Kupang, Garda Indonesia | Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki lebih kurang 800 (delapan ratus) motif tenun (data Dekranasda Provinsi NTT) yang tersebar di wilayah Timor, Flores, Sumba, Alor, Rote Ndao dan Sabu Raijua. Ratusan ragam motif tenun yang kaya makna dan warna tersebut sayangnya belum semua mendapatkan perlindungan hukum berupa indikasi geografis (IG) dari Dirjen Kekayaan Intelektual, Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia.
Dari 800-an motif tenun Nusa Tenggara Timur hanya 4 (empat) yang telah memperoleh perlindungan indikasi geografis yakni tenun ikat Sikka (Flores), tenun ikat Ngada (Flores), tenun songket Alor, dan tenun ikat Alor, selebihnya sementara diupayakan pemerintah daerah kabupaten dan kota yang mendorong agar memperoleh perlindungan dari Dirjen Kekayaan Intelektual.

Penjabat Gubernur NTT, Ayodhia Kalake pun menyatakan kecintaannya kepada tenun NTT. Pada sesi sesi jumpa pers dan media gathering dengan media massa bertema penanganan stunting, kemiskinan, dan kemiskinan ekstrem, inflasi serta Pemilu 2024 di Nusa Tenggara Timur pada Senin, 22 Januari 2024; menyampaikan Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi mengenakan busana tenun NTT saat berpidato di Majelis Umum PBB.
“Ini merupakan kebanggaan bagi kita semua. Dan beliau (Menlu Retno Marsudi, red) berpesan agar tetap memberikan perhatian kepada tenun tradisional dan mengaktifkan Dekranasda di provinsi dan daerah,” ungkapnya.
Kepada media ini, Ayodhia Kalake juga mengungkapkan dirinya memiliki banyak koleksi di rumah dan setiap hari kecuali sesuai SK Mendagri, dirinya selalu mengenakan busana tenun NTT.
Ayodhia juga menyampaikan kekaguman terhadap tenun NTT saat memimpin upacara HUT Ke-65 NTT pada Rabu pagi, 20 Desember 2023, melihat langsung keragaman tenun NTT.
“Saya merasa terharu dan merinding saat melihat begitu tingginya value atau nilai adat di kain tenun NTT yang direfleksikan dengan motif tenun,” ucap Ayodhia Kalake.
Penulis (+Roni Banase)