Selain korban jiwa, lebih dari 200 orang telah dievakuasi. Di Denpasar, Tim SAR mengevakuasi sedikitnya 30 orang di Ubung Kaja dan lebih dari 40 orang di Jalan Pura Demak. Di Jembrana, BNPB mencatat 85 warga mengungsi di sejumlah titik, termasuk balai desa dan musala.
Bali | Banjir besar melanda sejumlah wilayah di Bali sejak Selasa malam, 9 September hingga Rabu, 10 September 2025, yang disebut sebagai banjir terparah dalam satu dekade terakhir.
Kepala Pelaksana BPBD Bali, I Gede Agung Teja Bhusana Yadnya, mengatakan intensitas hujan ekstrem sejak kemarin menyebabkan sungai-sungai meluap dan merendam pemukiman serta fasilitas umum. Akibatnya, setidaknya dua warga meninggal dunia, ratusan orang dievakuasi, dan akses transportasi di berbagai titik lumpuh.
“Jadi ada yang memang ditemukan korban, dua orang meninggal,” ujar Gubernur Bali, Wayan Koster.
BNPB mencatat dua korban jiwa berasal dari Kabupaten Jembrana. Nita Kumala (23), warga Desa Pengambengan yang sedang hamil dua bulan, ditemukan meninggal setelah terseret arus bersama suaminya saat melintasi jalan banjir. Sementara itu, I Komang Oka Sudiastawa (38), warga Desa Dangin Tukadaya, meninggal dunia akibat terpeleset dan tenggelam di genangan banjir.
Selain korban jiwa, lebih dari 200 orang telah dievakuasi. Di Denpasar, Tim SAR mengevakuasi sedikitnya 30 orang di Ubung Kaja dan lebih dari 40 orang di Jalan Pura Demak. Di Jembrana, BNPB mencatat 85 warga mengungsi di sejumlah titik, termasuk balai desa dan musala.
Wilayah terdampak mencakup Kabupaten Jembrana, Gianyar, Tabanan, Klungkung, Karangasem, hingga Kota Denpasar.
Di Denpasar, BPBD mencatat 43 titik banjir, dengan lokasi terparah di Pasar Kumbasari dan Jalan Pura Demak. Empat kecamatan terdampak meliputi Denpasar Timur, Utara, Selatan, dan Barat.
“Saya minta pak wali kota untuk menghitung kerugian bangunan dan material lainnya… nanti semuanya akan diganti rugi dengan menggunakan anggaran sharing APBD Provinsi Bali dengan APBD Kota Denpasar,” kata Wayan Koster.
Di Jembrana, banjir melumpuhkan arus lalu lintas Jalan Denpasar–Gilimanuk sepanjang dua kilometer. Kasatlantas Polres Jembrana, Iptu Aldri Setiawan, mengatakan kendaraan dari kedua arah tidak bisa melintas hingga air surut.
Di Gianyar, luapan sungai menyebabkan rumah warga terendam hingga 40 cm. Sejumlah warga mengaku banjir kali ini jauh lebih parah dibanding sebelumnya. Hal serupa terjadi di Karangasem, dengan banjir, pohon tumbang, tembok roboh, dan tanah longsor di beberapa kecamatan.
Banjir juga melumpuhkan jalan utama Denpasar–Kerobokan–Canggu. Pantauan di lapangan, jalan ditutup warga setelah senderan jembatan dekat Pasar Pengosari, Kerobokan, jebol akibat derasnya arus. Sementara di Gianyar, ruas Jalan WR Supratman hingga Raya Batubulan ikut terendam.
Tasha, warga Denpasar Barat, mengaku kaget karena banjir masuk ke rumahnya meski lokasi yang ia tempati dikenal bebas banjir. “Makanya orang sekitar sini pun kaget, parah banget banjirnya,” ujarnya.
Hal senada disampaikan I Wayan Pica, warga Gianyar, yang menyebut banjir kali ini yang terbesar sepanjang hidupnya. “Ini yang terbesar ini banjirnya karena dari pagi kemarin sampai pagi sekarang masih hujan,” katanya.
Kepala BPBD Bali, I Gede Agung Teja Bhusana Yadnya, menyebut banjir dipicu curah hujan ekstrem yang tidak berhenti sejak Selasa, saluran air dan sungai yang meluap, sampah, serta dampak pembangunan yang mengganggu aliran air.
“Pembangunan ini masalah infrastruktur, infrastruktur jaringan saluran air itu kan harus bagus, kemudian aliran-aliran sungai itu juga terganggu kan karena dampak pembangunan,” ujarnya.
BMKG Wilayah III Denpasar juga melaporkan hujan dengan intensitas ringan hingga lebat disertai angin kencang dan petir masih akan berlangsung di sebagian besar wilayah Bali, sehingga masyarakat diimbau tetap waspada.(*)
Sumber (*/melihatindonesia)