Silem Serang—dari Pemabuk hingga Juara Nasional Tinju Indonesia

Loading

Kupang-NTT, Garda Indonesia | Perhelatan tinju dunia yang bertajuk ‘The Border Battle 2019’, telah usai namun masih mengisahkan banyak hal menarik yang menjadi inspirasi bagi banyak orang. Kisah inspiratif ini lahir dari para petinju Indonesia yang mengambil bagian dalam event Internasional yang diselenggarakan di GOR Flobamora Kupang, pada tanggal 5—7 Juli 2019.

Silem Serang, salah satu petinju asal Nusa Tenggara Timur yang tampil pada even internasional pada partai Non Title Internasional melawan petinju asal Timor Leste, Filipe Atade. Kemenangan yang dipersembahkan Silem Serang menjadi satu kebanggaan luar biasa untuk Indonesia, khususnya Dunia Tinju NTT terutama Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS)

Penampilannya di atas ring sangat memukau para penonton namun perjuangannya untuk menjadi petinju profesional bukanlah sesuatu hal yang mudah. Silem Serang memulai kariernya di dunia tinju pada tahun 2011 di Sasana Haumeni Boxing Camp Soe. Dirinya bergabung saat berumur 22 tahun.

“Kalau kata orang itu sudah terlambat, tapi bagi saya belum terlambat. Selagi masih bisa beejuang dan mau berusaha”, ungkap pria kelahiran 25 September 1991 itu.

Sikap Silem, sapaan akrabnya merupakan contoh bagi para kaum muda. Bagaimana mungkin dia yang semasa di Sekolah Menengah Atas (SMA) sudah hidup dalam pergaulan bebas, konsumsi minuman keras namun akhirnya menjadi seorang petinju profesional. Kesadarannya merubah diri perlu dicontoh.

Silem akhirnya memulai debutnya mewakili kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) di GOR Flobamora Kupang, kemudian pada even Kejuaraan Daerah se-NTT di Soe Ibu Kota Kabupaten TTS.

“Pertama kali tampil tahun 2011 bulan Desember”, kisah Silem yang dihubungi Garda Indonesia via Whatsapp.

Motivasi tinggi yang dimiliki Silem Serang untuk menjadi seorang petinju profesional membawanya keluar daerah. Meskipun itu melawan kehendak orang tuanya yang menginginkan dirinya untuk melanjutkan studi di perguruan tinggi.

“Saya berangkat ke Depok karena orang tua saya paksa untuk kuliah dulu Kupang. Tapi masalahnya saya di Kupang itu pemabuk dan pergaulan tidak baik. Saya kuatir kalau saya kuliah pasti uang orang tua habis gara-gara pergaulan, makanya saya ambil keputusan menghindari kuliah di Kupang”, ujar alumni SMA Negeri 9 Kupang itu.

Ketika berada di Depok, kisah Silem, dirinya harus bekerja serabutan untuk bisa tetap bertahan hidup. Pekerjaan itu ia lakukan disela-sela waktu latihannya. Kerja keras dan dibarengi doa, itulah yang selalu dia lakukan. Walaupun dia mendapatkan tempat tinggal dari sasana tempat dia berlatih, namun dirinya bekerja untuk bisa mendapatkan biaya makan minum dan kebutuhan lain.

“Saya berangkat ke Depok diajak teman. Pertama kali di Depok saya masuk sasana Abraham Paulianto Boxing”, ujar pria asal Hoineno itu.

Kerja keras Silem di tempat rantau akhirnya membuahkan hasil. Selama 1 (satu) tahun 2 (bulan) berlatih dan bekerja akhirnya dia diberikan kesempatan untuk tampil dan menunjukkan kemampuannya sebagai seorang petinju masa depan yang patut diperhitungkan.

“1 tahun itu kehidupan saya sungguh prihatin tetapi saya bertahan hidup. Kemudian saya rebut Gelar Sabuk Kapolres Kota Bogor”, ujar Silem.

Kedua orang tuanya tidak marah dengan keputusan Silem untuk tetap bertahan sebagai seorang petinju. Tutur Silem, “Orang tua selalu mendukung dan menanyakan keadaannya, tetapi dirinya selalu mengatakan bahwa kehidupannya baik-baik saja, walaupun dia harus bekerja disela-sela waktu latihannya.”

“Orang tua sonde (tidak,red) marah karena saya selalu meyakinkan mereka bahwa saya baik-baik saja. Dan saya alasan belum ada orang yang kasih saya pertandingan. Akhirnya mereka bilang, tidak apa-apa itu mau saya jadi lanjutkan saja”, tutur Silem.

Lebih lanjut, Silem mengatakan bahwa dirinya mampu membuktikan bahwa pilihannya untuk tetap bertahan sebagai seorang petinju membuat orang tuanya bangga. Terutama ketika tampil di GOR Flobamora Kupang.

“Orang tua bangga sekali, sangat bangga. Bahkan terharu”, ungkap Silem.

Tidak ada kata terlambat bagi orang yang tekun dan bekerja keras. Itulah yang dibuktikan oleh Silem. Walaupun baru menekuni tinju di usia 22 tahun dengan latar belakang pemadat minuman keras, namun keyakinannya untuk membanggakan keluarga membawa dirinya patut diperhitungkan pada dunia tinju nasional sekarang. Dengan berbagai gelar nasional, saat ini Silem termasuk petinju yang sukses.

“Tahun 2017 saya juara nasional kelas terbang yunior 49 kg versi versi Komisi Tinju Profesional Indonesia (KTPI), dan tahun 2019 saya rebut lagi gelar juara nasional versi Komisi Tinju Indonesia (KTI) “, jelas Silem.

Tidak berhenti di tingkat nasional, lanjut Silem, dirinya sudah balasan kali mengikuti pertandingan internasional, diantaranya di Singapura, Filipina, Thailand dan juga Jepang, termasuk di GOR Oepoi Kupang beberapa waktu lalu.

“Itu perbaikan peringkat internasional. Peringkat saya sekarang 120 dari 360 orang petinju di dunia untuk kelas terbang yunior 49 kg”, ujar anak bungsu dari 7 orang bersaudara itu.

Dengan latar belakang orang tua petani, tutur Silem, dirinya tidak ingin merasakan kesuksesan sendiri. Dirinya kini sudah memiliki sasana tinju sendiri yang didirikan di Depok tempat dimana dia berjuang dan berlatih menata kesuksesan.

“Sekarang saya buka Sasana Tinju sendiri dengan nama daerah saya yaitu Silem Amanatun Soe Boxing Camp. Itu saya buka tahun 2014”, ujar Alumni SMP Negeri 10 Kupang itu.

Aktivitas yang dijalani saat ini, lanjut Serang, yaitu tetap berlatih di sasana miliknya dan sekaligus menjadi pelatih tinju juga. Tujuannya untuk bisa melahirkan lebih banyak petinju-petinju profesional.

“Saat ini anggota saya yang aktif berjumlah 5 orang. Dan tahun 2019 ini sudah bertanding di tingkat PORDA Jawa Barat mewakili Kita Depok dan 1 orang juara 3”, tutur Silem.

Dibalik kesuksesannya, Silem punya masa lalu yang suram dan dirinya belajar dari pengalaman tersebut. Dirinya juga mengajak para kaum muda untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan yang dimiliki untuk merubah kehidupan lewat bakat yang dimiliki. Dirinya juga berpesan kepada sesamanya yang bergelut dibidang yang sama untuk tetap berjuang karena menurutnya Tuhan selalu ada dan melihat setiap perjuangan umat-Nya

“Yang masih berusia muda, ayolah jangan sia-siakan kesempatan untuk membanggakan daerah kita, dan khusus keluarga kita serta merubah kehidupan kita melalui bakat di cabang olahraga apa saja. Khusus tinju, yang belum berhasil, jangan putus asa, tetap semangat dan berjuang, Tuhan tidak tutup mata terhadap perjuangan kita”, pungkas Silem Serang yang selalu menggunakan motif Timor disetiap penampilannya. (*)

Penulis (*/Joe Tkikhau)
Editor (+rony banase)