Breaking News
light_mode
Trending Tags
Beranda » Opini » Mengapa Praktik Oligarki & Demokrasi Semu Tumbuh Membudaya?

Mengapa Praktik Oligarki & Demokrasi Semu Tumbuh Membudaya?

  • account_circle Penulis
  • calendar_month Sab, 10 Jul 2021
  • visibility 49
  • comment 0 komentar

Loading

Oleh: Sumarna, APN Ditjen Strahan Kemhan

Pesatnya kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) di era globalisasi sangat berdampak terhadap perubahan cara pandang dan pola pikir manusia, termasuk setiap WNI dalam menghadapi dinamika dan problematika kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta kehidupan politik dan berdemokrasi yang dilandasi nilai-nilai ke-Indonesia-an berbasis legitimasi negara.

Hingga saat ini  22 tahun reformasi, kita  masih dalam masa transisi demokrasi, sehingga perlu ada dorongan dan komitmen bersama, untuk membangun sistem kepartaian yang sehat dan tidak kompatibel dengan cita-cita bersama perlu  didukung dengan pembiayaan yang cukup untuk bertahan, sehingga parpol yang tidak sehat akan hilang pada masa transisi  berdemokrasi. Tak ada negara demokrasi yang sehat, tanpa adanya parpol yang sehat, negara Indonesia ini akan maju,  jika didukung oleh parpol yang sehat. Negara mewujudkan dan melindungi terhadap keberlangsungan perpolitikan yang sehat.

Pembukaan UUD 1945 merumuskan Tujuan Negara yakni: untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdakaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial, dapat terwujud agar rakyat dapat merasakan kesejahteraan. Sedangkan konsep negara demokratis yang menciptakan negara hukum untuk mewujudkan negara yang adil bagi seluruh rakyat dengan peraturan tertentu dalam penegakannya, sehingga harus bersifat profesional, adil, dan bijak sesuai norma yang berlaku.  Bahkan masalah menjadi semakin kompleks, saat kepala daerah yang dipilih lahir melalui proses oligarki.

Menurut Jeffrey Winters, akademisi dari Northwestern University, dalam bukunya Oligarchy (2011), bahwa demokrasi kerap dikuasai kaum oligarki sehingga makin jauh dari cita-cita memakmurkan rakyat.  Dalam International Encyclopedia of Social Sciences, oligarki didefinisikan sebagai bentuk pemerintahan yang kekuasaannya berada di tangan minoritas. Oligarki menekankan kekuatan sumber daya material sebagai basis dan upaya pertahanan kekayaan pada diri mereka.

Secara faktual,fenomena ini kita lihat dalam praktik dinasti politik di banyak daerah atau fenomena ‘investor’ yang menjadikan kandidat sebagai pion dari beroperasinya kekayaan di daerahnya dengan penguasaan sumber daya material oleh seseorang atau sekelompok orang yang pada akhirnya melakukan penguasaan politik untuk melindungi kekayaannya. Hasil berbagai survei mengenai politik Indonesia menyimpulkan bahwa selama 13 tahun Reformasi tidak membawa perubahan mencolok di Indonesia, bahkan keadaan pada masa Orde Baru dipandang jauh lebih baik ketimbang masa Reformasi.

Menurut Jeffrey A. Winters, Direktur Buffet Institute of Global Affairs, dalam riset berjudul “Oligarchy and Democracy in Indonesia” (2013) bahwa Jokowi adalah produk oligarki. “Kemenangan luar biasa Jokowi berkat dukungan dari berbagai kalangan yang mendorong menuju kemenangan.

Pembangunan yang hanya bertumpu pada pembangunan fisik semata tidak akan membawa kemaslahatan dan kesejahteraan umum. Pembangunan mental (revolusi mental) bangsa Indonesia jauh lebih penting dan mendesak untuk dilakukan.

Menurut  Yuki Fukuoka dan Luky Djani, pada artikel yang diterbitkan dalam South East Asia Research tahun 2016 berjudul  “Revisiting the Rise of Jokowi: The Triumph of Reformasi or An Oligarchic Adaptation of Postclientelist Initiatives?” yang menganggap sejak awal Presiden Jokowi sudah bukan lagi sosok yang ia citrakan ke publik selama kampanye: mengutamakan kepentingan rakyat di atas partai.

Pemimpin negara di era Reformasi terkadang dinilai kurang tegas, dibandingkan era kekuasaan Soeharto, Pandangan itu tidak semuanya benar dan tidak semuanya salah. Kita ketahui bersama, betapa oligarki kekuasaan masih membelenggu partai-partai politik, sehingga mengganggu proses demokrasi, bahkan di dalam partai itu sendiri. Kekuatan oligarki juga tampak pada sendi-sendi kehidupan lain, jika kita lihat dari sisi penumpukan kekayaan, era Reformasi, khususnya di era Presiden SBY.  Hasil kajian Prof Jeffrey Winters dari Northwestern University,AS, mengutip data dari Capgemini and Merrill Lynch menunjukkan, pada 2004 saat SBY terpilih menjadi presiden, ada sekitar 34.000 orang Indonesia memiliki aset paling sedikit USD1 juta di luar negeri.

Demikian periode Kabinet Jokowi dengan Ma’ruf Amin, yang menambah Partai Gerindra sebagai bagian dari Kabinet Indonesia Maju. Presiden Jokowi terkesan membagi-bagi posisi pejabat negara kepada tim sukses termasuk relawan yang bergabung dalam pemenangan Pilpres 2019 untuk membangun sebuah demokrasi gotong royong. Menurutnya di Indonesia tidak ada yang namanya oposisi, demokrasi kita adalah demokrasi gotong royong.

Beberapa bulan pemerintahannya, masyarakat menaruh harapan besar untuk  bisa meningkatkan kualitas demokrasi. Seperti ditulis di awal artikelnya, Luky Djani dan Yuki Fukuoka, bahwa berkebalikan dengan  konsep ‘bersih’ dan ‘profesional’, Jokowi memberikan posisi strategis kepada kepentingan oligarki dan mengindikasikan keputusan yang dilandasi oleh partai pendukungnya, di sisi lain, politik balas budi  bisa jadi cara ampuh Jokowi memuluskan kekuasaan. Lalu bagaimana oligarki kekuasaan tunduk pada diri seorang Presiden?

Kisah demokratis ini dilakukan oleh gerakan oligarki dimana kekuasaan kaum berduit menempatkan Jokowi di hadapan para pemilihnya, sehingga Jokowi berhasil menang karena partai politik dan kaum elite memutuskan untuk mengusungnya menjadi presiden, sehingga tidak  dapat melawan kepentingan elite dan partai politik. Penggunaan UU ITE untuk masyarakat sipil, dinilai akan memunculkan permasalahan baru di masyarakat, ketika mobilisasi klientelistik menjadi kurang efektif, elite oligarki mulai selektif merangkul populisme guna mempertahankan struktur kekuasaannya.

Langkah itu untuk melumpuhkan oposisi.”sebagai bagian dari Oligarki, Wajar jika diawal kemunculannya dalam gelanggang politik nasional, Jokowi menjadi harapan kelompok sipil dan aktivis.  Ada asumsi bahwa hal ini terjadi karena kesalahan persepsi  jika terjadi pemaksaan keserentakan pada pemilu pada 2024 mendatang, sehingga akan membuat  “Demokrasi” di Indonesia semakin mundur dan kepentingan subjektif  untuk upaya penjegalan terhadap partai dan kandidat  tertentu pada Pemilu  2024 harus dihilangkan.

Bangsa Indonesia saat ini  dalam kondisi krisis kepemimpinan akibat perubahan orientasi, dalam berbagai aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, salah satunya dalam  berdemokrasi,  yang sudah mengarah pada persimpangan jalan dari tujuan nasional. Hal itu adalah dampak dari pemimpin yang kurang responsif  memanfaatkan kondisi ini sebagai peluang, melainkan hanya dilihat sebagai ancaman.

Untuk mewujudkan keadilan diperlukan upaya pemerataan sumber daya agar kelompok masyarakat yang lemah dari kemiskinan dan kesenjangan sosial ekonomi dapat diatasi dan dientaskan.  Terkait hal itu, pada momentum Hari Keadilan Internasional tanggal 17 Juli 2021, kita bersama masyarakat untuk  bersinergis  mensosialisasi dan menegakkan keadilan di berbagai aspek kehidupan, Hukum harus ditegakkan, sebab semua orang berkedudukan yang sama di hadapan hukum, serta pemenuhan hak rakyat dapat dilakukan dengan merata.

Penegakan hukum selama ini belum sesuai harapan dan pelaksanaannya harus berjalan selaras dengan Undang-undang yang berlaku agar tidak melahirkan masalah baru. Akibatnya, pemegang kekuasaan tidak bisa jauh dari oligarki rezim terdahulu, bedanya, dengan kemunculan kelompok buruh dan aktivis, elite politik di era pasca-Orde Baru mempertimbangkan kepentingan masyarakat kelas menengah ke bawah.

Jika langkah ini tidak segera diatasi, bukan tidak mungkin pelaksanaan demokrasi di Indonesia akan semakin jauh dari harapan, sistem perpolitikan akan semakin kacau, dan warga masyarakat kalangan bawah akan semakin tersingkirkan, sehingga praktik Oligarki semakin tumbuh subur berkembang dan membudaya di kalangan  masyarakat Indonesia, sehingga Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa hanya sebagai slogan.

Pemerintah bersama seluruh elemen masyarakat dan rakyat, serta stakeholder terkait perlu bersinergi untuk mengambil langkah  strategis dengan menata ulang kembali Sistem Politik, perundang-undangan, pengelolaan pertahanan dan keamanan negara, sekaligus memberikan edukasi politik kepada masyarakat Indonesia, agar seluruh warga masyarakat mengerti dan pahan akan sistem politik yang sehat, serta  perlu segera merevisi UU Pemilu Nomor 7 Tahun 2017 tentang Penyelanggaraan Pemilu secara efisien dan komprehensif, dalam proses kenegaraan yang berimplikasi terhadap  tumbuhnya praktik oligarki & demokrasi  yang semu  membudaya di Indonesia, serta guna memberi penguatan kesadaran berpolitik bagi  setiap WNI.

Foto utama (*/istimewa/universitas indonesia)

  • Penulis: Penulis

Rekomendasi Untuk Anda

  • Kumham NTT & Unika Santu Paulus Ruteng Diseminasi Kekayaan Intelektual

    Kumham NTT & Unika Santu Paulus Ruteng Diseminasi Kekayaan Intelektual

    • calendar_month Ming, 26 Sep 2021
    • account_circle Penulis
    • visibility 40
    • 0Komentar

    Loading

    Ruteng, Garda Indonesia | Menindaklanjuti perjanjian kerja sama antara Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Nusa Tenggara Timur dan Universitas Katolik (UNIKA) Indonesia Santu Paulus Ruteng, dilaksanakan Workshop ‘temu wicara’ Promosi dan Diseminasi Kekayaan Intelektual, bertempat di aula Kampus Unika Santu Paulus Ruteng pada Jumat, 24 September 2021. Temu wicara yang dihadiri oleh 40 orang […]

  • Plh. Bupati Belu Upayakan Perhatian Pemda bagi Kelas Tenun Ikat Nunupu

    Plh. Bupati Belu Upayakan Perhatian Pemda bagi Kelas Tenun Ikat Nunupu

    • calendar_month Sel, 16 Mar 2021
    • account_circle Penulis
    • visibility 39
    • 0Komentar

    Loading

    Belu-NTT, Garda Indonesia | Usai menghadiri kegiatan donasi buku di TBM Lopo Cerdas Sabar di Kelurahan Manumutin, Kecamatan Kota Atambua, pada Minggu, 14 Maret 2021, Plh. Bupati Belu, Frans Manafe didampingi Ketua Komisi II DPRD, Theodorus Seran Tefa diarahkan Ketua FTBM, Romo Kris Fallo mengunjungi Kelas Tenun Ikat Nunupu, yang letaknya tidak jauh dari TBM […]

  • Amplop Sumbangan Berdatangan, Pemuda Kabupaten Kupang untuk SIAGA

    Amplop Sumbangan Berdatangan, Pemuda Kabupaten Kupang untuk SIAGA

    • calendar_month Kam, 31 Okt 2024
    • account_circle Penulis
    • visibility 39
    • 0Komentar

    Loading

    Oelamasi | Pasangan calon gubernur dan wakil gubernur NTT nomor urut 3, Simon Petrus Kamlasi -Andrianus Garu (SIAGA) terus mendapat dukungan dari berbagai kalangan. Kali ini, dukungan datang dari kelompok pemuda Kabupaten Kupang. Dukungan mereka tidak sekadar bekerja memenangkan SIAGA, namun turut menyumbangkan uang untuk SIAGA. Sumbangan uang diserahkan oleh perwakilan pemuda di kampung Neketuka, […]

  • Nilai Tukar Petani dan Tingkat Kesejahteraan Petani

    Nilai Tukar Petani dan Tingkat Kesejahteraan Petani

    • calendar_month Kam, 9 Nov 2023
    • account_circle Penulis
    • visibility 45
    • 0Komentar

    Loading

    Oleh Yezua Abel, Statistisi pada BPS Provinsi NTT Nilai tukar petani (NTP) Provinsi NTT Oktober 2023 sebesar 97,38 persen turun 0,14 persen dibanding bulan sebelumnya sebesar 97,52. Penurunan indeks harga ini disebabkan oleh perkembangan indeks harga diterima bergerak lebih lambat dibandingkan harga yang dibayar petani. Kondisi ini dapat juga diartikan bahwa daya jual hasil produksi […]

  • PLN UIP Nusra Pinta ‘Support’ Ombudsman RI Perwakilan NTT

    PLN UIP Nusra Pinta ‘Support’ Ombudsman RI Perwakilan NTT

    • calendar_month Sen, 12 Agu 2024
    • account_circle Penulis
    • visibility 43
    • 0Komentar

    Loading

    Kupang | Asisten Manager PLN Unit Pelaksana Proyek Nusa Tenggara III, Irlan J. Lalu menyambangi Kepala Ombudsman RI Perwakilan Provinsi NTT, Darius Beda Daton di ruang kerjanya pada Senin, 12 Agustus 2024 pukul 11.00 WITA, Unit Pelaksana Proyek Nusa Tenggara III berada di bawah PLN Unit Induk Pelayanan (UIP) Nusa Tenggara yang bertugas mengeksekusi proyek […]

  • Pertamina Bantu 14 Posyandu di Kota Kupang

    Pertamina Bantu 14 Posyandu di Kota Kupang

    • calendar_month Jum, 10 Agu 2018
    • account_circle Penulis
    • visibility 49
    • 0Komentar

    Loading

    Kupang-NTT, gardaindonesia.id–Pertamina (Persero) NTT melalui Organisasi Persatuan Wanita Patra menyerahkan bantuan Alat-alat Kesehatan kepada 14 (empat belas) posyandu yang tersebar di wilayah Kota Kupang. Bantuan diserahkan langsung oleh Ketua Persatuan Wanita Patra MOR V, Emi Mutia Abdullah, Jumat/10 Agustus 2018 di Kantor Pemasaran PT Pertamina NTT dalam sesi kegiatan Bakti Sosial Kesehatan sebagai wujud syukur […]

expand_less