Berani Keluar Zona Nyaman, SD GMIT SoE II Buktikan Literasi Bisa Dimulai Sejak Dini
- account_circle Daud Nubatonis
- calendar_month 7 jam yang lalu
- visibility 1.307
- comment 0 komentar

![]()
Lefinus menjelaskan bahwa hingga saat ini di Kabupaten TTS baru terdapat 24 sekolah yang membangun kolaborasi dengan Nyalanesia dan telah menghasilkan buku antologi guru dan peserta didik. Program tersebut mulai berjalan sejak tahun 2024.
SoE | SD GMIT SoE II resmi meluncurkan buku antologi berjudul Pelangi di Balik Seragam Merah Putih pada Sabtu, 13 Desember 2025. Kegiatan yang berlangsung di lingkungan sekolah tersebut menjadi bukti nyata komitmen SD GMIT SoE II dalam membangun dan memperkuat budaya literasi sejak usia dini melalui kolaborasi antara guru dan peserta didik.
Buku antologi ini merupakan kumpulan karya tulis kreatif guru dan siswa yang memuat puisi, cerita pendek, serta tulisan reflektif. Setiap karya merefleksikan pengalaman belajar, persahabatan, nilai-nilai kebangsaan, hingga kisah keseharian siswa di sekolah. Karya-karya tersebut lahir dari imajinasi, kejujuran perasaan, serta pendampingan intensif guru dalam proses pembelajaran literasi.
Penggerak Literasi Daerah Nyalanesia Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Lefinus Asbanu, S.Pd, menyampaikan bahwa literasi tidak hanya dimaknai sebagai kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga sebagai kemampuan berpikir kritis, memahami informasi, serta membangun karakter masyarakat yang adaptif terhadap perubahan zaman.
“Literasi adalah pintu masuk untuk membangun masyarakat yang cerdas, berdaya saing, dan tetap berakar pada nilai-nilai budaya lokal Timor Tengah Selatan,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa Kabupaten TTS memiliki potensi besar dari segi sumber daya manusia dan kearifan lokal. Namun, potensi tersebut perlu ditopang oleh ekosistem literasi yang kuat dan berkelanjutan, mulai dari keluarga, sekolah, hingga komunitas masyarakat.
Lefinus juga mengapresiasi SD GMIT SoE II yang dinilai berani keluar dari zona nyaman dengan membuka ruang kolaborasi bersama berbagai pihak, termasuk Nyalanesia, guna mendukung pengembangan literasi guru dan peserta didik melalui kegiatan menulis.
“Tidak semua kepala sekolah berani keluar dari zona nyaman. Oleh karena itu, kami memberikan apresiasi dan rasa hormat kepada Kepala SD GMIT SoE II yang berani membangun kolaborasi demi kemajuan literasi sekolah,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Lefinus menjelaskan bahwa hingga saat ini di Kabupaten TTS baru terdapat 24 sekolah yang membangun kolaborasi dengan Nyalanesia dan telah menghasilkan buku antologi guru dan peserta didik. Program tersebut mulai berjalan sejak tahun 2024.
“Pada tahun 2024 baru ada enam sekolah yang bergabung, dan itu masih terbatas pada jenjang SMP, SMA, dan SMK. Pada tahun 2025 jumlahnya meningkat menjadi 24 sekolah. Untuk jenjang SD, baru dua sekolah yang bergabung, yakni SD GMIT SoE II dan SD Inpres Taubneno,” jelasnya.
Ia berharap pada tahun 2026 semakin banyak sekolah di Kabupaten TTS yang bergabung dalam program Gerakan Sekolah Menulis Buku, karena dinilai sangat bermanfaat bagi pengembangan budaya literasi di sekolah.
Sementara itu, Kepala SD GMIT SoE II, Yusak Neolaka, S.Pd, menyampaikan bahwa penerbitan buku antologi ini merupakan bentuk apresiasi terhadap kreativitas dan semangat menulis guru serta peserta didik yang didampingi langsung oleh Penggerak Literasi Daerah Nyalanesia.
“Seragam merah putih bukan hanya identitas sebagai pelajar, tetapi juga menyimpan beragam cerita, mimpi, dan harapan. Semua itu kami rangkum menjadi sebuah pelangi karya yang didampingi oleh Pak Lefinus,” ujarnya.
Yusak menambahkan bahwa sesungguhnya anak-anak memiliki potensi yang sangat luar biasa, namun selama ini belum tersedia wadah yang tepat untuk mengembangkan potensi tersebut. Melalui kerja sama dengan Nyalanesia, potensi tersebut mulai terasah dengan baik.
“Awalnya kami berpikir bahwa menulis adalah sesuatu yang sangat sulit, terlebih bagi anak-anak SD. Namun melalui pendampingan yang intensif, kami para guru dan peserta didik dibimbing secara detail mengenai langkah-langkah menuangkan ide ke dalam tulisan, hingga akhirnya dapat menghasilkan karya,” tuturnya.
Ia juga menjelaskan bahwa sebelumnya SD GMIT SoE II telah menerapkan program reading camp, yakni pengelompokan peserta didik berdasarkan kemampuan membaca. Program tersebut dinilai sangat membantu.(*)
- Penulis: Daud Nubatonis
- Editor: Roni Banase












Saat ini belum ada komentar