Breaking News
light_mode
Trending Tags
Beranda » Cerpen » Pendam – Pendam Si Fotografer

Pendam – Pendam Si Fotografer

  • account_circle Penulis
  • calendar_month Rab, 11 Agu 2021
  • visibility 1
  • comment 0 komentar

Oleh : Melkianus Nino

Menelusuri kubangan bekas tapak ratusan Kerbau liar dalam rimba hijau dekat kaki bukit. Bukit dengan batuan hitam pasi. Melihat dari lembah seperti coretan kapur tulis pada blackboard tanpa catatan. Jika menghampirinya, banyak batu meruncing tajam menakutkan kaki telanjang. “Oh, perih sekali”.

Benar-benar beda. Semirip cerita klasik. Dulu air naik dan pulang di senja, tinggalkan batu-batu tua. Pandangan ke barat, lautan biru dibalut awan-gemawan. Tapi, masih tampak dengan telunjuk. “Itulah Laut Kaubele”

Neno, anak kampung yang kembali dari perantauan yang asing orang-orang kampung mengenalnya. Hobby : Petualang, fotografer. Camera Canon, kenangan pulang ke kampung. Seperti akar gantung bagai kalung.

Neno sangat dikagumi gadis-gadis desa yang baru naik-naik masanya. Karena, Neno melaut ke seberang demi menimba pengalaman.

Neno, berdiri sigap di atas batu tua depan  gubuk reot yang lama ditinggal penghuni. Dengan membentuk sasaran demi selembar hanya mata kiri, dikedip-kedip hasil jepret masih acak-acakan. Telunjuk kiri menjadi buta, meraba-raba tuts utama.

Ujung jari sudah membuta. Neno merasa dibodohi mutlak oleh kerabat masa kecil yang membuat sentak kagetnya. ” Neon …(sapa manja), bodoh sekali! Sindir Amaine.

“Kamu kurang makan garam”  canda kecil menjadi  lelucon dan saling memecah sore.

“Banyak tukang foto yang hebat masih terus belajar. Jadi sejatinya Neon, kamu harus banyak makan dan buat sirup air garam. Sehingga jari tidak gementar dan pikiran selalu gentar”. Sekali sindir Amaine.

Untuk menutup aib, Neno menarik napas dalam-dalam dan memangsa gigi sendiri. Neno seakan digurui dari buah sindir bibir Amaine, teman leting dulu. Camera Canon menjadi kalung-kalung abadi dan telah terlepas memukul dadanya sendiri. Ia merasa dihina, padahal keduanya satu sama pikun. Neno sudah menerima pengalungan karena bodoh dan gementaran meragu.

Persahabatan sepasang mahkota, adalah kecenderungan dari cerita teman sekelas dulu . Keduanya jebolan kelas V dan mendapat predikat bersyarat. Apalagi  kalau belum jam pulang sekolah, mereka seperti monyet di atas Pohon Jambu.

Di saat Neno merenung kembali bukit itu, ia merasa belum puas dengan hasil yang acak-acakan. “Tapi, mau bilang apa, jangkrik sudah bernyanyi dalam gelap dan cecak asyik berkejaran di atas loteng” keduanya duduk melingkari api unggun di halaman batas rumah.

“Amaine, saya ingatkan untuk jangan ulangi caramu yang seperti sore tadi. Untung, kamu, adalah teman lama. Jika orang lain, camera sudah merobek pelipis kamu,” Neno menasihati.

Mendengar penasihat Si Neon, Amaine menunduk diam. Ia merasa kesal dengan tingkahnya sehingga membatalkan momen-momen sore. Ia terus diam membungkam-membungkus penyesalan besar bersama segenap malam. Amaine melirik sebelah mata kalau Neno mengerut kening dan berlagak marah. Melihat sebayanya, duduk bersilang kaki dan tangan, Neno mendekap dan sama-sama bersalah.

Kabut pagi menutupi perkampungan udik,  dusun lahir Neno dan Amaine. Pagi membawa semangat baru dan melepas keluh-kesah kemarin. Keluhan hanya akan membuat hati luluh resah terus beranak kegelisahan. Neno membuang lupa dan duduk menikmati kopi panas. Anak telinganya terngiang dari bunyi radio di tengah kesendiriannya, yang jarang terdengar di balai desa. Neno membasuh wajah dengan segayung air dan tanpa alas kaki menuju sumber bunyi. Ia seperti pencuri pagi mengintip dari balik pohon kemiri. Dan, melihat asap masih melambung dan hilang di telan kabut. Ia melihat seorang lelaki separuh baya keluar dari tenda. Neno tak menahu maksud kehadiran.

Ia pun melangkah tanpa suara dan  menuju Amaine. Ia terbirit-birit selayak anak Kambing kegirangan dan mencari keberadaan letingnya.

Ia makin mengurangi kecepatan langkah seribu dan merasa miris dan berpikir panjang-lebar dengan orang-orang baru tadi.

Dengan mengayun langkah, asap api melambung dari kisi-kisi ilalang hanya termakan usia. Neno terkenang lagi asap pagi dan wajah kabut pagi, yang tak dikenalinya.

” Amaine…! Amaine…! Panggil Si Neon.

“Hmmm… Neon!  Ada apa?” sembari melihat kemurungan sobat.

Neno melepas senyum pagi  yang muncul sekejap di belakang dapur. Ia membuka cerita baru penuh penasaran. Wajahnya mirip heran dan kening bergelombang.

” Am…,  ada empat tenda di halaman balai desa. Saya melihat dari hutan kemiri sempat memelototi gadis baru bukan gadis-gadis desa. Dia lumayan cantik, lebih cantik dari gadis-gadis di sini!” cerita Si Neon.

Tak menunggu cerita kebenaran Neno. Amaine mengajak dan pergi ke sasaran tanpa alas kaki dan basa-basi dan sengaja bertemu Kaur organisasi, Bapak Piet.

Setibanya di teras balai, keduanya disambut Bapak Piet dan ketujuh wajah baru.

“Nona Hana, perkenalkan Neno dan Amaine, Neno tukang fotografer di desa kami dan keduanya pemuda kampung kita,” celoteh Kaur Piet.

Kesembilan muda-mudi saling berjabatan tangan. Saking erat tangan Neno yang tak mau melepas pelukan tangan dan seiring membuang senyuman tipis.

Nona Hana melirik menunduk dan merundukkan padi asmara seakan ada sesuatu yang terselubung.

Mata-mata lainnya, hanya mampu menikmati pandangan sandiwara pagi, yang sama-sama ingin hadir.

Mentari makin meninggi.

“Maaf Neno, bisakah temani untuk ke bukit batu itu,” kata Nona Hana sembari menunjuki puncak.

“Bisa sekali!” jawabnya Neno polos singkat.

Saat jelang mentari akan berlabuh, para pencinta alam yang jauh-jauh dari kota  hampir dekati puncak. Dakian yang tajam, tak membuat pupusnya harapan. Neno yang sebagai pengawal belakang dan Amaine sebagai benteng dan penunjuk jalan. Ia yang menyusul di balik Nona Hana, hanya menjaga musuh. Kata-kata yang ingin dibibirkan terasa keruh, Neno dan Hana hanya dalam lembah kebisuan sembari menikmati  kesunyian rimba yang jarang orang-orang ingin bertualang.

Puncak tercakar empat belas kaki bersepatu dan empat kaki telanjang rela menahan perihnya tusukan tajamnya batuan bukit. Dari puncak nampak pesona senja mengukir sketsa. Si Neon dan Camera Canon membagikan jepretan-jepretan, saat ketujuh muda-mudi membelakangi barat menunjukkan history-nya, masih ada sejarah tertulis. Kalau Cinta berawal dari rasa ragu-ragu.

Penulis merupakan Pegiat Literasi dan menetap di Belu

Foto (*/istimewa)

  • Penulis: Penulis

Rekomendasi Untuk Anda

  • Sulit Air Bersih di Raijua, Harga Satu Tangki 450 Ribu, Pemprov Bantu Mobil Tangki

    Sulit Air Bersih di Raijua, Harga Satu Tangki 450 Ribu, Pemprov Bantu Mobil Tangki

    • calendar_month Sab, 24 Okt 2020
    • account_circle Penulis
    • visibility 2
    • 0Komentar

    Pulau Raijua, Garda Indonesia | Kesulitan air bersih dialami oleh masyarakat di Kecamatan Raijua di Kabupaten Sabu Raijua, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Di dalam pulau seluas 36,97 km2 tersebut didiami oleh 2.558 kepala keluarga dengan kepadatan penduduk 268 orang per kilometer. Meski tersedia sumur galian di beberapa rumah masyarakat, namun belum dapat memenuhi kebutuhan […]

  • Gubernur VBL Salut Kinerja Manajemen Bank NTT

    Gubernur VBL Salut Kinerja Manajemen Bank NTT

    • calendar_month Sab, 9 Apr 2022
    • account_circle Penulis
    • visibility 0
    • 0Komentar

    Lewoleba, Garda Indonesia | Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat (VBL) menyatakan kekagumannya atas kinerja luar biasa yang ditunjukkan oleh manajemen Bank NTT. Saat ini, dengan komposisi yang sempurna, yakni lengkapnya seluruh jabatan direksi, memungkinkan BUMD kebanggaan masyarakat NTT ini kian menunjukkan kinerja dengan performa luar biasa. Ketika memberikan sambutannya dalam kunjungan kerja di Desa Tagawiti, […]

  • “T’fua Ton” Tradisi Adat Tahun Baru di Miomaffo Timor Tengah Utara

    “T’fua Ton” Tradisi Adat Tahun Baru di Miomaffo Timor Tengah Utara

    • calendar_month Ming, 23 Jan 2022
    • account_circle Penulis
    • visibility 3
    • 0Komentar

    Oleh : Melkianus Nino Tradisi adat atau ritus “T’fua Ton” merupakan satu upacara dalam bertani ala Atoni Pah Meto, Tunbaba – Kecamatan Miomaffo Timur – Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Tradisi T’fua Ton atau Tahun Baru Adat sangat menggugah benak dan menginspirasi banyak orang, di saat para Tetua Adat/Pemangku Adat […]

  • Polres Tanjab Barat Dinilai Tak Serius Ungkap Kasus TPPO Anak

    Polres Tanjab Barat Dinilai Tak Serius Ungkap Kasus TPPO Anak

    • calendar_month Sen, 6 Feb 2023
    • account_circle Penulis
    • visibility 2
    • 0Komentar

    Jambi, Garda Indonesia | Hingga kini belum ada kejelasan dari Kepolisian Resor (Polres) Tanjung Jabung (Tanjab) Barat dalam mengungkap kasus Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) yang melibatkan anak di bawah umur, sejak keluarga korban melaporkan ke polisi pada Sabtu, 21 Januari 2023 lalu. Baca juga:  https://gardaindonesia.id/2023/01/polisi-tindaklanjuti-kasus-tppo-teman-jual-teman-di-jambi/ Hingga saat ini, sudah terhitung 15 hari sejak keluarga […]

  • Paus Fransiskus Meninggal Dunia

    Paus Fransiskus Meninggal Dunia

    • calendar_month Sen, 21 Apr 2025
    • account_circle Penulis
    • visibility 1
    • 0Komentar

    Terakhir kali, Paus Fransiskus hadir di hadapan ribuan umat Katolik di Lapangan Santo Petrus di Vatikan pada Minggu, 20 April 2025, untuk merayakan Paskah. Pria berusia 88 tahun itu terlihat lemah, sehingga tidak dapat menghadiri sebagian besar acara Pekan Suci di Vatikan.   Vatikan | Paus Fransiskus pemimpin gereja Katolik sekaligus kepala negara Vatikan meninggal […]

  • Diduga Menodai Bendera Negara, Olivia Jensen Bakal Dipanggil Bareskrim

    Diduga Menodai Bendera Negara, Olivia Jensen Bakal Dipanggil Bareskrim

    • calendar_month Sen, 30 Agu 2021
    • account_circle Penulis
    • visibility 2
    • 0Komentar

    Jakarta, Garda Indonesia | Artis Olivia Jensen dilaporkan ke Bareskrim Polri karena diduga melakukan penodaan terhadap kehormatan bendera negara. Dittipidum Bareskrim segera melakukan pemanggilan terhadap Olivia Jensen. “Siapa pun yang terkait akan diklarifikasi,” ujar Dirtipidum Bareskrim Brigjen Andi Rian Djajadi, pada Senin, 30 Agustus 2021. Brigjen Andi belum membeberkan kapan polisi bakal memanggil Olivia Jensen. […]

expand_less