Oleh : Roni Banase
Diksi lombok sempat menjadi pembahasan seru dan memantik saat penyegaran berbahasa Indonesia yang dihelat Balai Bahasa Provinsi NTT pada 7—10 Mei 2025. Dari diksi lombok lalu dibahaslah dengan alot makna penyedap rasa pedas ini menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
Keseruan perspektif pun bermunculan dari sekitar 50 perwakilan media yang memadati aula BPMP Provinsi NTT, meski memakai pendingin ruangan, namun suhu saat itu terasa panas ulah diksi lombok.
Tertarik menelisik apa makna diksi lombok menurut KBBI? Bagi yang sudah mengunduh dan memiliki aplikasi versi daring atau luring, maka silakan ditelisik, namun jika Anda belum memiliki di gawai kesayangan, maka berikut tautannya : https://play.google.com/store/apps/details?id=yuku.kbbi5
Eits !, sabar.., kali ini saya tak membahas lombok tentang penyedap rasa, namun lombok sebagai pulau di Nusa Tenggara Barat (NTB). Dan ini pertama kali, saya menginjakkan kaki di pulau seluas 4.738,65 km² yang dipadati oleh suku Sasak (suku asli Pulau Lombok), suku Jawa, dan Bali. Di pulau inilah, Mataram, ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Barat berada.
Dan ini bukan sebuah kebetulan loh, saya dapat menginjakkan kaki (menggunakan sepatu tentunya [bukan tanpa alas kaki], hehee), juga berkat perhelatan media gathering Pertamina Patra Niaga Jatimbalinus pada Senin, 30 Juni hingga Rabu, 2 Juli 2025, mengikutsertakan 42 jurnalis dari wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Nusa Tenggara Barat (NTB).
Pemilihan waktu media gathering pada waktu akhir Juni memasuk awal Juli 2025, mungkin merupakan era transformasi Pertamina dengan semangat Onward to Next Level of Excellence, sebuah semangat, cara berpikir, cara pandang, dan cara bertindak yang menekankan pentingnya mengutamakan serta memperkuat semangat korporat. Salah satu dari 3 (tiga) kaidah one action Pertamina, sinergi dan kolaborasi.
Lagi, ini bukan kebetulan loh, saya bisa berada di pulau yang memiliki sirkuit Mandalika, lokasi ajang balap bertaraf internasional. Sirkuit Mandalika memiliki panjang lintasan 4,31 kilometer. Sirkuit ini juga dikenal dengan nama Pertamina Mandalika International Circuit dan memiliki 17 tikungan yang terletak di Kawasan Ekonomi Khusus (KAK) Mandalika.
Puji Tuhan, bisa melihat langsung sirkuit, lokasi jatuhnya pembalap Repsol Honda Marc Marquez di tikungan ketujuh dalam sesi kualifikasi MotoGP Mandalika 2024, saat Marquez hendak menyalip rider Gresini Racing MotoGP hingga terjatuh dua kali.
Tak hanya itu, kami pun memperoleh kesempatan berharga menjajal Sirkuit Mandalika pada Selasa siang, 2 Juli 2025. Meski mengendarai motor matic 150cc dan 4 (kali) mengitari sirkuit (total 17,24 kilometer, diterpa angin, suhu udara panas dan teriknya matahari) dengan panduan dari tim MotoGp Mandalika, namun sensasi berkendara benar-benar memompa jantung dan melecut adrenalin. Tentunya, ini berkat persiapan dari panitia penyelenggara, JP Pro Bali yang dipercaya Pertamina Patra Niaga Jatimbalinus melayani kami dengan penyedap rasa.
Pengalaman berkendara di Sirkuit Mandalika menjadi pengalaman berharga yang tak bisa terulang lagi, namun hanya bisa dikenang sepanjang hidup. Sensasi berkendara pun layaknya disiapkan dan disediakan seperti kami sementara balapan. Namun, ini sebatas experience.
Walah, kok dengan penyedap rasa? Ya, karena mereka memperlakukan kami dengan sangat teliti, tersistem, dan memberikan layanan superior. Terima kasih JP Pro Bali.
Sekali lagi, ini berkat dukungan Danantara Indonesia dan Pertamina menginisiasi media gathering bertajuk, Energizing Moments Strengthning Connections. Namun di tengah euforia media gathering, suasana duka menyelimuti salah satu peserta asal NTT, Siti, suami tercinta berpulang ke ribaan-Nya. Ucapan duka dan empati teman sesama jurnalis dan panitia perhelatan memenuhi dinding WhatsApp grup.
Sebelumnya, pada pagi hari, kami menikmati indahnya matahari terbit dari balik bukit di Selong, Desa Sembalun, Lombok Timur. Dinginnya suhu udara sekitar 16 derajat tak sebanding dengan suguhan panorama indah sambil menikmati sarapan pagi.
Dan, sensasi semakin bertambah dengan menikmati kopi Lunaco jenis Arabika di Kebon Kupi pada ketinggian 1.277 mdpl di kaki Gunung Rinjani.
Terima kasih Pertamina Patra Niaga Jatimbalinus, kami juga disuguhi malam ramah tamah dengan taburan entertainment & doorprize. Suatu saat nanti, momen seperti ini mungkin tak bisa terulang, namun hanya bisa dikenang.