Basuki Tjahaya Purnama Berselancar di Titian Buih

Loading

Oleh Rudi S Kamri

Topik yang sedang menjadi tren dalam 3 hari terakhir ini adalah masuknya Basuki Tjahaya Purnama (BTP) dalam jajaran pimpinan BUMN. Sebetulnya bagi saya bukan hal yang mengejutkan kalau seorang BTP berkiprah lagi dalam urusan kenegaraan. Kapabilitas BTP cukup layak memimpin sebuah institusi bisnis negara. Dan dari segi peraturan dan UU tidak ada yang dilanggar.

Konon BTP akan menjadi Komisaris Utama PT. Pertamina, kalau kabar ini terbukti benar; ini merupakan ujian dan tantangan bagi seorang BTP. Sejatinya tipikal BTP adalah seorang eksekutor yang andal dan bukan seorang policy planner. Tapi kematangan dan profesionalitas BTP akan diuji, apakah dia mampu berubah dengan cepat dari seorang penari dan eksekutor di lapangan menjadi pengarah gaya di Pertamina ? Saya yakin bisa.

Yang jelas kehadiran BTP akan menjadi mimpi buruk bagi kalangan internal Pertamina yang selama ini berlaku pongah menciptakan ‘negara dalam negara’ di tubuh Pertamina. Mereka seolah tak tersentuh oleh kebijakan negara. Mereka seolah punya hak untuk mengarahkan langkahnya sendiri.

Kondisi internal birokrasi Pertamina menurut mantan orang dalam Pertamina nyaris mirip kondisi internal KPK sekarang. Arogan, tidak mau diatur, sebagian berwujud kadal gurun (kadrun) dan agak songong. Kedatangan BTP sudah pasti laksana malaikat Idzro’il yang akan mencabut roh arogansi kekuasaan mereka.

Kehadiran BTP kabarnya juga membuat meriang pimpinan partai yang ngebet sekali mengangkangi bisnis migas di negeri ini. Sudah menjadi rahasia umum pimpinan partai ini berkolaborasi akrab dengan Boss Mafia Migas MRC. Hal ini terbukti saat antek partai ini ditempatkan di institusi penegak hukum, posisi MRC aman tenteram bebas rahasia.

Di samping itu, kehadiran BTP akan berpotensi merusak kerja sama harmonis antara mafia migas ex Petral dengan mafia internal Pertamina yang selama ini bebas merdeka. Pendek kata, para penjahat bisnis migas harus segera memasang alert siaga satu untuk mengantisipasi kehadiran BTP di Pertamina.

Saran saya ke BTP harus bisa kontrol diri dalam ucapan publiknya. BTP juga harus menyadari bahwa saat ini dia bukan seorang eksekutor lapangan. Dia berposisi sebagai pengendali dan pengarah gaya di Pertamina. BTP bukan lagi seorang ‘striker’ penyerang yang bertugas mencetak gol tapi berperan sebagai ‘play maker’ pengatur permainan dan serangan. BTP harus lebih banyak berkarya dalam senyap bukan berkata-kata menjadi kepala berita. Jalanan di Pertamina itu licin berbuih, harus hati-hati meniti dan menjejak langkah maju.

Selamat bekerja BTP. Hati-hati bawa diri dan jaga istri karena terkadang lautan buih berminyak itu juga menenggelamkan dirimu melalui orang terdekatmu.

Terakhir, BTP tidak perlu risau dan reaktif dengan niat para kadrun 212 yang mau memprotes kehadiran BTP di Pertamina. Itu urusan kami, para ‘Kadrun Hunter’. Memang negara bisa diatur oleh sekelompok kadal songong ?

Salam SATU Indonesia (15112019)
Editor (+rony banase) Foto oleh gesuri.id