Ashraf Sinclair, Adjie Massaid & ‘Silent Killer’

Loading

Oleh : Denny Siregar

“Jantungmu Kena..”

Begitu kata temanku seorang dokter spesialis jantung. Kaget ? Pasti. Karena selama ini saya sama sekali tidak merasa sakit apa-apa. Tapi sesudah melewati beberapa tes, kesimpulannya seperti itu.

Kardiovaskular sering disebut sebagai silent killer, atau pembunuh senyap. Itu karena orang yang mengidapnya tidak sadar bahwa pembuluh darahnya yang berhubungan sama jantung mampet. Seperti selang yang buntu karena kerak, keraknya harus dibersihkan supaya aliran darah ke jantung bisa lancar.

Tapi ini kan bukan selang yang mudah dibersihkan dengan bahan kimia. Ini pembuluh jantung yang sangat tipis dan kecil. Jalan terbaik adalah memasang ring, supaya melebarkan jalan aliran darah ke jantung.

Masalahnya, tidak banyak yang sadar dengan hal ini. Karena mereka merasa sehat. Dan setiap kali ada penyumbatan, mereka menganggapnya masuk angin. Karena badan kurang enak, mereka lalu olahraga dengan keras. Yang terjadi darah memompa dengan keras tapi salurannya buntu.

Akibatnya kalau gak stroke, ya lewat..

Ashraf Sinclair, suami BCL, yang baru saja meninggal dalam usia 40 tahun adalah orang yang rajin olahraga, hidup sehat dan tidak merokok. Tapi ada kemungkinan dia kena kardiovaskular.

Loh, kenapa ?

Karena, menurut seorang Profesor di bidang jantung, penyebab utama kardio adalah Gen. Jadi kalau orang tua kita punya riwayat kardio, ya anaknya kemungkinan besar juga kena.

Penyebab kardio paling utama menurutnya adalah darah tinggi, kolesterol, dan kekentalan darah yang berlebih. Gabungan ini menyebabkan kerak pada saluran pembuluh jantung. Dan obatnya hanya satu, setiap hari selama seumur hidup, minum obat untuk mengatasi itu.

Ashraf mungkin tidak menyadari itu, karena merasa sehat. Di IG nya bahkan dia bilang sesuatu tentang sit up 20 ribu kali dalam waktu 30 menit. Padahal, kalau sudah kena penyumbatan, olahraga tidak boleh terlalu keras atau kompetitif.

Ingat Adjie Massaid kan ?

Adjie juga meninggal karena masalah sama. Mungkin dia merasa badannya gak enak, sehingga main futsal. Padahal futsal itu olahraga berat banget, mirip basket. Akhirnya, dia pingsan di lapangan bola dan meninggal.

Adjie dan Ashraf punya pola yang sama. Hidup sehat, olahragawan dan tidak merokok. Mereka “dibunuh” juga secara senyap.

Jadi, kalau sudah usia 40 tahunan, lebih baik cek ke dokter jantung apakah punya risiko penyumbatan. Kalau sudah kena, ya rutin minum obat setiap hari seumur hidup. Kalau ngga, mirip Adian Napitupulu yang sudah 5 ring, tapi mungkin gak disiplin minum obatnya.

Ini semua hanya perkiraan saja. Dokter, terutama yang spesialis jantung mungkin bisa memberikan penjelasan yang lebih akurat. Saya hanya bicara berdasar pengalaman dalam sisi orang awam.

Terakhir, saya harus terima kasih kepada orang-orang yang sudah berusaha keras supaya saya baik-baik saja. Kepada seorang teman dokter wanita di Surabaya yang mengingatkan saya dan memberikan tes gratis.

Kepada dokter-dokter di Medistra yang berjibaku supaya saya masuk rumah sakit. Kepada seorang Profesor Ahli yang mengoperasi saya dan tidak mau dibayar. Dan kepada seorang tokoh besar yang memaksa saya untuk operasi, karena tahu saya bandel dan keras kepala.

Saya tidak bisa menyebut nama kalian, karena saya menghormati privacy. Saya hanya bisa menyebut kalian “para malaikat di bumi” karena bekerja dalam senyap sesenyap pembunuh di jantung saya, sehingga saya masih bisa menulis sampai kini..

Biarlah Tuhan yang membalasnya. Saya hanya bisa menyediakan secangkir kopi..

Seruput..(*)

(*/Penulis merupakan pengarang dan pegiat media sosial)
Editor (+rony banase)
Foto oleh : instagram Ashraf