun waktu 17 tahun 8 bulan.
Tak hanya itu, para wartawan disuguhi aktivitas rekreasi menelisik kota yang memiliki Keraton Surakarta Hadiningrat atau Keraton Surakarta, beberapa manufaktur besar, menikmati kuliner andalan dan suguhan dari Safari Solo hingga berbelanja oleh-oleh untuk dibawa pulang ke keluarga di Kupang, Nusa Tenggara Timur.