Pulau Padar & Eksplorasi Bank Indonesia Perwakilan NTT

Loading

Oleh : Roni Banase

Mengenal Pulau Padar di gugusan Taman Nasional Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT); bagi yang belum pernah melihat langsung, cukup dengan melihat lekukan indah pulau tersebut melalui uang lembaran Rp.50.000,- (lima puluh ribu rupiah) terbitan Bank Indonesia.

Namun, bagi yang telah melihat langsung, menapaki, merasakan degup jantung turun naik, hingga ritme nafas tak beraturan saat mulai menapaki etape pertama berupa 113 anak tangga kayu hingga ke puncak Pulau Padar yang memiliki ketinggian sekitar 400 meter dari permukaan laut tersebut, pastinya akan memperoleh sensasi tersendiri.

Pulau Padar adalah pulau ketiga terbesar di kawasan Taman Nasional Komodo, setelah Pulau Komodo dan Pulau Rinca. Pulau ini relatif lebih dekat ke Pulau Rinca daripada ke Pulau Komodo, yang dipisahkan oleh Selat Lintah. Pulau Padar tidak dihuni oleh ora (biawak komodo). Di sekitar pulau ini terdapat pula tiga atau empat pulau kecil (sumber : wikipedia)

Pulau Padar juga diterima sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO, karena berada dalam wilayah Taman Nasional Komodo, bersama dengan Pulau Komodo,Pulau Rinca dan Gili Motang.

Rombongan Bank Indonesia Perwakilan NTT menapaki Pulau Padar

Saya pun berkesempatan dapat menelusuri lekuk, panorama dan sensasi Pulau Padar secara langsung bersama Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT, I Nyoman Ariawan Atmaja; Deputi Kepala Perwakilan (Tim Perumusan dan Implementasi KEKDA), Hery Catur Wibowo dan rombongan pada Sabtu pagi, 19 Juni 2021, pasca-Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI) bertajuk “Kilau Digital Permata Flobamora” pada Jumat, 18 Juni 2021 di Puncak Waringin, Labuan Bajo.

Bertolak sekitar pukul 07.30 WITA dari dermaga Hotel Ayana Labuan Bajo, kami menggunakan speedboat dan menempuh waktu sekira 1 (satu) jam menuju Pulau Padar. Sensasi yang kami raih, berupa suguhan pemandangan menakjubkan berupa deretan pulau-pulau kecil yang mengitari di alur perjalanan dan menjumpai beberapa Kapal Pinisi yang sementara menabuh jangkar maupun melintas. Kesempatan berharga tersebut, kami abadikan dengan memotret dan membuat video amatir bersama (berencana mengunggah ke media sosial, namun terkendala sinyal tak stabil).

Setiba di Pulau Padar sekitar pukul 08.30 WITA, telah berlabuh dan bersandar beragam Kapal Pinisi dan speedboat yang mengantar para pelancong, wisatawan nusantara maupun mancanegara. Hawa panas kisaran 30°C menyambut kami, pertanda ucapan selamat datang kepada rombongan Bank Indonesia Perwakilan NTT.

Saya pun menapaki anak tangga berbahan kayu ulin di etape pertama untuk menghitung jumlahnya, pasca-etape pertama mulai terasa pegal di kaki dan deru nafas berburu (maklum, semenjak menjadi Jurnalis, waktu tidur malam di atas pukul 02.00 WITA dan memasuki usia 50-an). Lalu, kami berfoto bersama maupun berswafoto mengabadikan momen tersebut. Tampak puluhan orang telah berada di etape pertama, mereka juga larut dalam takjub sambil mengabadikan momen.

Panorama Pulau Padar dilihat dari etape kedua

Melanjutkan eksplorasi ke etape kedua, nafas kian memburu, saya pun berada pada urutan terakhir (dari 13 orang dari rombongan Bank Indonesia Perwakilan NTT). Semangat dan sindiran motivasi pun terlontar dari mulut Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT, I Nyoman Ariawan Atmaja. “Ayo, Jurnalis, semangat, masa baru begini sudah lemas!” ucapnya. (karena saya berbalut kaos bertuliskan “Jurnalis Ramah Anak” hehehe).

Saya benar-benar merasakan keletihan, terasa berat untuk mengangkat kaki menapaki anak tangga yang terbuat batu dengan cor semen yang sedikit terjal, perasaan khawatir plus phobia ketinggian pun merasuki diri. Namun, terkikis saat menjumpai anak perempuan berumur 10 tahun yang tampak bersemangat bersama orang tuanya menapaki Pulau Padar.

Meski dengan tertatih tatih, saya melanjutkan menapaki anak tangga menuju ke etape ketiga. Seperti biasa, saya tertinggal jauh di belakang dan rombongan Bank Indonesia Perwakilan NTT melesat jauh di depan. Setahap demi setahap,  meski berat, saya berupaya mengangkat kaki terus melangkah dan berpapasan dengan beberapa wisatawan nusantara dan mancanegara dari Taiwan dan Eropa.

Sambil berbincang dan menuruni Pulau Padar, mereka berbincang, “Berapa banyak ya kalori yang dibakar?” tanya salah satu wisatawan ke yang lain. Saya pun tersentak, wah ini kesempatan untuk membakar lemak di pinggang dan perut (maklum perut mulai membuncit, hehehe). Berbekal pecut diksi “Pembakaran Kalori” itu, muncul energi baru, meski nafas saya semakin memburu dan rasa capek kian menggerogoti.

Pose bersama Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT dan rombongan di Pulau Padar

Menjumpai Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT dan rombongan di etape, saya pun disambut canda tawa, mereka telah asyik mengagumi karya ciptaan Tuhan terhadap Pulau Padar. Lalu, saya mengabadikan setiap landscape dan memotret mereka dengan Canon DSLR 1100 tentengan sehari-hari (meski pinjam ke kakak tertua, hehehe).

I Nyoman Ariawan Atmaja pun tampak duduk di salah satu bongkahan batu besar sambil berujar, “Di sinilah, tim fotografer Darwis Triadi bermalam selama 3 (hari) dan memotret Pulau Padar hingga hasil fotonya dipasang di lembaran pecahan uang 50 ribu,” ungkapnya. Saya takjub, memotret dengan kamera standar saja bagus, apalagi dengan kamera profesional. Kami pun berpose bersama di lokasi tersebut dengan berbagai pose dari gaya sesuka hati hingga simbol QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) ‘standarisasi pembayaran menggunakan metode QR Code dari Bank Indonesia’.

Lalu, kami melanjutkan ke etape keempat, pemberhentian terakhir menapaki Pulau Padar. Dari lokasi tersebut, sejauh mata memandang tampak daratan Pulau Rinca dan Pulau Komodo tempat bermukim Komodo, atau juga disebut Biawak Komodo (Varanus komodoensis), adalah spesies biawak besar yang terdapat di Pulau Komodo, Rinca, Flores, Gili Motang, dan Gili Dasami di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Biawak ini oleh penduduk asli Pulau Komodo juga disebut dengan nama setempat, Ora.

Di etape ini, kami mengabadikan momentum dengan memotret diri dan berpotret bersama. Lalu, kembali menuruni anak tangga dan saya pun kembali menempati posisi terakhir karena terasa pegal di pangkalan paha dan berasa benar capek. Setiba di etape pertama, rombongan Bank Indonesia Perwakilan NTT telah menikmati Kelapa Muda Pulau Padar berharga Rp.40.000,- (empat puluh ribu rupiah) per buah (wajar ya karena Kelapa Muda harus dibawa dari Labuan Bajo? Mahal di ongkos angkut pakai kapal).

Lalu, sambil menikmati Kepala Muda di Pulau Padar, saya pun melirik jam tangan dan melihat waktu telah menunjukkan pukul 10.00 WITA. Ternyata membutuhkan waktu 1 jam 30 untuk menapaki dan menuruni Pulau Padar di bawah panas terik matahari di Nusa Tenggara Timur. (*)

Foto-foto (*/koleksi roni banase)