Panen Padi di Raimanuk, Petani Mengeluh ke Bupati & Wabup Belu

Loading

Belu-NTT, Garda Indonesia| Bupati Belu, Agustinus Taolin, SpPD – KGEH, FINASIM, dan Wakil Bupati, Drs . Aloysius Haleserens, M.M. didampingi Kepala Dinas Pertanian, Gerardus Mbulu memanen padi secara simbolis milik Kelompok Tani Sinar Beibae di Dusun Kota Sukaer, Desa Leuntolu, Kecamatan Raimanuk, Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), pada Senin, 24 Mei 2021.

Tiba di lokasi, Bupati dan Wakil Bupati Belu secara bergantian, dengan dipandu oleh operator utama memanen padi menggunakan mesin Combine Harvester (mesin panen padi modern) bantuan dari Menteri Pertanian.

Usai memanen, dalam arahannya, Bupati Belu mengungkapkan, kunjungan pertamanya bersama Wakil Bupati ke Desa Leuntolu sebagai awal yang baik dalam membangun sinergi antara pemerintah tingkat desa dan kabupaten. Bupati Belu mengajak masyarakat untuk saling bekerja sama dengan mengedepankan prinsip satu tekad, satu pikiran dan satu hati membangun Belu.

Ia pun mendengarkan berbagai keluhan dari para petani. “Keluhan – keluhan yang sifatnya teknis harus segera dibereskan. Kita duduk dan bicarakan bersama dinas teknis untuk mencari solusinya,” ungkap Bupati Taolin seraya menuturkan, sebagai pemimpin, wajib untuk turut merasakan tingkat kesulitan yang dihadapi dan dialami langsung oleh masyarakat petani.

“Pemimpin tidak hanya melihat, melainkan ikut mengalami apa yang menjadi kesulitan masyarakat. Karena itu, hari ini saya dan pak wakil bergantian mengemudi alat panen padi. Jatuh, kita jatuh sama-sama, bangun juga kita sama-sama,” ujar Bupati Taolin saat menanggapi keluhan masyarakat terkait ketersediaan alat, air, dan pupuk, yang mengakibatkan sebagian besar Petani Desa Leuntolu gagal tanam dan gagal panen.

Bupati Belu memanen padi menggunakan mesin Combine Harvester (mesin panen padi modern) bantuan dari Menteri Pertanian

Bupati Belu juga mengatakan, guna mengoptimalkan ketersediaan air dalam mengairi persawahan, dirinya sudah bertemu dengan pihak Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara II. “Bendungan Obor, kita lihat bersama Dinas PUPR, supaya bendungan itu difungsikan dan masyarakat bisa mendapatkan manfaatnya untuk meningkatkan produktivitas padi,” tegas Bupati Belu.

Untuk bidang pertanian yang merupakan salah satu program prioritas, imbuh Bupati Belu, akan segera mengomunikasikan secara intens dengan Komisi IV DPR RI dan Menteri Desa tentang pemenuhan kebutuhan alat pertanian seperti traktor, rontok, mesin panen, mesin air, dan lain-lain.

Pada awal kegiatan, Kepala Desa Leuntolu, Patrisius Luan melaporkan, bahwa total lahan persawahan di wilayah Leuntolu seluas 315 hektar. Musim tanam I tahun 2021, seluas 205 hektar. Produktivitas padi rata–rata mencapai 5—6 ton per hektar. Gagal tanam 110 hektar, gagal panen 11 hektar. Jumlah kelompok tani ada 57 dengan lahan penanaman hortikultura seluas 25 hektar.

“Kendala para petani di sini, soal tidak berfungsinya Bendungan Obor. Kami sudah sampaikan di Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara II, tapi jawabannya bahwa kewenangan ada di kabupaten. Kami kembali sampaikan di kabupaten, katanya kewenangan ada di provinsi,” urai Patris Luan dengan kesal.

Wabup Belu Minta Dinas Pertanian Mendata Kelompok Tani di Belu

Wakil Bupati Belu meminta Kepala Dinas Pertanian untuk segera mendata kelompok tani yang tersebar di seluruh Belu sekaligus membuat proposal tentang kebutuhan semua jenis alat pertanian. “Kalau kita sudah mendapatkan bantuan peralatan dari pemerintah, kita wajib menjaga, termasuk bantuan sumur bor karena berguna untuk kita. Kalau rusak, kita perbaiki. Kita harus punya rasa memiliki,” pinta Alo Haleserens.

Bupati dan Wabup Belu berpose bersama Petani Desa Leuntolu, Kecamatan Raimanuk,

Wabup Alo juga meminta peran aktif Mantri Tani Desa Leuntolu untuk membantu para petani dalam membaca sinyal alam. Ketika musim tanam tiba, petani wajib mempersiapkan pengolahan lahan lebih awal agar tidak terlambat. “Sekian ratus lahan pertanian gagal tanam dan gagal panen karena persiapan lahannya terlambat. Mantri Tani harus menghitung luas lahan, berapa traktor yang dibutuhkan, waktu kerjanya berapa lama, semuanya harus dihitung. Perawatannya juga sama, harus dihitung dengan konsentrasi pemupukan tepat sehingga tidak merusak kesuburan lahan,” tegasnya.

Anggota DPRD Fraksi NasDem, Aprianus Hale menjelaskan, mesin panen padi modern yang digunakan untuk memanen padi di Leuntolu tersebut, garis koordinasinya lewat Kepala Dinas Pertanian. Mesin itu, diketahui sudah ada sejak dua tahun lalu, tetapi tidak pernah dipakai. Dengan adanya kunjungan Bupati dan Wakil Bupati hari ini, kita bisa menjadikan Leuntolu sebagai pusat pertanian unggulan dan  bisa menjadi contoh pertanian bagi desa–desa lain.

“Untuk kebutuhan bantuan alat pertanian, saya minta setiap kelompok tani segera buatkan proposal sebanyak–banyaknya sehingga ke depan, tidak ada lagi yang mengeluh soal ketiadaan alat. Bangun komunikasi baik dengan kepala desa, pamong tani, mantri tani untuk siapkan proposal. Tujuannya, supaya apa yang kita bicarakan hari ini, ada hasilnya. Kalau masalah embung, dengan bantuan bapak Bupati dan bapak Wakil Bupati, kita berupaya datangkan tenaga teknis melihat langsung kondisinya yang rusak untuk segera diperbaiki,” ucap Apri Hale.

Dan sementara itu, Kepala Dinas Pertanian, Gerardus Mbulu mengaku, dua unit mesin Combine Harvester bantuan Menteri Pertanian itu sudah ada sejak dua tahun lalu. Mesin panen modern itu tidak pernah dipakai karena alasan desain pematang persawahan yang tidak mendukung. Karena itu, ke depan desain pematang harus diubah sehingga mempermudah pengoperasian alat panen modern.

Turut hadir dalam kegiatan itu, anggota DPRD Belu fraksi NasDem Edmundus Tita, Camat Raimanuk Tarsisius Edi, Kabag Protokol dan Komunikasi Pimpinan  Kristoforus Loe Mau, PPL, kelompok tani, tokoh masyarakat, tokoh adat, dan tokoh pemuda. (*)

Penulis + foto: (*/ Herminus Halek)

Foto oleh Prokompim Setda Belu