Angka 3 (tiga) kerap kali dianalogikan sebagai simbol metal atau pun berakronim menang total. Angka 3 pun dalam ajaran Kristen mengandung makna Trinitas (Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus) atau Tritunggal (Iman, Harapan, dan Kasih). Pada ajaran Buddha terdapat istilah Trikaya ( 3 tubuh Buddha), Tripitaka (3 keranjang ajaran) dan Tridharma (3 jalan kebenaran). Begitu pula dalam kehidupan masyarakat Bali dikenal istilah Tri Hita Karana, Tri Kaya Parisudha, Tri Mandala, Tri Murti, dan Tri Sandya.
Ulasan kali ini lebih pada mengulik nomor urut 3 (tiga) sebagai nomor urut pasangan calon gubernur dan wakil gubernur NTT, Simon Petrus Kamlasi dan Andrianus Garu (SIAGA) yang bakal bertarung pada perhelatan Pilkada serentak pada Rabu, 27 November 2024.
Komisi Pemilihan Umum Provinsi Nusa Tenggara Timur (KPU NTT) resmi menetapkan nomor urut pasangan calon gubernur dan wakil gubernur pada pemilihan tahun 2024. Pada penarikan nomor urut tersebut, pasangan calon gubernur dan wakil gubernur NTT, Simon Petrus Kamlasi – Adrianus Garu (SIAGA) mendapat nomor urut 3 (tiga).
Calon gubernur NTT, Simon Petrus Kamlasi (SPK) mengatakan, angka tiga diibaratkan tiga tungku yang selalu menopang satu dengan lainnya menjadi tungku yang sangat kuat. Menurut SPK, di balik angka tiga tersembunyi suatu kekuatan, kestabilan, dan dapat menempatkan posisi sentral yang pas untuk menopang sesuatu yang lebih berat dan situasi yang tidak stabil di atasnya.
Jenderal bintang satu ini mengatakan, angka tiga juga memiliki arti yang spesifik di dunia militer yakni kemampuan mengetahui jejak lawan atau musuh. Angka tiga, imbuh Kamlasi, merupakan angka yang tepat baginya sebagai seorang dengan latar belakang prajurit TNI karena angka tiga juga bermakna sebagai eksekutor ide dan gagasan.
Calon wakil gubernur NTT, Adrianus Garu juga menekankan bahwa angka tiga diibaratkan hubungan personal antara Allah, Alam dan Leluhur. Ia meyakini bahwa nomor urut tiga yang didapat SIAGA telah direncanakan Allah, Alam dan Leluhur untuk kerja-kerja kemanusiaan.
Filosofi Tiga Unsur (Allah, Alam, Leluhur) menurut pandangan Antropolog
Antropolog Budaya dari Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang, Pater Gregorius Neonbasu SVD, PhD. menjabarkan Allah, Alam, dan Arwah (leluhur) dalam teori sistem itu satu kesatuan.
Ditekankan Pater Gregorius Neonbasu, ada satu istilah ‘Extra Mundum Nulla Salus’, artinya tanpa dunia tidak ada keselamatan. Dunia ada baru Yesus datang untuk menyelamatkan manusia.
Rohaniwan Katolik ini juga menegaskan bahwa arwah leluhur setelah meninggal berada di sekitar Allah, mereka membantu manusia supaya hidup selaras dengan alam. Itu ada istilah latin ‘Serva Ordinem Et Servabit Te’, artinya peliharalah alam supaya alam memelihara engkau.
Kondisi ini, imbuh Pater Gregorius Neonbasu, diterapkan oleh orang Timor. Menurutnya, ekologi dan ekosistem kita sekarang ini rusak, karena kita memakai sistem lain bukannya sistem natural. “Karena itu Allah, Alam dan Arwah itu tiga serangkai yang tidak bisa dipisahkan,” tegasnya.
Lanjutnya, Sekarang kalau mau berbicara seperti itu dan bandingkan dengan tradisi kita, jangan pikir bahwa kita dulu tidak kenal Allah. “Itu tidak benar !, kita dulu sudah kenal. Itu tanda bahwa orang kita percaya bahwa Allah, Alam dan Arwah sebagai mediator.” ujarnya seperti dilansir saat proses menemukan makam Sobe Sonbai III.
Penulis (+roni banase)