Kupang-NTT, Garda Indonesia | Lahan seluas sekitar 40 hektar di Desa Manusak, Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur dijadikan sebagai lahan penanaman jagung jenis hibrida dan lamuru yang merupakan Program Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS) besutan Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat (VBL).
Pencanangan Program TJPS dan penanaman jagung jenis hibrida dan lamuru dilakukan oleh Gubernur VBL, Menteri Pertanian RI, Syahrul Yasin Limpo, Kapolda NTT Irjen Pol Hamidin; dan Bupati Kupang, Kornelis Masneno pada Jumat siang, 29 Mei 2020 di Desa Manusak.
Menteri Syahrul Yasin Limpo pun memberikan arahan dan memotivasi para petani Program TJPS untuk memaksimalkan panas, air dan lahan yang tersedia.

Lantas, seperti apakah kesediaan dan semangat para petani (kebanyakan adalah warga eks Timor Leste, red) menyongsong Program TJPS tersebut dan dapat secara maksimal mengolah lahan Desa hasil pemekaran dari Desa Pukdale pada tahun 2003 ? Simak petikan wawancara antara Garda Indonesia dan Kepala Desa Manusak, Arthur Ximenes pada Jumat, 29 Mei 2020 di Kantor Desa Manusak di bawah ini:
Garda Indonesia : Seberapa luas lahan yang digunakan di Desa Manusak?
Kepala Desa Manusak : Hampir 40 hektar, yang tadi secara simbolis dilakukan penanaman jagung oleh Pak Menteri dan Pak Bupati ada 5 hektar.
Garda Indonesia : Program TJPS yang sudah berjalan dan dilakukan panen berjalan?
Kepala Desa Manusak : Kalau panen perdana tahap pertama sudah dilakukan dan tahap kedua untuk musim kemarau. Tahap pertama sudah dilakukan oleh masyarakat secara mandiri.
Garda Indonesia : Diperoleh berapa banyak ton jagung untuk pengolahan pertama?
Kepala Desa Manusak : Kalau dari kurang lebih 40 hektar lebih banyak fokusnya untuk padi. Pengolahan pertama dilakukan oleh masyarakat dan pengolahan kedua inilah yang diintervensi oleh pemerintah untuk program TPJS. Kami dari pemerintah desa sifatnya untuk membekali, karena ini ada di wilayah kami dan yang menjadi penerima manfaat tersebut adalah kelompok tani yang ada. Sebagai kepala desa mesti ada untuk memperlancar segala program yang dicanangkan oleh pemerintah.
Garda Indonesia : Berapa banyak kelompok tani (poktan) yang dilibatkan untuk program ini?
Kepala Desa Manusak : Kali ini, kurang lebih ada 3 kelompok tani walaupun lebih fokus ke satu kelompok tani yaitu Liselik. Ada lagi dua kelompok yang lain. Secara total ada 18 kelompok tani di Manusak yang sudah memiliki SK dan yang belum memiliki SK kurang lebih ada 10 kelompok tani.
Garda Indonesia : Luas lahan yang dijadikan sebagai lahan pertanian oleh masyarakat Manusak ada berapa hektar?
Kepala Desa Manusak : Di sini untuk lahan basah kurang lebih ada 250 hektar dan petani-petani ada yang menanam bawang merah. Dua minggu lalu diadakan panen kacang hijau dari provinsi hasil olahan kelompok tani yang baru pulang dari Cina. Karena tahun ini gagal tanam karena hujan, karena musim panasnya 8 bulan dan 4 bulan sisanya musim kemarau.
Garda Indonesia : Program tanam air apakah ada di sini?
Kepala Desa Manusak : Sudah ada P2T dan teman-teman kelompok yang lain secara swadaya, tetapi yang kita harapkan adalah optimalisasi dalam mengejar target dalam penyelesaian irigasi waduk Raknamo. Ini sedang berjalan semoga sebelum 31 Desember 2020 sudah tuntas.
Garda Indonesia : Keberhasilan yang sudah ditorehkan oleh Desa Manusak?
Kepala Desa Manusak : Ada pemberdayaan yang kita lakukan dengan bantuan pemerintah pusat, pemerintah daerah dan pemerintah desa itu mesti mengikuti iklim yang ada. Seperti pada tahun 2020, hujan hanya sekitar 4 bulan sehingga langkah yang kita lakukan itu mendorong masyarakat melalui aparat-aparat dusun, RT/RW, BPD dan pendamping desa, kita betul-betul memanfaatkan lahan yang ada. Ada yang menanam kacang hijau, jagung, tanaman hortikultura yang lain, ada juga masuk di peternakan. Kami tentu memiliki prestasi, tetapi kami memiliki tujuan yang pasti yaitu untuk menyejahterakan masyarakat.
Garda Indonesia : Berapa banyak jumlah jiwa dan KK di Desa Manusak?
Kepala Desa Manusak : Dilihat dari sisi historis dan fakta di lapangan bahwa ada 839 KK dengan total jiwa 4.317 dengan mayoritasnya ada warga eks Timor-Timur. Itu memiliki sebuah tantangan sendiri. Dengan demikian mulai tahun 2014 sebelum ada dana desa, 2013 kita berupaya melakukan pemberdayaan yang lebih fokus pada perikanan.
Selain itu, dengan pemerintah daerah dan kementerian peternakan, kita melakukan pembagian sapi lalu tahun 2019—2024, kita akan fokuskan masyarakat untuk peternakan, jagung dan pertanian. Karena kalau peternakan melalui dana desa selalu berupaya untuk membentuk kelompok agar masyarakat secara bersama bisa menerima sapi dari pemerintah desa agar digulirkan demi perekonomian keluarga.
Garda Indonesia : Berapa banyak sapi yang dihasilkan dari program tersebut?
Kepala Desa Manusak : Tahun 2020 ada 25 ekor, kami akan membuat SK sehingga ada 25 orang yang menerima itu. dari 25 orang, tidak dikembalikan ke desa, setelah 4 tahun harus putar kepada tetangganya yang belum mendapatkan sapi. Sehingga betul-betul bukan pinjam modal lalu kembalikan dengan modal, tetapi kita mendampingi dan memberdayakan masyarakat sesuai dengan perencanaan yang ada.
Sehingga dari RI yaitu Pak Menteri berserta jajarannya, Pak Gubernur serta jajarannya, dan kami di pemerintah daerah dengan paket komplit Pak Bupati yaitu 5P. Kami di desa korelasikan program itu menjadi kekuatan untuk bisa merencanakan dan membangun bersama-sama.
Penulis, editor dan foto (+rony banase)