Breaking News
light_mode
Trending Tags
Beranda » Humaniora » Buronan Rakyat Jelata Digeser Partainya

Buronan Rakyat Jelata Digeser Partainya

  • account_circle Penulis
  • calendar_month Sab, 30 Agu 2025
  • visibility 37
  • comment 0 komentar

Loading

Oleh : Rosadi Jamani

Jasad Affan Kurniawan sudah bersemayam di liang lahat. Namun, api kemarahan rakyat semakin menguat. Salah satu pemantik kemarahan itu justru datang dari orang dalam Senayan. Siapakah sosoknya?

Di negeri yang katanya demokrasi tapi lebih sering terasa seperti panggung sirkus politik, seorang bernama Ahmad Sahroni tiba-tiba naik pangkat dalam daftar paling dicari, bukan oleh Interpol, bukan pula oleh FBI, melainkan oleh kekuatan paling dahsyat di jagat politik Nusantara, rakyat jelata.

Betapa tidak? lidahnya yang tak bertulang meluncur deras di Medan, 22 Agustus 2025, menyebut para pengusul bubarkan DPR sebagai “orang tolol sedunia”. Satu kalimat saja, dan seketika lautan manusia mendidih, amarah berputar seperti pusaran badai Katrina, demo bergemuruh di Senayan, dan warganet menyalakan obor digital di X, Instagram, Tiktok, hingga kolom komentar portal berita.

Lidah Sahrini, eh salah, Sahroni, alih-alih jadi senjata diplomasi, berubah jadi senapan mesin kata-kata. Filosof Yunani mungkin sudah memperingatkan sejak ribuan tahun lalu, lidah bisa lebih tajam dari pedang. Benar saja, lidah yang terlepas kendali itu berhasil menorehkan luka politik. Bahkan, lebih besar dari kasus e-KTP segede bakpau. Bedanya, ini bukan soal korupsi, tapi soal ego dan harga diri rakyat yang dijadikan bulan-bulanan.

Publik menuntut darah politik. “Copot! Pecat! Usir!” begitu teriakan yang bergema di jalanan. Bahkan seorang influencer, Salsa Erwina Hutagalung, dengan gagah berani menantang debat terbuka, seakan ingin menunjukkan bahwa di era digital, rakyat tidak hanya bisa memaki di kolom komentar, tapi juga siap melawan di panggung diskusi.

Akun Instagram Sahroni pun diserbu, dihujani kata-kata yang lebih tajam dari silet. “Kayak bocah SD aja lu bang!” tulis seorang netizen, seolah menegaskan bahwa gelar Wakil Ketua Komisi III DPR tak menjamin kebijaksanaan setingkat wali kelas.

Di tengah badai itu, Partai NasDem panik. Mereka tidak ingin dituding tolol berjamaah hanya karena satu kadernya. Lalu keluarlah surat sakti bernomor F.NasDem.758/DPR-RI/VIII/2025, ditandatangani Viktor Laiskodat dan ironisnya, juga Sahroni sendiri. Dengan selembar kertas, status Wakil Ketua Komisi III dicabut, dan pria yang pernah disebut “crazy rich Tanjung Priok” itu pun diturunkan derajatnya menjadi anggota biasa Komisi I DPR. NasDem menyebutnya rotasi, rakyat menyebutnya hukuman, sementara filsuf politik menyebutnya pengorbanan ritual, seekor kambing harus disembelih agar pesta tetap bisa berlangsung.

Namun apakah rakyat puas? Ternyata tidak. Mutasi dianggap hanya kosmetik politik. Netizen tetap menuntut pemecatan total, bahkan sumpah serapah “Jangan pilih NasDem!” menggema seperti panggilan lima waktu di timeline medsos.

Jerry Massie dari P3S menambah garam di luka dengan menyebut ucapan Sahroni sebagai “narasi sampah”. Aktivis Ferry Irwandi lebih sadis lagi, menyebut mulut Sahroni sebagai “mulut sampah” yang ikut menyulut ricuh demo 28 Agustus, demo yang berujung korban jiwa. Di sinilah drama berubah menjadi tragedi, sebuah teater rakyat di mana satu kata bisa menelan nyawa.

Ironisnya, saat demo itu berlangsung, Sahroni mengaku “ngumpet”, sembunyi dari tatapan massa. Buronan rakyat memang begitu, tak perlu surat penahanan, cukup tatapan jutaan mata untuk membuat seorang pejabat ketar-ketir. Ia boleh saja klarifikasi bahwa kata “tolol” tidak ditujukan untuk semua orang, tapi rakyat sudah terlanjur murka. Kata-kata itu bagai panah yang sudah melesat, tak bisa ditarik kembali, menancap dalam di dada bangsa yang rapuh kepercayaannya pada parlemen.

Maka, lahirlah sebuah ironi epik, seorang legislator yang seharusnya menjaga marwah rakyat justru menjadi simbol arogansi. Kini, Ahmad Sahroni berdiri di persimpangan sejarah, apakah ia akan tetap menjadi buronan rakyat, atau belajar bahwa lidah tak bertulang bisa menjatuhkan lebih cepat dari suara pemilu lima tahun sekali? (*)

  • Penulis: Penulis

Komentar (0)

Saat ini belum ada komentar

Silahkan tulis komentar Anda

Email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang bertanda bintang (*) wajib diisi

Rekomendasi Untuk Anda

  • Listrik Gratis Agustus 2020 Bisa Dinikmati, Begini Cara Mendapatkannya

    Listrik Gratis Agustus 2020 Bisa Dinikmati, Begini Cara Mendapatkannya

    • calendar_month Ming, 2 Agu 2020
    • account_circle Penulis
    • visibility 47
    • 0Komentar

    Loading

    Jakarta, Garda Indonesia | Pemerintah memutuskan untuk memperpanjang waktu pemberian bantuan keringanan biaya listrik kepada pelanggan PLN dengan daya 450 VA dan 900VA bersubsidi, Sosial dan Bisnis Kecil 450 VA. Pemberian stimulus ini merupakan upaya pemerintah untuk meringankan beban masyarakat tidak mampu dan rentan dalam menghadapi masa pandemi Covid-19. Adanya kebijakan ini diharapkan dapat meringankan […]

  • Forum Anak ASEAN, Delegasi Indonesia Rekomendasi Protokol Kesehatan Keluarga

    Forum Anak ASEAN, Delegasi Indonesia Rekomendasi Protokol Kesehatan Keluarga

    • calendar_month Sen, 26 Okt 2020
    • account_circle Penulis
    • visibility 57
    • 0Komentar

    Loading

    Jakarta, Garda Indonesia | Empat anak terpilih sebagai delegasi resmi Indonesia membagikan pengalaman dan pengetahuan yang diperoleh ketika mengikuti The 6th ASEAN Children Forum (ACF) 2020 atau Forum Anak ASEAN ke-6 Tahun 2020. Mereka adalah Belva Rehardini (Solo), Abdul Gilang Tawakkal (Makassar), M. Lukman (Jakarta) perwakilan Forum Anak Nasional (FAN) dan Ema Dilsiana (Bekasi) perwakilan […]

  • KPU Tetapkan Partai Peserta Pemilu 2024

    KPU Tetapkan Partai Peserta Pemilu 2024

    • calendar_month Rab, 14 Des 2022
    • account_circle Penulis
    • visibility 36
    • 0Komentar

    Loading

    Jakarta, Garda Indonesia | Komisi Pemilihan Umum (KPU) menetapkan 17 partai politik nasional dan 6 partai politik lokal Aceh menjadi peserta Pemilu 2024. Hal ini tertuang dalam Surat Keputusan (SK) Komisi Pemilihan Umum (KPU) Nomor 518 Tahun 2022. “Partai politik yang menjadi peserta pemilu nasional ditetapkan 17 partai politik dan partai politik lokal Aceh untuk […]

  • 10 Tahun Lalu, Terima Kasih Jateng

    10 Tahun Lalu, Terima Kasih Jateng

    • calendar_month Rab, 6 Sep 2023
    • account_circle Penulis
    • visibility 64
    • 0Komentar

    Loading

    Oleh : Prihati Utami 10 tahun yang lalu. Saya adalah salah satu orang yang pesimis dengan sosok satu ini,  Ganjar Pranowo. Halah….paling ya gitu-gitu aja. Suatu hari saat pelantikan pak Ganjar di periode pertama. Saya melihat seorang lelaki, mengenakan jas hitam hendak masuk ke gedung tempat pelantikan, tepatnya di DPRD Provinsi Jateng. Dia adalah tamu, […]

  • Jenazah Frans Lebu Raya Tiba di Kupang Saat HUT Ke-63 Provinsi NTT

    Jenazah Frans Lebu Raya Tiba di Kupang Saat HUT Ke-63 Provinsi NTT

    • calendar_month Sen, 20 Des 2021
    • account_circle Penulis
    • visibility 58
    • 0Komentar

    Loading

    Kupang, Garda Indonesia | Wafatnya Drs. Frans Lebu Raya pada Minggu siang, 19 Desember 2021 di RS Sanglah Denpasar, mendapat atensi khusus dari Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Sekretaris Daerah Provinsi NTT, Benediktus Polo Maing saat memimpin rapat terkait fasilitasi kepulangan Jenazah Alm. Drs. Frans Lebu Raya dan prosesi penguburan mantan Gubernur NTT dua […]

  • Mobil Karantina Pertanian Kupang Terjungkal di Atambua

    Mobil Karantina Pertanian Kupang Terjungkal di Atambua

    • calendar_month Rab, 10 Jun 2020
    • account_circle Penulis
    • visibility 43
    • 0Komentar

    Loading

    Belu-NTT, Garda Indonesia | Mobil Izusu Panther milik Badan Karantina Pertanian Kupang bernomor polisi B 1292 UQN jungkir balik di Bilangan Kilometer 4, depan Kantor Lurah Fatukbot, Kecamatan Atambua Selatan, Kabupaten Belu, pada Rabu 10 Juni 2020 petang. Menurut informasi yang berhasil dihimpun Garda Indonesia di lokasi kejadian menyebutkan, mobil itu bergerak dari arah Motamasin […]

expand_less