The Brief Story of Leko Boko Aka Bijol

Loading

Musik Tradisional adalah musik yang hidup dari generasi ke generasi yang digunakan sebagai hiburan maupun upacara adat. Musik tradisional terdiri dari syair yang dinyanyikan dan diiringi dengan alat musik.

Salah satu alat musik tradisional yang terkenal dari Nusa Tenggara Timur adalah Sasando. Alat musik yang terbuat dari daun lontar dan bambu ini sudah ada sejak abad ke-17 di Pulau Rote. Tapi tahukah kamu bahwa di Nusa Tenggara Timur juga terdapat alat musik yang terbuat dari labu hutan yang berasal dari penduduk asal di Pulau Timor yakni Leko Boko atau lebih dikenal dengan nama Bijol.

Bijol dimainkan dengan cara dipetik layaknya Ukulele. Masing-masing senarnya memiliki arti sendiri mulai dari senar yang paling bawah berarti Tain Mone atau anak laki-laki, senar berikutnya Tain Ana berarti Tali Anak atau kecil, senar ketiga namanya Tain Feto atau tali perempuan dan senar keempat Tain Ena yang berarti tali induk. Untuk nadanya sendiri, senar pertama bernada Sol, senar kedua bernada Re dan yang ketiga bernada La dan senar keempat bernada Do.

Bijol terdiri dari wadah resonansi yang terbuat dari labu hutan dan kayu sebagai kerangka badan yang dipakai untuk merentangkan senar serta senar yang terbuat dari usus kambing.

Menurut informasi dari Yohanis Tahoni salah seorang pemain Juk asal Timor Tengah Utara, Bijol ini sudah ada sejak tahun 1950-an dan masih sering dimainkan di upacara pernikahan maupun acara adat di sana.

Bagi suku Dawan yang merupakan salah satu suku di pulau Timor, Bijol dimainkan berpasangan dengan Heo pada pesta adat maupun hiburan pribadi. Heo adalah alat musik tradisional mirip biola asal dari NTT yang terbuat dari papan kayu dengan 4 senar dan alat geseknya terbuat dari rangkaian ekor kuda.

Saat melakukan riset, Jelajah Nada Timor turut menjumpai Bijol. Jelajah Nada Timor adalah perjalanan merekam syair-syair tradisional di 5 (lima) daerah di Pulau Timor yang akan diterjemahkan ke dalam musik ambient oleh musisi post-rock asal Kota Kupang, Tarwis Lifani Haning atau yang lebih dikenal dengan nama SHAGAH.

Dapatkan informasi lebih jauh mengenai perjalanan Jelajah Nada Timor dalam melakukan proses merekam syair-syair tradisional serta fakta-fakta seputar alat musik tradisional NTT melalui media sosial Instagram @jelajahnadatimor.(*)

Sumber (*/https://budaya-indonesia.org/Leko-Boko-Bijol Wawancara dengan Yohanis Tahoni via telepon)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *