BPS NTT: Pada 2045 Provinsi NTT Tidak Mengalami Bonus Demografi

Loading

Kupang-NTT, Garda Indonesia | Indonesia diprediksi akan mengalami bonus demografi pada tahun 2045 di mana penduduk usia produktif (usia 15—64 tahun) lebih besar dibandingkan penduduk usia non produktif (berusia dibawah 15 tahun dan diatas 64 tahun).

Hal berbeda di alami oleh Provinsi NTT, di mana diprediksi NTT tidak akan mengalami bonus demografi pada tahun 2045.

Pernyataan tersebut disampaikan oleh Kepala BPS NTT, Maritje Pattiwaellapia pada saat Sosialisasi tentang Sensus Penduduk (SP) 2020 di Hotel Sotis Kupang pada Selasa, 24 September 2019.

Menurut Maritje, data sensus penduduk dapat dijadikan sebagai data untuk memproyeksikan pertumbuhan penduduk kedepannya dan juga mengetahui angka bonus demografi.

Lanjutnya, NTT tidak akan mengalami bonus demografi karena angka ketergantungan di NTT diatas pada tahun 2015 diatas 50%. Selama kurun waktu dari tahun 2015 sampai tahun 2040, angka ketergantungan mengalami penurunan, namun kembali meningkat di tahun 2045.

Angka ketergantungan di atas 50%, artinya bahwa 100 penduduk usia produktif, menanggung lebih dari 50 penduduk usia non produktif. Angka ketergantungan tersebut didasarkan pada data Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) tahun 2015.

“Hal tersebut menjadi faktor NTT tidak akan mengalami bonus demografi di tahun 2045,” jelas Maritje.

Maritje menambahkan bahwa penduduk lanjut usia (lansia) di NTT meningkat dua kali lipat. Jumlah angka lansia di Indonesia pada tahun 2015 sebanyak 22,99 juta penduduk atau setara 9,00% sementara di NTT sebanyak 422,2 ribu orang atau 8,24% dari total penduduk di NTT.

“Pada tahun 2045, penduduk lansia di Indonesia sebanyak 63,31% (19, 85%), dan di NTT sebanyak 1,02 juta (14, 35 %),” bebernya.

Dirinya mengatakan bahwa anak-anak usia produktif di NTT banyak yang keluar daerah dengan berbagai tujuan seperti mencari pekerjaan, bersekolah dan juga menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI), sehingga usia-usia lansia banyak di NTT.

“Usia produktif di sini (NTT, red) kurang, untuk menanggung usia non produktif sehingga kita tidak bisa mengalami bonus demografi,” jelasnya. (*)

Penulis (*/Joe Tkikhau)
Editor (+rony banase) Foto oleh padamu.net