‘Perempuan adalah Pahlawan’ bagi Wakil Wali Kota Kupang, dr. Herman Man

Loading

Kota Kupang, Garda Indonesia | Perspektif seorang Wakil Wali Kota Kupang, dr. Hermanus Man terhadap peran seorang perempuan sangat menyentuh dan menggugah. Bagi Bapak dari dua putra dan dua putri ini menggambarkan sosok seorang perempuan sebagai pahlawan. Pernyataan ini disampaikannya saat peringatan Hari Perempuan Internasional ke-110 yang dihelat oleh KPPI dan Dinas PPPA Provinsi NTT pada Sabtu, 7 Maret 2020.

Menurutnya, perempuan adalah pahlawan. “Karena kalau mama saya tidak melahirkan dan mendidik, maka saya tak bisa menjadi ‘orang’ seperti saat ini,” ujar dr Herman Man. Pandangan wakil wali kota kupang 2 (dua) periode ini, emansipasi sebaiknya jangan hanya sebatas kata-kata, seperti program terkait perempuan di Kota Kupang sangat diakui.

dr. Herman Man saat foto bersama Anggota Kaukus Perempuan Politik Indonesia (KPPI) Provinsi NTT di areal CFD

Ingin menelisik lebih jauh tentang bagaimana orang nomor dua di Pemerintah Kota Kupang tersebut memperlakukan perempuan di dalam rumah tangganya, maka media ini membuat janji bertemu dengan istri Wakil Wali Kota Kupang, Ibu Elizabeth Rengka pada Sabtu, 7 Maret 2020 pukul 18.00 WITA (6 sore), namun karena masih ada acara keluarga sehingga disepakati janji bertemu pada Senin, 9 Maret 2020 pukul 11.30 WITA.

Pada pertemuan dalam suasana keakraban dan santai di rumah jabatan Wakil Wali Kota Kupang tersebut, Istri dari dr. Herman Man (sapaan akrab Wakil Wali Kota Kupang), media ini menelusuri liku kehidupan interpersonal ayah, Ibu, dan anak dan mendengar langsung bagaimana Ibu Elizabeth Rengka menjalin relasi selama kurang lebih 44 tahun dan bagaimana sosok suaminya itu memperlakukan dirinya dan empat orang anaknya.

Foto bersama Wakil Wali Kota Kupang, dr. Herman Man dan Istri, Ibu Elizabeth Rengka saat peringatan Hari Perempuan Internasional ke-110 pada Sabtu, 7 Maret 2020

Berikut petikan wawancara dan dialog akrab antara Garda Indonesia dan Ibu Elizabeth Rengka :

Garda Indonesia : Bagaimana Bapak Herman Man memperlakukan Mama (Ibu Elizabeth Rengka,red) ?
Elizabet Rengka: Saya merasakan bahwa saya tidak diremehkan dan segala sesuatu selalu dibicarakan bersama ‘tanjeng’ (Bahasa Daerah Manggarai) dan pendapat saya didengar.

Garda Indonesia : Saya ingin menarik kenangan masa muda, Mama bertemu Bapa di mana dan kapan?
Elizabeth Rengka : Pertemuan pertama saat saya bersekolah di SMP Putri dan Bapa di SMA Syuradikara Ende pada tahun 1968. Selanjutnya usai menamatkan SMA, Bapa melanjutkan kuliah kedokteran di Surabaya dan saya melanjutkan sekolah ke Carolus. Kemudian, pertemuan yang lebih intens terjadi pada tahun 1976 saat saya bekerja sebagai perawat di Jopu, Kabupaten Ende dan akhirnya memutuskan menikah.

Garda Indonesia : Anak Mama yang pertama lahir pada tahun berapa?
Elizabeth Rengka : Anak pertama lahir pada tahun 1979 di Jopu, Kabupaten Ende, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Garda Indonesia : Bagaimana Bapa dan Mama membangun komunikasi saat ada konflik dalam rumah tangga?
Elizabeth Rengka : Kami mempunyai budaya untuk menyelesaikan masalah saat kami makan bersama di meja makan.

Garda Indonesia: Bagaimana Bapa dan Mama memperlakukan anak perempuan saat mereka masih kecil hingga dewasa dan saat mempunyai masalah?
Elizabeth Rengka : Biasa praduga (feeling) seorang Mama lebih tajam dan saya berupaya membangun komunikasi dengan anak perempuan kami dan Bapa selalu mendukung.

Garda Indonesia : Bagaimana Bapa memperlakukan pekerja perempuan di dalam rumah?
Elizabeth Rengka : Biasanya melalui saya, jadi kalau mereka membutuhkan sesuatu, menyampaikan ke saya secara pribadi lalu saya sampaikan ke Bapa.

Garda Indonesia : Apa pandangan Bapa terkait kesibukan Mama dalam bidang sosial kemanusiaan? (Saat ini Ibu Elizabeth Rengka menjabat sebagai Ketua Forkomwil PUSPA (Partisipasi Publik untuk Kesejahteraan Perempuan dan Anak) Provinsi NTT
Elizabeth Rengka : Bapa sangat mendukung saya melakukan hal positif. Sebelumnya saya sempat menjadi dosen dan ketua program studi di salah satu perguruan tinggi di Kota Kupang, namun kemudian saya memutuskan berhenti dan fokus mengurus PKK.

Garda Indonesia : Untuk selalu menjaga hubungan interpersonal, apa saja selalu dilakukan Bapa dan Mama?
Elizabeth Rengka : Biasanya kami melakukan olahraga ringan seperti jalan kaki bersama di areal Car Free Day (CFD) di Jalan El Tari Kota Kupang.

Garda Indonesia : Pertanyaan terakhir, bagaimana Mama mendukung langkah dan karier politik Bapa selanjutnya?
Elizabeth Rengka : Yang terutama Bapa harus sehat, sehingga saya selaku istri selalu memperhatikan asupan makanan yang disantap setiap hari dan Bapa selalu menyempatkan diri untuk makan siang di rumah.

Penulis, editor dan foto (+rony banase)