Breaking News
light_mode
Trending Tags
Beranda » Humaniora » Vaksin Nusantara

Vaksin Nusantara

  • account_circle Penulis
  • calendar_month Sab, 20 Feb 2021
  • visibility 30
  • comment 0 komentar

Loading

Oleh : Dahlan Iskan

Pada balapan vaksin dunia ini, Indonesia bisa menyalip di tikungan. Bisa seperti pembalap Michael Schumacher atau Valentino Rossi dulu. Pembalap kita adalah: dokter cum Jenderal Terawan Putranto. Johnson & Johnson menyalip Pfizer dan AstraZeneca, dengan penemuannya: cukup satu kali suntik. Pfizer sendiri menyalip Tiongkok-Sinovac dalam hal afikasi yang lebih tinggi: 95 persen.

Kini, Vaksin Nusantara-nya dokter Terawan akan menyalip di banyak tikungan sekaligus. Mulai bulan Mei nanti. Tidak lama lagi. Kalau, BPOM bisa mengeluarkan izin pemakaian darurat di bulan itu. Uji coba pendahuluan sudah diselesaikan. Aman. Uji coba tahap I sudah pula selesai. Hasilnya sudah dilaporkan ke BPOM. Juga sudah dilaporkan ke badan kesehatan dunia WHO. Dari uji coba tahap I itu terlihat tidak satu pun relawan yang  terkena efek samping. Berarti vaksin ini aman.

Diharapkan badan obat dan makanan Indonesia itu, mengizinkan dilakukannya uji coba lanjutan: uji coba tahap II. Dengan jumlah dan variasi relawan lebih banyak. Dengan variasi dosis lebih luas. Pun kalau sukses, BPOM akan mengizinkan lagi segera dilakukan uji coba tahap II. Dengan demikian, izin pemakaian darurat bisa didapat awal Mei 2021.

Bukan main kebanggaan nasional kalau itu terwujud. Kalau semua tahapan sisa itu lancar maka Indonesia benar-benar akan bisa menyalip di tikungan. Sekaligus di banyak kelokan.

Pertama, Vaksin Nusantara ini akan bisa di tubuh kita seumur hidup. Tidak seperti vaksin yang sudah ada: hanya bertahan 1 tahun. Ada yang bilang hanya 9 bulan. Bahkan lebih pendek lagi. Artinya, kalau pandemi tidak selesai 6 atau 9 bulan lagi kita harus vaksinasi lagi.

Kedua, suntiknya hanya sekali dan tidak sakit. Lokasi penyuntikan tetap di lengan tapi tidak perlu dalam. Cukup mencapai bagian lemak. Karena itu arah jarum suntiknya tidak harus tegak lurus. Tidak seperti suntik vaksin yang ada selama ini: jarumnya harus mencapai otot lengan. Harus dalam. Posisi jarum pun harus tegak-lurus. Rasa sakit dari suntik vaksinasi yang ada sekarang ini timbul akibat teknik penyuntikan yang harus seperti itu.

Ketiga, tidak perlu disimpan di suhu dingin. Cukup di ruangan biasa. Puskesmas yang kulkasnya sudah penuh pun tidak harus beli kulkas baru. Pun kalau listrik mati. Tidak membuat Vaksin Nusantara sampai rusak. Berarti cocok sekali dengan kondisi Indonesia.

Indonesia benar-benar tiba-tiba unggul.

“Kan ini teknologi Amerika. Mengapa disebut Vaksin Nusantara?” tanya saya seraya dijawab Haryono Winarta, “Karena di Amerika sendiri belum dikembangkan. Pengembangan pertamanya dilakukan di Indonesia. Dengan peralatan sepenuhnya buatan Indonesia.”

Saya kenal Haryono itu. Saya selalu memanggilnya Ming. Nama Tionghoa-nya memang Liu Ming Ming. Arek Suroboyo asli. Ming-lah yang mendampingi dokter Terawan. Mertua Ming memang punya pabrik obat besar di Surabaya. Yang selama ini juga memproduksi obat-obat resep dokter untuk pasien Covid-19.

Ming lulusan SD YPPI Kapasari, Surabaya. Lalu disekolahkan ke Singapura. Ayahnya adalah kontraktor drilling minyak mentah. Maka Ming bisa langsung meneruskan kuliah di Amerika. Ia ambil ekonomi dan marketing. Sampai S-3 (PhD). Teman-teman sekolahnya di Amerika, kita sudah kenal semua: Erick Thohir, Sandiaga Uno, Moh Luthfi, dan Rosan Roeslani Semua sedang jadi menteri, mungkin Rosan menyusul entah jadi apa.

Jaringan Amerikanya itulah yang membuat Ming bisa dipercaya mengembangkan vaksin itu di Indonesia. Amerika juga sangat percaya dengan kemampuan dokter Terawan. Apalagi Terawan sendiri yang memimpin tim Vaksin Nusantara ini. Selama ini, kita mengenal dokter Terawan dengan terobosannya. Terutama yang ia lakukan di RSPAD Gatot Subroto Jakarta. Yang sangat terkenal adalah di bidang ”brain wash”. Yang saya pernah menjalaninya dua kali –yang kedua bersama istri.  Setelah itu Terawan memperkenalkan fasilitas baru lagi di Gatot Subroto: cure cell. Dari Jerman.

Ketika Dokter Terawan menjadi Menteri Kesehatan, tentu ia menginginkan Indonesia bisa ikut bersaing di  bidang vaksin. Apalagi di dunia ini baru ada enam negara yang mampu bikin vaksin. Indonesia tentu bangga kalau bisa menjadi negara yang ketujuh. Maka, semua proses perizinan awal Vaksin Nusantara ini sudah selesai di zaman ia jadi menteri kesehatan.

dokter Terawan, foto oleh beritasatu.com

Kalau Vaksin Nusantara bisa menjadi kenyataan saya pun berani bilang: Terawan memang hanya sebentar menjadi Menteri Kesehatan tapi jejak yang ditinggalkannya sangat panjang dan dalam. Bagi bangsa ini.

Tentu ada nama lain yang harus disebut: Prof Dr Taruna Ikrar. Beliau orang Indonesia. Tapi menjadi dosen di University of California Irvine. Kampusnya sekitar 1,5 jam dari San Francisco ke arah Sacramento. Aslinya Prof Ikrar dari Makassar. Masih kerabat dengan Kapolda Metro Jaya sekarang: Moh Fadil Imran. Setelah menjadi dokter dari Universitas Indonesia, Ikrar pernah bertugas di Puskesmas Jakarta Selatan. Juga di beberapa daerah lainnya. Lalu ke Amerika Serikat.

Ketika Dokter Terawan menjadi Menteri Kesehatan, Prof Ikrar diangkat menjadi Ketua Konsil Kedokteran Indonesia. Itulah badan yang sangat menentukan dalam meregistrasi dokter. Baik lulusan dalam maupun luar negeri. Lalu memperbarui registrasi itu tiap lima tahun.

Pengembangan Vaksin Nusantara ini bekerja sama dengan Balitbang Kemenkes. Semua penelitian dan uji cobanya dilakukan di RSUD dr. Kariyadi Semarang. Bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Secara keilmuan, Undip akan punya sejarah baru. Nama Undip akan membumbung. Delapan ahli vaksin dari Amerika sekarang berada di Semarang. Bersama ahli dari Undip membidani Vaksin Nusantara ini. Peneliti utama Undip, seperti dr. Djoko Wibisono, dr. Muhammad Karyana, dan Dr. Muchlis Achsan Udji Sofro tergabung dalam tim ini.

Semua relawan uji coba tahap I Vaksin Nusantara ini berasal dari masyarakat sekitar RS Kariyadi Semarang. Termasuk satpam dan tukang parkir rumah sakit. Mereka diambil dari 126 orang yang lolos seleksi kesehatan.

Ming sendiri sudah menjalani suntik Vaksin Nusantara ini. Demikian juga istri dan dua anaknya –yang kebetulan lagi  libur dari sekolah mereka di Amerika. “Sudah berapa lama disuntik Vaksin Nusantara?” tanya saya,lalu jawab Ming, “Sudah lebih dua bulan. Awal Desember lalu.”

Saya lihat Ming segar sekali. Apalagi orangnya tinggi dan ganteng. “Saya sengaja minta divaksin lebih dulu. Kalau ada risiko saya harus merasakan,” ujarnya.

Untuk uji coba tahap II nanti dokter Terawan sendiri akan menjadi relawan. Demikian juga beberapa pengusaha terkemuka. Termasuk Tomy Winata. Saya dan istri juga minta dimasukkan daftar itu.

Saya ikut berharap bulan Mei depan Vaksin Nusantara sudah bisa dipakai secara darurat. Inilah jasa dokter Terawan dan Universitas Diponegoro yang sangat besar –mungkin terbesar dalam ikut mengatasi persoalan nasional yang begini berat. “Kenapa penemu Amerika itu mau menjadikan vaksin ini sebagai Vaksin Nusantara?” tanya saya.

Sebenarnya Vaksin Nusantara ini tidak bisa dibandingkan dengan vaksin yang sudah ada. ”Teknologi”-nya berbeda. Proses vaksinasinya juga tidak sama. Sinovac menggunakan cara lama: memasukkan virus yang sudah dilemahkan ke dalam tubuh. Itu untuk merangsang lahirnya imunitas di tubuh terhadap virus tersebut. Berbagai pandemi atau pun epidemi di masa lalu diatasi dengan vaksin jenis itu. Itulah sebabnya vaksin Sinovac dianggap sangat aman.

Lain lagi dengan vaksin Pfizer, AstraZeneca, dan Johnson & Johnson. Mereka ini bermain di RNA –mengubah protein tertentu yang ada di sekitar DNA. Sedangkan, Vaksin Nusantara pakai cara baru sama sekali. Termasuk cara vaksinasinya. Cara ini mengingatkan saya ketika menjalani stem cell di Dr. Dr. Purwati, ahli stem cell dari Unair Surabaya. Yang sekarang juga buka klinik di Jakarta.

Saya sudah menjalani stem cell itu lebih 10 kali. Termasuk stem cell untuk NK-cell maupun T-cell. Cara vaksinasi Vaksin Nusantara punya kemiripan dengan stem cell itu.

Kalau Anda akan menjalani vaksinasi dengan Vaksin Nusantara, Anda akan menjalani proses pengambilan darah lebih dulu. Sebanyak tiga tabung. Atau tepatnya 40 cc. Darah Anda itu akan dimasukkan tabung (bag) plastik. Tabung itu terdiri dari tiga ”kamar”. Atau, ada tiga ”kamar” di bag itu.

Kamar pertama untuk proses pemisahan darah putih dan darah merah Anda.

Kamar kedua untuk menampung darah merah.

Kamar ketiga untuk tempat darah putih.

Dendritic cell. Coloured scanning electron micrograph (SEM) of a protective cell of the human immune system known as a dendritic cell. The long projections seen on the cell’s surface are “feet” to help it move. These cells process foreign antigens which then act like an alarm signal, alerting other immune cells of the body to the infection. Dendritic cells found in the upper layer of the skin (the epidermis) are known as histiocytes or Langerhans cells. In the central nervous system they are known as microglia, and in the liver as Kupffer cells. Magnification:x 3000 when printed at 10cm wide. Foto oleh : sciencephoto.com

Semua itu kelihatan di mata. Anda bisa melihat darah Anda di dalam bag plastik itu. Hanya di ”kamar No. 3” itu –yang untuk darah putih itu– yang sudah terisi antigen. Kamar yang untuk darah merah tidak diberi apa-apa. Pengisian antigen di kamar No. 3 itu dilakukan di pabrik obat –saat bag plastik tersebut dibuat. Maka, ketika darah putih Anda masuk ke kamar nomor 3 itu, akan langsung tercampur dengan antigen.

Lalu dibiarkan di situ satu minggu. Selama 7 hari itu terjadi proses ”pendidikan” terhadap cell darah putih kita. Yakni bagaimana caranya agar cell kita memiliki anti virus Covid-19.

Dalam satu minggu itu cell darah putih kita sudah memiliki imunitas terhadap Covid-19. Lalu di hari ke-7 ”cell yang sudah terdidik” itu disedot oleh alat suntik. Untuk disuntikkan kembali ke tubuh kita. Lewat lengan atas. Tidak perlu dalam. Cukup sampai ke bagian lemak. Tidak harus sampai otot seperti vaksin yang ada sekarang.

Semua peralatan tadi (alat pengambil darah, bag-plastik-tiga-kamar dan alat penyuntik) ditempatkan dalam satu kotak sebesar kotak tisu. Atau sebesar kotak sepatu. Di kotak itu dilengkapi barcode. Agar kotak Anda tidak tertukar dengan kotak orang lain. Anda bisa menyimpan kotak berisi cell itu di tempat Anda menjalani proses vaksinasi. Misalnya di poliklinik. Atau di Puskesmas. Atau di lab seperti Prodia.

Ketika darah-putih-terdidik tadi masuk kembali ke tubuh kita, maka otomatis tubuh kita sudah memiliki anti virus Covid-19. Tidak perlu menunggu 2 atau 3 minggu. Tentu pada hari-hari berikutnya jumlah anti virus kita akan naik. Itu karena cell-terdidik kita tadi juga menjadi pendidik cell-cell kita yang lain.

Tentu saya harus bertemu Prof. Dr. dr. Taruna Ikrar, salah seorang ahli dari tim Vaksin Nusantara ini. Prof. Ikrar adalah dosen di California University Irvine. Yang kampusnya tidak jauh dari Los Angeles. (Sedang yang di pertengahan San Francisco –Sacramento itu California University Davis. Universitas ini memang punya beberapa kampus di beberapa tempat).

Tentu, saya juga ingin bertemu Prof. Zubairi Djoerban, Ketua Dewan Pertimbangan PB IDI. Juga Prof. Dr. Ahmad Rusdan Handoyo, ahli biologi molekuler dari Universitas Indonesia itu. Dua orang inilah pengkritik paling andal Vaksin Nusantara. Sedangkan saya sendiri adalah orang awam di bidang ini. Sewaktu terkena Covid-19 bulan lalu, saya juga menerima transfusi konvalesen, yakni plasma darah dari pasien Covid-19 yang sudah sembuh.

Tapi itu dari darah orang lain. Sementara yang Vaksin Nusantara ini dari darah kita sendiri. Mirip seperti ketika saya stem cell. Pengalaman saya berkali-kali menjalani stem cell dan dua kali menerima konvalensen memudahkan saya memahami cara kerja Vaksin Nusantara ini.

Waktu stem cell, darah saya juga diambil. Dua tabung. Isinya jutaan cell. Dokter Purwati lantas memilih-milih di antara jutaan cell itu. Mana yang terbaik. Terpilihlah beberapa cell unggulan. Yang muda. Yang bentuknya terbaik. Yang lahir dari proses pembelahan cell yang sempurna. Beberapa cell-muda itu lantas ”diternakkan” di laboratorium dokter Purwati. Dalam waktu 7 hari beberapa cell-muda itu sudah menjadi 200 juta cell muda. Lalu –200 juta cell muda itu–dimasukkan kembali ke tubuh saya.

Berarti selama 5 tahun terakhir sudah lebih 2 miliar cell muda dimasukkan ke tubuh saya. Untuk mengganti cell yang sudah menua. Kini, saya menyiapkan diri untuk menerima Vaksin Nusantara. Sebagai relawan uji coba Tahap II. Bersama istri.

Jadi, untuk Vaksin Nusantara, suntiknya memang satu kali. Bisa untuk seumur hidup. Begitu klaim dokter-Jenderal Terawan. Tapi ada proses pendahuluan: mengambil darah itu. “Dengan demikian yang diimpor dari Amerika hanya antigen itu,” ujar Haryono Winarta, anggota tim Vaksin Nusantara. Itu pun tidak banyak. “Lima liter antigen bisa untuk jutaan unit vaksin,” tambahnya.

Antigen khusus itulah yang ditemukan di Amerika. Oleh ahli Amerika. Tapi mereka mengalami banyak kesulitan untuk menjadikannya vaksin siap pakai. Untung ada dokter-Jendral Terawan Agus Putranto. Yang rupanya memiliki banyak info tentang penemuan baru apa saja di dunia ini. Lalu, Terawan melihat peluang: kok salah satunya belum diwujudkan untuk kehidupan sehari-hari.

Banyak penemuan yang nasibnya seperti itu. Di berbagai bidang. Dan Terawan jeli melihat yang ada di bidangnya: kedokteran.

Itulah penemuan baru tersebut: vaksin dendritic cell.

Dendritic Cell adalah cell imun yang sekaligus bisa jadi ”guru” untuk mendidik cell lainnya. Bagi saya dendritic cell ini hal baru. Maklum, saya orang awam. Yang saya kenal selama ini hanya cell darah merah, cell darah putih, NK cell (natural killer), dan T-cell.

Sebagai orang yang sering melakukan terobosan, Terawan melihat penemuan baru itu bisa dijadikan keunggulan nasional. Lalu, membawanya ke Indonesia. Jadilah Vaksin Nusantara.(*)

Sumber (*/fajar.co.id)

Foto utama oleh antara/jojon

  • Penulis: Penulis

Rekomendasi Untuk Anda

  • Gubernur Viktor Laiskodat Pinta Pelayanan Dokter Harus Profesional & Tulus

    Gubernur Viktor Laiskodat Pinta Pelayanan Dokter Harus Profesional & Tulus

    • calendar_month Sab, 23 Nov 2019
    • account_circle Penulis
    • visibility 35
    • 0Komentar

    Loading

    Kupang-NTT, Garda Indonesia | Gubernur Nusa Tenggara Timur, Viktor Bungtilu Laiskodat mengatakan pelayanan kesehatan harus turut mendukung pembangunan pariwisata sebagai penggerak utama ekonomi di Nusa Tenggara Timur. Pernyataan tersebut disampaikannya saat membuka kegiatan Seminar dan Workshop dengan topik East Nusa Tenggara Emergency Update 2019 dengan tema “Live To Save Life” yang diselenggarakan Ikatan Dokter Indonesia […]

  • Syuradikara Juara Umum Lomba Hardiknas Tahun 2022

    Syuradikara Juara Umum Lomba Hardiknas Tahun 2022

    • calendar_month Sen, 18 Apr 2022
    • account_circle Penulis
    • visibility 34
    • 0Komentar

    Loading

    Ende, Garda Indonesia | Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) diperingati pada tanggal 2 Mei setiap tahun, bertepatan dengan hari lahir Ki Hadjar Dewantara, pelopor pendidikan di Indonesia. Tahun 2022 ini, Pemerintah Kabupaten Ende melalui (MKKS) SMA/MA/SMAKN berpartisipasi memeriahkan peringatan ini dengan menyelenggarakan 7 (tujuh) jenis perlombaan seperti paduan suara, vokal solo, cipta dan baca puisi, karya […]

  • ‘One Man One Kelor Tree’ PLN Tanam 2 Ribu Anakan Kelor di Hari Listrik Nasional

    ‘One Man One Kelor Tree’ PLN Tanam 2 Ribu Anakan Kelor di Hari Listrik Nasional

    • calendar_month Sab, 23 Okt 2021
    • account_circle Penulis
    • visibility 40
    • 0Komentar

    Loading

    Kupang-NTT, Garda Indonesia | PLN Unit Induk Wilayah Nusa Tenggara Timur menghelat gerakan One Man One Kelor Tree ‘satu orang satu pohon kelor’ yang  bertujuan mendukung visi pemerintah daerah membudidayakan Kelor sekaligus ke depannya menjadi identitas NTT. General Manajer PLN UIW NTT, Agustinus Jatmiko menekankan bahwa semua tahu Kelor adalah NTT dan nanti NTT identik […]

  • PSSI NTT Tetapkan Jadwal Soeratin Cup U-13 dan U-15

    PSSI NTT Tetapkan Jadwal Soeratin Cup U-13 dan U-15

    • calendar_month Rab, 25 Jun 2025
    • account_circle Penulis
    • visibility 43
    • 0Komentar

    Loading

    Dibeberkan Muis, per 20 Juni 2025, sudah ada 9 tim sepak bola yang mendaftar untuk terlibat dalam Soeratin Cup U-13 dan ada 12 tim yang akan ikut dalam Soeratin Cup U-15.   Kupang | PSSI Provinsi NTT resmi menetapkan jadwal pelaksanaan Soeratin Cup U-13 dan U-15 yang dihelat mulai Sabtu, 28 Juni 2025. Event sepak […]

  • ‘Hela Keta’ Tradisi Orang Timor Tengah Utara

    ‘Hela Keta’ Tradisi Orang Timor Tengah Utara

    • calendar_month Sab, 17 Jul 2021
    • account_circle Penulis
    • visibility 87
    • 0Komentar

    Loading

    Oleh : Melkianus Nino Hela Keta adalah sebutan bahasa Dawan Timor yang bermakna “buka jalan”. Hela Keta merupakan tradisi adat  istiadat orang Timor di wilayah administratif Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). ‘Hela Keta’ sering diartikan oleh tua-tua adat sebagai simbol yang memiliki makna yang besar. Makna yang penting itu, sebagai […]

  • Respons Cepat Masalah Kelistrikan, Wagub Nae Soi Apresiasi PLN UIW NTT

    Respons Cepat Masalah Kelistrikan, Wagub Nae Soi Apresiasi PLN UIW NTT

    • calendar_month Rab, 10 Feb 2021
    • account_circle Penulis
    • visibility 45
    • 0Komentar

    Loading

    Kupang-NTT, Garda Indonesia | Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur,  Josef Nae Soi (JNS) saat menerima audiensi Kepala PLN Unit Induk Wilayah Nusa Tenggara Timur (UIW NTT), Agustinus Jatmiko di ruang kerjanya, pada Rabu, 10 Februari 2021; menyampaikan apresiasi tinggi kepada pihak PLN yang memberikan respons cepat atas berbagai permasalahan terkait listrik terutama yang dialami layanan-layanan […]

expand_less