Breaking News
light_mode
Trending Tags
Beranda » Humaniora » ‘In Memoriam’ Arief Harsono

‘In Memoriam’ Arief Harsono

  • account_circle Penulis
  • calendar_month Ming, 4 Jul 2021
  • visibility 44
  • comment 0 komentar

Loading

Oleh : Dahlan Iskan

Ini tentang tokoh lagi. Yang meninggal lagi. Covid-19 lagi. Teman saya lagi: Arief Harsono. Di usia 66 tahun. Anda sudah tahu siapa dia. Tiga kali saya tulis di Disway. Satu kali di tamu podcast–salah satu yang terbanyak dilihat.

Toh saya tetap menitikkan air mata kemarin. Dua kali. Saya tidak tahan melihat Imelda, putrinya, menangis di ujung peti mati –yang siap dimasukkan ke tempat pembakaran mayat. Lalu, ketika pintu yang mirip pintu lift itu membuka. Dan peti mati dimasukkan ke dalamnya. Itulah tempat kremasi modern di zaman sekarang ini.

Ia meninggal di hari yang sama dengan putri Proklamator Indonesia, Rachmawati Soekarno Putri. Jumat kemarin, 2 Juli 2021. Juga dengan penyebab yang sama: Covid-19. Hanya saja, Mbak Rachma sudah beberapa tahun terakhir sakit. Sementara, Pak Arief selalu terlihat segar bugar.

Saya masih beberapa kali kirim whatsapp (WA) kepadanya ketika bos Samator Group itu sudah masuk rumah sakit.

“Semoga cepat sembuh,” kata saya.

“Xie xie,” jawabnya.

Dua hari kemudian saya kirim WA lagi.

“Masih di RS? Tanpa gejala kan? Pasti segera sehat,” tulis saya.

“Terima kasih Pak Dahlan masih di RS menurut dokter kena Covid, tapi tidak berat,” jawabnya.

Justru saya tahu ia masuk rumah sakit dari WA yang ia kirim tanggal 28 Juni. Pukul 08.34 pagi. Ia masuk rumah sakit Adi Husada tengah malam sebelumnya. Hanya di situ masih tersedia kamar. Yang lain penuh semua. Ia salah satu penasihat di lembaga pengelola rumah sakit itu.

Rupanya ia masih terbawa pikiran dengan acara ulang tahun pertama Harian Disway. Ia memang salah satu pembicara di Webinar bisnis di masa pandemi. Ia adalah contoh pengusaha yang tetap sibuk di tengah Covid-19. Pembicara lainnya adalah pemilik grup Maspion, Alim ”produk-produk Indonesia” Markus. Juga pemilik grup Kopi Kapal Api, Soedomo.

“Selamat pagi Pak Dahlan, mohon maaf untuk acara HUT Disway tanggal 2 Juli, saya tidak bisa ikut karena kemarin, saya mendadak masuk RS hasil Swab PCR positif. Sekarang lagi diinfus dapat kamar di RS Adi Husada. Mohon doa bapak semoga tidak ada apa. Xie xie”.

Saya memang sering pakai bahasa Mandarin kalau berhubungan dengannya. Acara itu sendiri sebenarnya sudah dibatalkan. Saya tidak sampai hati mengundang bos-bos besar itu di tengah serangan Covid yang mengganas lagi.

Rencana awal, kami berempat berkumpul di satu ruangan di Harian Disway. Lalu pembicaraan itu disiarkan secara live. Rupanya Pak Arief belum membaca pembatalan acara itu. Sampai di RS pun masih kepikiran.

Saya mengira Pak Arief akan baik-baik saja. Ia tahu bagaimana harus menjaga diri. Usaha pokoknya adalah: memproduksi oksigen. Sukses besar. Lalu mulai merambah ke usaha-usaha lain yang masih terkait dengan bidang kesehatan.

Yang pasti ia sudah divaksin. Sudah dua kali. Bahkan vaksinasi pertama di Surabaya dilaksanakan di gedung barunya yang megah di Surabaya Timur. Yang dihadiri Menteri Kesehatan Budi Sadikin. Yang istri saya menjadi yang divaksin pertama. Saya belum boleh divaksin saat itu –baru sembuh dari Covid.

Berhari-hari Pak Arief memimpin sendiri ketertiban acara vaksinasi di situ. Agar tidak menjadi kluster penularan. Bahaya. Ribuan orang mendaftar divaksin saat itu.

Saya begitu optimistis Pak Arief akan bisa mengatasi sakitnya. Sehari sebelum meninggal pun masih aktif dengan HP-nya.

Baru Jumat sore pukul 15.30, saya lihat, dari notifikasi di HP-nya, tidak aktif lagi.

Ternyata saat itulah Pak Arief mulai merasakan sesak napas. Oksigennya turun ke 94. Mulailah dipasang oksigen. Tapi tidak langsung naik. Senja pun terlewati tanpa ada tanda-tanda kadar oksigen lebih baik. Mulailah dibicarakan kemungkinan dimasukkan ICU. Tapi ICU penuh. Di semua rumah sakit.

Setalah diusahakan dengan berbagai upaya akhirnya mendapat ICU. Tapi terjadilah ini: jantungnya berhenti. Pukul 21.30, ia meninggal dunia. Ia belum sempat masuk ICU.

Begitu cepat. Kurang dari enam jam, sejak ia tidak aktif lagi di teleponnya.

Pak Arief memang pebisnis yang sangat sibuk, pun di kala pandemi. Kebutuhan oksigen memang melonjak luar biasa. Normalnya ia senang: dagangannya laris. Tapi Arief berada dalam tekanan yang sangat berat.

Ia tahu kalau sampai terjadi krisis oksigen di Indonesia –seperti pernah terjadi di India– ia merasa harus bertanggung jawab. Samator, perusahaan yang ia dirikan, adalah produsen oksigen terbesar di Indonesia. Produksinya 800 juta ton setahun. Pabriknya 48 buah. Di sebagai daerah di seluruh Indonesia.

Ia begitu sering dipanggil rapat. Dalam kaitan ketersediaan oksigen. Ia harus mengawasi agar semua pabriknya bekerja 24 jam tanpa istirahat. Tidak boleh ada mesin yang mati. Tidak boleh ada listrik yang berkedip. Oksigen begitu ditunggu oleh para penderita Covid di rumah sakit di seluruh negara.

Arief kelelahan.

“Beliau mengeluh ke saya dua hari lalu. Merasa kelelahan,” ujar Soedomo, bos Kapal Api.

Arief mempunyai komorbid: gula darah dan tekanan darah tinggi.

Pabrik oksigennya begitu besar. Ia hanya sedikit kekurangan oksigen di dalam darahnya.

Tapi Arief sudah membuat sejarah dalam hidupnya: menjadi Raja Oksigen di Indonesia. Ia membuat Indonesia mandiri di bidang itu.

Ia juga baru saja membuat sejarah di bidang bisnis: “kerajaan” Samator Group baru saja selesai dibangun. “Kerajaan” itu terbuat dari beberapa tower dan gedung pertemuan. Ia masih punya tanah luas di sebelahnya. Untuk proyek berikutnya.

Pak Arief juga sedang membangun pabrik baru oksigen yang lebih modern. Hampir jadi. Ia sangat bangga dengan proyek barunya itu.

Bukan hanya keluarganya yang kehilangan. Dunia olahraga bola voli juga sangat kehilangan. Ia adalah pembina voli yang all out.

Demikian juga umat Buddha. Ia adalah Ketua Permabudhi (Perkumpulan Masyarakat Buddha Indonesia). Ini satu organisasi baru di luar Walubi.

Pak Arief telah membangun puluhan Wihara. Dan membantu berbagai organisasi agama. Ucapan bela sungkawa datang dari lintas agama. Salah satu yang datang pertama adalah dari Yaqut Cholil Qoumas, bukan sebagai Menteri Agama, melainkan sebagai Ketua Umum PP Gerakan Pemuda Ansor, NU.

Pak Arief yang baik dan rendah hati itu seperti tokoh dalam puisi: hidup untuk membuat sejarah. (*)

Foto utama oleh Dok: Instagram Hermanto Tanoko @htanoko

  • Penulis: Penulis

Rekomendasi Untuk Anda

  • Partisipasi Perempuan dalam Politik Wujudkan Kesejahteraan Bangsa

    Partisipasi Perempuan dalam Politik Wujudkan Kesejahteraan Bangsa

    • calendar_month Kam, 20 Sep 2018
    • account_circle Penulis
    • visibility 43
    • 0Komentar

    Loading

    Merauke,gardaindonesia.id-“Kesejahteraan suatu bangsa dan negara tidak akan tercapai bila kondisi perempuan masih miskin, bodoh dan tertindas. Jika kita ingin maju, maka seluruh perempuan harus diselamatkan dari jerat kemiskinan dan kebodohan serta mulai melibatkan mereka dalam pengambilan keputusan dan kepemimpinan. Ada pepatah bijak mengatakan, when you save a girl, you save generations artinya ketika kamu menolong […]

  • Belajar dari Rumah, Momen Penting Penguatan Relasi Anak dan Orang Tua

    Belajar dari Rumah, Momen Penting Penguatan Relasi Anak dan Orang Tua

    • calendar_month Rab, 22 Apr 2020
    • account_circle Penulis
    • visibility 44
    • 0Komentar

    Loading

    Jakarta, Garda Indonesia | Situasi Pandemi Corona Virus Disease (Covid-19) menyebabkan anak-anak dan sebagian besar orang tua menghabiskan waktu di rumah. Dalam kurun waktu tersebut, keberadaan anak dan orangtua di rumah berdampak pada pola rutinitas mereka. “Sebagian besar orang tua bekerja dari rumah dan anak menjalani pembelajaran jarak jauh. Perubahan pola hidup ini menjadi tantangan […]

  • Pada Hari Sakral, Mega Memilih Ganjar

    Pada Hari Sakral, Mega Memilih Ganjar

    • calendar_month Sab, 22 Apr 2023
    • account_circle Penulis
    • visibility 37
    • 0Komentar

    Loading

    Oleh: Kendhit A. Jlamprong Dari dulu Mbak Megawati Soekarnoputri memang paling jago kalau urusan “hari-hari baik”. Minimal dia sangat peduli terhadap pemilihan hari untuk melakukan hal-hal penting. Buktinya, untuk mengumumkan calon presiden yang diusung partainya, dia memilih Jumat, 21 April 2023. Kita tahu kan kalau 21 April itu selalu diperingati Hari Kartini? Tapi, saya haqqul […]

  • Sosialisasi Sopia – Ingin jual Sopia?, Harus Punya SIUPMB!

    Sosialisasi Sopia – Ingin jual Sopia?, Harus Punya SIUPMB!

    • calendar_month Sel, 25 Jun 2019
    • account_circle Penulis
    • visibility 50
    • 0Komentar

    Loading

    Kupang-NTT, Garda Indonesia | Peluncuran atau Launching Sopia atau sopi asli masyarakat Nusa Tenggara Timur, yang dilakukan beberapa waktu lalu oleh Gubernur NTT bersama Rektor Undana, Pemilik toko NAM Kupang dan berbagai pihak lainnya bertempat dibalai Lab Biosains Undana merupakan langkah maju yang diambil oleh Pemerintah Provinsi NTT dalam memajukan perekonomian masyarakat. Pembahasan berkaitan dengan […]

  • Nadia Riwu Kaho Klarifikasi Dugaan Penipuan oleh Mama Kandungnya

    Nadia Riwu Kaho Klarifikasi Dugaan Penipuan oleh Mama Kandungnya

    • calendar_month Rab, 31 Mar 2021
    • account_circle Penulis
    • visibility 43
    • 0Komentar

    Loading

    Kupang-NTT, Garda Indonesia | Dugaan penipuan dilakukan oleh Rosca Leonita Riwu Kaho, Mama Kandung dari Runner up 2 Miss Indonesia 2021, Tenga Araminta Nadia Riwu Kaho, disinyalir telah merugikan beberapa pihak bahkan mencatut nama Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Beragam pemberitaan di media massa terkait dugaan penipuan yang dilakukan oleh Rosca Leonita Riwu Kaho […]

  • Tuduhan Grace Kepada Guru Besar, Menyesatkan Masyarakat Indonesia

    Tuduhan Grace Kepada Guru Besar, Menyesatkan Masyarakat Indonesia

    • calendar_month Jum, 9 Feb 2024
    • account_circle Penulis
    • visibility 44
    • 0Komentar

    Loading

    Oleh : Arif Hidayat Kian hari semakin banyak akademisi melakukan kritik terhadap pemerintahan Jokowi. Pastinya tindakan guru besar bukan tanpa alasan melayangkan protes. Sebab akademisi mengajarkan pertanggungjawaban dalam pernyataannya. Bisa dibilang ada bukti kuat dalam ungkapannya, bukan sekedar omon-omon belaka. Anehnya, Grace menyebut Guru Besar sebagai pendukung paslon tertentu sekaligus menyatakan konsekuensi dari demokrasi itu, […]

expand_less