APTARI Dorong Penerapan Arsitektur Lahan Kering Kepulauan di NTT

Loading

Kupang, Garda Indonesia | Pelaksanaan Rakernas Asosiasi Pendidikan Tinggi Arsitektur Indonesia (APTARI) tahun 2022 di Kota Kupang diharapkan memberikan masukan yang baik bagi arsitektur di NTT.

Kegiatan yang berlangsung 3 hari, mulai 9–11 November 2022 ini, akan membahas banyak hal, terutama berkaitan dengan pengembangan kurikulum. Sebanyak 146 perguruan tinggi berpartisipasi dalam Rakernas tersebut.

Ketua panitia pelaksana, Rosvitayati Umbu Nday mengatakan, Rakernas akan memberikan masukan dalam pengembangan Prodi arsitektur. Terkhusus untuk Undana yang mengusung karakter arsitektur lahan kering kepulauan.

“Sehingga arsitektur yang berkembang di NTT memang berkarakter sesuai dengan kondisi yang ada di sini,” jelasnya.

Menurutnya, nenek moyang orang NTT sudah menerapkan arsitektur dalam bangunan-bangunan rumah adat sesuai kondisi wilayah. Namun seiring perkembangan, arsitektur yang berkarakter itu hampir terlupakan.

“Ini yang perlu kita sama-sama berpikir untuk bagaimana mengembalikan spirit arsitektur kita sesuai dengan kondisi kita,” ujar Rosvitayati.

Staf khusus Gubernur NTT, Fredik Benu mengatakan, prodi arsitektur didorong untuk dapat memanfaatkan kearifan lokal dalam pembangunan.

Menurutnya, kekayaan alam seperti bambu didorong untuk digunakan dalam pembangunan infrastruktur di NTT.

“Kalau bisa semua kekayaan alam seperti bambu dan lain sebagainya dimanfaatkan oleh ahli-ahli arsitektur di Indonesia dan khususnya NTT untuk membangun infrastruktur dan arsitektur yang ada di NTT,” jelasnya.

Ia berharap dalam Rakernas tersebut muncul gagasan-gagasan terkait bagaimana pemanfaatan kekayaan alam tersebut. Selain itu juga memecahkan persoalan-persoalan pembangunan di NTT sesuai dengan kondisi wilayah.

“Pak Gubernur sangat mengharapkan itu,” ucap Benu.

Dekan Fakultas Sains dan Teknik (FST) Undana, Philiphi De Rozari mendukung inisiasi arsitektur berkarakter lahan kering kepulauan. Ia berharap, dalam Rakernas kali ini hal itu bisa didiskusikan untuk melahirkan kurikulum yang menghasilkan lulusan berkompeten.

“Kita berharap ke depan orang kalau mau belajar tentang (arsitektur) lahan kering kepulauan bisa di Undana,” jelas Philiphi.(*)

Penulis (*/JK)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *