Soekarno Ditempa di Tempat Tepat

Loading

Oleh : Bayu Muhammad

Sering kali orang dibentuk oleh lingkungan yang ada di sekitarnya. Sikap mereka akan ditata oleh perbuatan yang sering dilihat. Dan pandangan mereka akan dipengaruhi oleh pemikiran yang kerap kali tersampaikan.

Dalam konteks itulah kita harus mendalami kehidupan sosok-sosok besar, jika ingin mempelajari sejarah mereka.

Bapak Proklamator Kemerdekaan Soekarno, yang juga menjadi Presiden Indonesia pertama bukanlah pengecualian. Seperti banyak tokoh-tokoh lainnya yang penting dalam sejarah, ia merupakan produk dari lingkungannya.

Lingkungan Soekarno mengembangkan sikap dan pemikirannya seputar politik adalah tempat yang menarik. Pada usianya yang muda, Soekarno dititipkan oleh bapaknya untuk tinggal bersama dengan Oemar Said Tjokroaminoto. Sosok yang dikenal waktu itu sebagai pemimpin politik dari orang-orang Jawa.

Hidup bersama Tjokroaminoto di Surabaya memberikan banyak pengalaman dan wawasan yang akan membentuk sikap dan pemikiran Soekarno.

Dalam buku karangan Cindy Adams yang berjudul Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat, Soekarno menceritakan pengalamannya hidup dan bergaul dengan Tjokroaminoto, di tengah lingkungan politik pergerakan nasional Indonesia waktu itu.

Salah satunya adalah ketika pria yang kerap disapa Bung Besar itu diajak Tjokroaminoto untuk menonton pidatonya dalam pertemuan-pertemuan politik. Soekarno mengingat bagaimana dirinya belajar dari Tjokroaminoto cara berorasi dari sosok yang dikaguminya itu.

“Aku memperhatikannya menjatuhkan suaranya. Aku melihat gerak tangannya dan ‘ku pergunakan penglihatan ‘ku ini pada pidatoku sendiri,” tutur Soekarno kepada Cindy.

Pengalaman itu akan membuahkan hasil yang manis bagi Soekarno. Ketika ia berkesempatan memberikan pidato di hadapan khalayak umum, saat tiba gilirannya memimpin pergerakan dan revolusi nasional Indonesia.

Sementara itu, Surabaya sendiri merupakan kota yang bisa menjawab kehausan intelektual Soekarno. Terdapat perpustakaan milik kaum Theosofi berisikan banyak tulisan yang bisa dibaca olehnya.

Dari kedekatannya dengan buku-buku, Soekarno berkenalan dengan berbagai pemikiran-pemikiran beserta para pemikirnya. Mulai dari sosialisme, liberalisme, sampai dengan nasionalisme, semua dipelajari oleh Soekarno ketika ia berkenalan dengan nama-nama pemikir besar.

“Di dalam dunia pemikiranku aku pun berbicara dengan Gladstone dari Britannia ditambah dengan Sidney dan Beatrice Webb jang mendirikan Gerakan Buruh Inggris. Aku berhadapan muka dengan Mazzini, Cavour dan Garibaldi dari Italia. Aku berhadapan dengan Otto Bauer dan Adler dari Austria,” jelas Soekarno.

Tidak hanya mempelajari pemikiran-pemikiran mereka, Soekarno mengklaim menghayati kehidupan orang-orang yang ia pelajari. “Aku berhadapan dengan Karl Marx, Friedrich Engels dan Lenin dari Rusia dan aku mengobrol dengan Jean Jacques Rousseau’ Aristide Briand’ dan Jean Jaures ahli pidato terbesar dalam sejarah Prancis. Aku meneguk semua cerita ini. Ku alami kehidupan mereka,” sambungnya.

Pada saat yang sama Soekarno menggunakan waktunya untuk belajar pemikiran-pemikiran para tokoh besar, ia juga berkesempatan untuk bertemu dengan tokoh-tokoh pergerakan.

Rumah Tjokroaminoto merupakan tempat berkumpulnya tokoh-tokoh pergerakan. “Setiap hari para pemimpin dari partai lain atau pemimpin cabang Sarekat Islam datang bertamu. Aku duduk dekat kaki orang-orang ini dan mendengarkan,” katanya.

Sesekali, Soekarno menanyakan dan membicarakan persoalan-persoalan politik dengan mereka. Misalnya, ia berbicara mengenai penderitaan rakyat yang dijajah dan Marxisme dengan tokoh- Alimin dan Musso yang datang dari kubu politik kiri.

Bahkan, ia pernah berbagi kamar dengan aktivis-aktivis dan politikus-politikus era pergerakan yang menyambangi rumah Tjokroaminoto. Soekarno memanfaatkan itu dengan lagi-lagi mengajak ngobrol soal isu-isu yang tengah berkembang di masyarakat.

“Kadang-kadang ku bagi tempat-tidurku dengan salah seorang pemimpin itu dan minum dari mata air keahlian mereka hingga waktu fajar,” kenang Soekarno.

Persinggungan antara kehadiran sosok Tjokroaminoto yang berpengaruh, Kota Surabaya yang kaya dengan literatur, dan pergaulan yang memperluas wawasan—dengan Soekarno berada di tengah-tengahnya—telah menempa Soekarno jadi sosok pemikir dan orator ulung yang kini dikenal oleh sejarah.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *