Bank Pemerintah Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur yang menjadi kebanggaan masyarakat NTT, menunjukkan kinerja semakin profesional dalam mendorong dan membangun potensi NTT. Sejumlah tokoh berkompeten di bidangnya. Ketua Kamar Dagang Industri (Kadin) NTT, Abraham Paul Liyanto, kepada Timor Express menegaskan kondisi tersebut.
“Kami dari Kadin mengamati, ada sebuah perubahan signifikan di Bank NTT. Baik dalam tata kelola organisasi, ekspansi bisnis dan juga inovasi dalam pelayanan. Ini patut diberi apresiasi,” tegas senator Paul Liyanto sembari berharap agar Bank NTT menjadi lokomotif pembangunan ekonomi di NTT.
Menurut Paul Liyanto, Bank NTT berpusat di NTT dan dapat secara maksimal mengelola dana masyarakat. “Saya kira dengan sempurnanya direksi yang ada, kinerja mereka sudah cukup baik. Cukup bangkit. Dengan inovasi yang mereka lakukan saat ini, sangatlah tepat. Bagi saya, ini lokomotif yang sangat mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat NTT karena tanpa dorongan, saya rasa dunia usaha pun akan susah untuk bangkit,” terangnya.
Bank NTT, imbuh Ketua Kadin Provinsi NTT, memiliki team work hebat, inovatif dan cekatan dalam mendesain strategi Perbankan. “Bagi saya, ini karena kemampuan leadership membangun team work yang baik dan solid. Para direksi yang ada bekerjasama dengan para komisaris, semuanya mendukung,” ungkap Paul.
Ia melihat karakter Direktur Utama Bank NTT, Alex Riwu Kaho tipikal seorang pekerja keras, optimis, dan mampu membangun team work guna membawa Bank NTT menjadi Bank Devisa. “Itulah yang bagi saya, bagaimana me-manage lembaga finance yang besar, tidak bisa kita one man show. Mau pintar seperti apa, kalau mau kerja sendiri tanpa team work, saya rasa agak sulit,” ulas Paul Liyanto.
Karena itu jika mau jujur, imbuh Paul Liyanto, saya melihat ada perubahan yang sangat menyolok soal ukuran kinerja direksi. “Ini kalau kita mau evaluasi. Bagi saya evaluasinya soal inovasi, sejauh mana mereka melakukan penetrasi dan kemudian disambut publik. Salah satu, yang saya kagumi adalah kita melihat ada banyak dana CSR yang dipakai untuk menghadirkan kegiatan inovatif,” tegas Paul mencontohkan, Festival Desa Binaan Bank NTT adalah inovasi cerdas Bank NTT.
Juga ada Program Ramai Skali Bank NTT dan beberapa lainnya. “Dulu, dana CSR ini dipakai untuk dibagi-bagi. Namun sekarang, justru lain. Mereka ciptakan even, dan menghadirkan banyak kegiatan melibatkan masyarakat. Dan ini bagus,” tegas Paul.
Apalagi fokus Bank NTT, lanjutnya, ke depan itu soal digitalisasi dan elektronifikasi. Baginya, ini sangat bagus karena ini tidak sekadar tren dalam transaksi sekarang, melainkan sudah menjadi kebutuhan. “Kami melihat, industri finance akan banyak yang kolaps jika tidak memanfaatkan teknologi secara baik,” urainya.
Ada terobosan lain yang bagi Paul, patut diberi jempol yakni keberanian Bank NTT mengumumkan debitur bermasalah. Baginya ini upaya nyata untuk menekan non profit loan (NPL) dan juga bukti bahwa ada tanggungjawab yang dilaksanakan. “Ini professional,” tegasnya singkat.
Kinerja perbankan ini, tandas Paul Liyanto, dinilai oleh OJK, dan jika ada penagihan secara terbuka terhadap debitur nakal, maka ini sebuah keberanian yang harus diapresiasi. Terobosan berikut, adalah soal inovasi Bank NTT yang intens keliling daerah untuk menawarkan pinjaman daerah kepada Pemda. Malah, banyak Pemda sudah menyatakan kesediaannya mengajukan pinjaman ke Bank NTT.
Penegasan sama disampaikan Ketua Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Provinsi NTT, Dr. James Adam. Ditemui di Kupang, ekonom yang terkenal kritis ini menegaskan bahwa Bank NTT adalah bank milik masyarakat NTT yang harus terus dikawal. Menurutnya, harus didukung, karena sejauh ini Bank NTT terkenal kreatif dalam mendesain program untuk pengumpulan dana masyarakat. Ada Gebyar NTT, Kredit Merdeka dan sebagainya bahkan muncul Festival Desa Binaan.
“Dalam kaitan dengan pengumpulan dana masyarakat, sangat kuat. Makanya modal mereka berputar lebih cepat. Harus diakui, kreativitas dan inovasi bank ini sangat banyak dan hebat. Dia (Bank NTT,red) intens mengumpulkan dana masyarakat supaya memperkuat modalnya. Sehingga ini juga akan berimbas pada pertumbuhannya. Walaupun ada kredit macet yang jumlahnya sekian persen, namun di sisi lain, dia masih bisa melakukan ekspansi karena punya inovasi. Dan ini digarap maksimal,”tegas James serius.
Berikutnya, jika mau jujur melihat, ungkap James, Bank NTT sudah banyak berkontribusi dalam memajukan pembangunan di NTT. Seperti kegiatan Festival Desa Binaan Bank NTT yang selain menggairahkan pertumbuhan ekonomi sektor mikro, juga menciptakan satu destinasi baru dalam wisata. Karena ada histori yang didesain secara digital, dan elektronifikasi dalam transaksi. Di sisi lain, Bank NTT juga mampu menyukseskan realisasi penggunaan anggaran untuk pemulihan ekonomi nasional (PEN), dan kinerja ini diakui oleh regulator.
Strategi lain, urai James, untuk pemulihan ekonomi dengan menggerakkan belanja daerah. Karena semua kepala daerah adalah pemegang saham Bank NTT sehingga otomatis, itu sangat baik karena ikut mendorong. Apalagi ada program pemberian kredit untuk pembangunan di daerah dari Bank NTT yang dikemas dalam program pinjaman daerah. “Ini sangat bagus. Karena ini satu cara untuk ‘mengatasi’ yang macet-macet itu. Ada kekuatan secara internal untuk fungsi bank ini jalan. Bagi saya, ini cara tepat yang harus dilakukan oleh bank daerah agar tidak kalah dalam berkompetisi dengan bank nasional,” ujar James.
Sementara terkait kinerja direksi saat ini, bagi James, itu porsi OJK. Hanya secara kasat mata pihaknya melihat bahwa ada kemajuan signifikan. Bahkan luar biasa gebrakan-gebrakan yang sudah dilakukan direksi. Sehingga mengacu pada kondisi yang ada, dia berharap agar semua pihak mendukung direksi untuk mengeksekusi mimpi-mimpi di depan.
OJK: Wujudkan Modal Inti
Pesan menarik datang dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) NTT, mengenai dilaksanakannya Rapat Umum Pemegang Saham Tahun Buku 2020 (RUPS-TB 2020) yang dihelat pada Senin, 26 April 2021 di kantor Gubernur NTT.
Menanggapi agenda RUPS, Kepala OJK Perwakilan NTT Robert Sianipar menyampaikan sejumlah harapan positif yang mendorong perkembangan dan kemajuan Bank NTT ke depan. “Kami berharap agenda RUPS Bank NTT kali ini bisa mendorong Bank NTT lebih berkembang di waktu- waktu mendatang terutama bagaimana menuju pemenuhan Modal Inti Minimum (MIM) Rp. 3 triliun,” tegas Sianipar sembari menambahkan kebutuhan mendesak saat ini bagi Bank NTT adalah bagaimana upaya pemenuhan modal inti Rp. 3 triliun pada tahun 2024 sebagaimana yang diwajibkan dalam POJK.
“Jadi progress ini (pemenuhan modal inti-red) juga perlu dibicarakan. Kalau ada agenda agenda lain tentu bagaimana mendorong Bank NTT semakin maju. Misalnya selain bagaimana mendorong digitalisasi pelayanan,” terang Kepala OJK Perwakilan NTT.
OJK, tandas Robert Sianipar, juga mendorong bagaimana Perbankan memenuhi tuntutan digitalisasi dan penerapan oleh Bank NTT guna mendorong perkembangan pelayanannya. Kalaupun ada catatan atau arahan dalam RUPS menurutnya, itu harus dipahami sebagai upaya untuk mendorong BPD NTT lebih berkembang. Bagi dia, satu hal yang harus diapresiasi adalah semangat manajemen untuk mewujudkan Tingkat Kesehatan Bank 2 (TKB 2) menuju Bank Divisa di tahun 2023 mendatang.
“Harapan kami agar ini menjadi perhatian tersendiri dalam RUPS. Upaya-upaya menuju ke sana kami sudah pernah sampaikan terutama penerapan tata kelola dan management resikonya,” pungkasnya. (*)
Sumber (*/tim timex/boy/ogi)
Editor (+roni banase)