Kupang | Debat terbuka kedua paslon gubernur dan wakil gubernur NTT yang dihelat KPU di Auditorium Undana pada Rabu malam, 6 November 2024. Tema debat kedua tentang mewujudkan kesejahteraan masyarakat Nusa Tenggara Timur yang berkeadilan dan inklusif ini juga menyoal kesiapan Pemprov NTT menghadapi bencana alam.
Ada yang menarik saat sesi saling menanggapi pertanyaan pertama kepada calon gubernur nomor urut 1, Yohanis Fransiskus Lema dari amplop A3 terkait turunnya indeks risiko bencana di NTT dari tinggi menjadi sedang, namun menjadi duka bersama akibat erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki pada Minggu malam, 3 November 2024. Selain itu, NTT menghadapi ancaman perubahan iklim dan bio security. Akibat serangan virus ASF, NTT kehilangan 2 triliun rupiah, namun pemerintah daerah belum punya skema manajemen risiko kekeringan dan tata guna air serta pertanian yang berkelanjutan, demikian pula kebijakan anggaran untuk urusan kebencanaan masih terfokus pada aksi tanggap darurat dan belum terfokus pada siklus peringatan dini, kesiapsiagaan, mitigasi dan pencegahan.
Pernyataan pun dilontarkan oleh pemandu acara, Ariyodi Ardi kepada Ansy Lema, apa strategi kebencanaan yang ditawarkan untuk menjamin masyarakat NTT hidup aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan dari bencana alam dan dampak perubahan iklim.
Ansy Lema pun merespons bahwa NTT adalah supermarket bencana, maka dalam merumuskan program pembangunan, harus memiliki wawasan dan kesadaran terhadap upaya penanganan bencana berupa belanja tidak terduga, early warning system, menjalin kerja sama dengan lembaga pihak ketiga yang memiliki konsentrasi pada penyediaan teknologi deteksi gempa sejak dini.
Dilansir dari Mongabay co.id. hingga kini gempa bumi belum bisa diprediksi. Hal yang bisa dilakukan adalah menghitung probabilitas bakal terjadinya gempa bumi besar di lokasi tertentu dalam kurun waktu tertentu. Gempa bumi baik kecil maupun besar, diperkirakan dimulai dengan cara yang sama. Yaitu adanya retakan yang sering terjadi tiba-tiba, dan tanpa pemberitahuan sebelumnya.
Jawaban Ansy Lema pun direspons oleh calon gubernur NTT nomor urut 3, Simon Petrus Kamlasi (SPK) bahwa NTT perlu memperkuat siklus manajemen bencana mulai dari mitigasi dengan mempersiapkan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) untuk memiliki alat dan kemampuan anggaran yang cukup, selanjutnya memiliki respons cepat atau kemampuan tanggap darurat bencana, pendataan akurat hingga mobilitas bantuan tepat sasaran kepada warga terdampak.
Jenderal bintang satu dari Timor Tengah Selatan ini pun menekankan kemampuan terkait rehabilitasi yang bisa membantu masyarakat cepat pulih dari dampak bencana.(*)
Sumber (*/tim)