Breaking News
light_mode
Trending Tags
Beranda » Humaniora » Biboki, Sebuah Kerajaan ‘Bufferzone’

Biboki, Sebuah Kerajaan ‘Bufferzone’

  • account_circle Penulis
  • calendar_month Sen, 14 Jun 2021
  • visibility 76
  • comment 0 komentar

Loading

Oleh : RD. Mikhael Valens Boy, Fakultas Filsafat Unwira

Sebelum ketibaan bangsa Portugis di abad XV dan Belanda di abad XVII di Pulau Timor, sudah terdapat satu kerajaan tradisional di pusaran Pulau Timor berbernama Biboki.  Kata ‘Biboki’ terkomposisi dari dua kata, yaitu preposisi ‘Bi’ yang berarti ‘Di’, dan kata benda ‘Boki’ artinya ‘Penyangga’, ‘Penyeimbang’. Menurut Schulte Nordholt, Kerajaan Biboki adalah Kerajaan ‘Bufferzone’, yaitu Kerajaan Penyangga, Penyeimbang.

Ada beberapa alasan mengapa Kerajaan Biboki dikatakan demikian. Yang pertama, secara geografis tanah Biboki bersama dengan tanah Belu sungguh-sungguh terletak pada ‘pinggang’ dari Pulau Timor, yaitu di tengah-tengah Pulau Timor. Yang kedua, Kerajaan Biboki berada persis pada pusaran dari dua wilayah teritorial-kultural yang besar, yaitu Belu-Tetun dan TTU hingga Kupang, yang Dawan.

Ketiga, secara etnis masyarakat Biboki terkomposisi dari manusia yang berasal dari arah Matahari Terbit (Timur), yaitu ‘Mansa Saena’ (bahasa Dawan) atau ‘Loro Sae’ (bahasa Tetun), dan dari arah Matahari Terbenam (Barat), yaitu ‘Mansa Moufna’ (bahasa Dawan) atau ‘Loro Monu’ (bahasa Tetun).

Pada umumnya yang berasal dari Timur berbahasa Tetun, sedangkan yang berasal dari Barat berbahasa Dawan. Akan tetapi menurut beberapa suku di Biboki, mereka sesungguhnya berasal dari Timur, namun mereka berbahasa Dawan. Hal ini menunjukkan bahwa asimilasi dan pemfusian ‘Timur dan Barat’ secara etnis dan kultural di Biboki sudah berlangsung lama, sudah tua. Bahwa pemfusian dan asimilasi etnis dan kultural di Biboki sudah tua dapat dibuktikan pula dengan adanya kenyataan sekarang di mana sebagian besar masyarakat Biboki berbahasa Dawan dengan logatnya yang khas walau berasal dari Timur. Dan yang kedua, motif kain tenunan aslinya berwarna dasar ‘merah’ seperti yang ada pada masyarakat ‘Fialaran-Belu Utara’. ‘Merah’ adalah ‘motif matahari terbit’ – ‘Loro Sae’. Biasanya Biboki dikonotasikan dengan ‘merah, bakar menyala’.

Karakter ‘penyeimbang’ masyarakat tradisional Biboki juga tampak dalam sistem kekeluargaannya. Bila di Molo, Miomafo dan Amfoang (Sonbai) sistem kekeluargaannya menganut prinsip patrilineal murni, maka  Biboki dan juga Insana menganut sistem patrilineal tidak murni. Betapa pun ada belis, yaitu pembayaran mahar untuk memasukkan ibu dan anak-anak ke marga ayah, tetapi paling tidak seorang anak dikembalikan ke marga ibu sebagai ‘sekaf’, yaitu sebagai pengganti ibu. Di sini terjadi bahwa sistem kekeluargaan matrilineal di Malaka, ‘Liurai’, mempengaruhi sistem kekeluargaan patrilineal orang Biboki. Dalam sistem matrilineal Malaka, semua anak masuk ke marga ibu, namun seorang anak dikembalikan kepada ayah sebagai ‘matamusan’, sebagai pengganti ayah.

Keempat, secara sosial-politik Kerajaan Tradisional Biboki merupakan Kerajaan ‘Bufferzone’ (Kerajaan Penyangga atau Penyeimbang)  karena Kerajaan Biboki menyangga dan menjadi penyeimbang terhadap dua Kerajaan Besar, yaitu Kerajaan ‘Liurai’ di Timur dan Kerajaan ‘Sonbai’ di Barat. Sebelum kedatangan bangsa Portugis dan Belanda, Kerajaan Tradisional Biboki ‘berafiliasi’ dengan dua kekuasaan besar ini, yaitu ‘Liurai’ di Timur dan ‘Sonbai’ di Barat. Hal ini dibenarkan oleh didirikan dan adanya dua tugu besar di pusat Kerajaan tradisional Biboki, ‘Tamkesi’. ‘Tamkesi’ artinya ‘penuh dan sempurna’. Tiang tugu  yang di Timur dipersembahkan kepada ‘Liurai’ di Wehali-Waiwiku (Malaka) dan yang di Barat dipersembahkan kepada ‘Sonbai’ di ‘Oenam’, ‘Kono-Oematan’ (Molo-Miomafo).

Hakikat Masyarakat Adat Biboki

Masyarakat Adat Biboki adalah paguyuban sosio-kultural-politik dari ‘Klunin Bo’es, Ba’at Bo’es’, yaitu ‘Sepuluh Pokok, Sepuluh Akar’ dengan bermahkota ‘Loro Biboki’ sebagai raja atau pemimpin tertinggi.  Kesepuluh ‘Pokok dan Akar’ dari masyarakat tradisional Biboki itu adalah ‘Tnesi-Aluman, T’eba-Tautpah, Tahaf-Nafanu, Taitoh-Bukifan, Harneno-Manlea’ ini sesungguhnya merupakan paguyuban dari sepuluh raja ‘berdaulat’ yang masing-masingnya mempunyai komunitas sosial-politiknya, namun yang bekerja sama untuk membentuk dan membangun Kerajaan Biboki, yang disebut ‘Neno Biboki, Funan Biboki’ yaitu ‘Matahari Biboki, Bulan Biboki’.

Dari kesepuluh paguyuban raja ini, ada empat paguyuban yang telah lebih dahulu mendiami tanah Biboki, yaitu ‘Tahaf-Nafanu, Taitoh-Bukifan’. Betapa pun demikian, pengangkatan Loro Biboki tidak dari mereka. Loro Biboki biasanya diangkat dari empat serangkai ini, ‘Tnesi-Aluman, T’eba-Tautpah’. Dua serangkai, ‘Harneno-Manlea’ merupakan dua paguyuban terakhir yang mempersatukan diri dengan kedelapan paguyuban yang lain, dan mereka semua bersama-sama membina Kerajaan Tradisional Biboki.

Dalam membina Kerajaan Biboki, Klunin Boes, Baat Boes harus bekerja sama dengan ‘Bena Naek, Papa Naek’, yaitu ‘Berbahu Besar, Berluka Besar‘. Mereka adalah suku-suku bukan raja, yang mempunyai kewibawaan dan kekuatan yang besar dalam membangun dan menghidupi Kerajaan Biboki. Mereka dikenal sebagai ‘Amafa Naek’, yaitu ‘Bapa yang Besar’. Mereka secara tertentu dapat dibandingkan dengan Bapak-Bapak Bangsa dalam Kitab Suci, betapa pun Abraham, Ishak dan Yakub adalah Bapak-Bapak Bangsa dalam konteks keimanan akan Allah yang Esa.

Dalam konteks masyarakat adat Biboki, ‘Bena Naek, Papa Naek’ merupakan kekuatan-kekuatan kerakyatan yang besar. Ada empat ‘Bena Naek, Papa Naek’ di Biboki, yaitu ‘Pai-Sanaunu” di Timur dan ‘Bel-Sikone’ di Barat. Pasangan ‘Pai-Sanaunu’ dan ‘Bel-Sikone’ ini merupakan paguyupan-paguyuban kerakyatan yang besar dan kuat yang menjadi ‘pendukung utama dan kepercayaan’ dari Loro Biboki. Dari istilah ‘Bena Naek, Papa Naek’, yang secara harafiah berarti ‘berbahu besar, berluka besar’ dapat disimpulkan bahwa mereka menjadi ‘tangan kanan’ dari Loro Biboki karena jasa-jasa dan korban-korbannya bagi kehidupan Kerajaan Tradisional Biboki. Mereka biasanya menjadi ‘bride givers’ bagi kelompok raja-raja, khususnya bagi ‘Tnesi-Aluman, Teba-Tautpah’.

Pemimpin tertinggi dari Kerajaan Biboki atau dalam bahasa adatnya, ‘Neno Biboki, Funan Biboki’ adalah ‘Loro Biboki’ (bahasa Tetun), yang secara harafiah berarti ‘Matahari Biboki’, tetapi yang juga bermakna ‘Cahaya Biboki’.  Dalam bahasa Dawan ia disapa atau bergelar ‘Usi Koko’, yaitu ‘Raja yang Keramat’. Karena hakikatnya juga sebagai ‘Atupas’, yang secara harafiah berarti ‘Hanya Tidur – Tidak Bergerak’, yaitu ‘tidak boleh dikenai panas dan hujan’, maka dalam menjalankan pemerintahannya, Loro Biboki ‘didampingi’ oleh ‘komunitas eksekutif’ yang dikepalai oleh ‘Monemnasi Pah Tuan’, yang secara harafiah berarti ‘Laki-Laki Tua, Raja Bumi’. Kehadiran ‘Monemnasi Pah Tuan’ ini kadang ditafsir sebagai terjadinya ‘dualisme’ kepemimpinan tertinggi di Kerajaan Biboki. Tetapi, tidak!

Kaisar atau Loro Biboki tetaplah pemimpin tertinggi dari Kerajaan Biboki dalam masyarakat adat ‘Klunin Boes, Baat Bo’es’, dan ‘Monemnasi Pah Tuan’ adalah ‘Perdana Menteri’. Dalam konteks budaya Jawa ia dapat disamakan dengan seorang ‘Mangkubumi’. Loro Biboki sebagai ‘Atupas’ (Hanya Tidur), sesungguhnya menampilkan dimensi kesakralan dan ‘keimaman’ dari penguasa tertinggi Biboki ini. Dialah ‘Dewa’, yaitu ‘Usi Kok Leu’ (Raja yang sangat keramat). Dialah ‘Uis Neon Ana’ (Putra Langit) sebagaimana istilah ‘Maromak Oan’ (Anak Allah) untuk penguasa tertinggi Liurai, Wehali-Waiwiku di Malaka.

Kata ‘Atupas’ perlu dimengerti dalam maknanya yang lain, yaitu bukan ‘Hanya Tidur’, tetapi ‘Penidur’, – Yang menidurkan’. Artinya Loro Biboki adalah ‘pengayom dan kedaulatan’ dari seluruh masyarakat tradisional Biboki. Dialah ‘Bapa, Jiwa dan Roh’ dari masyarakat tradisional Biboki. Loro Biboki merupakan ‘personifikasi dan representasi’ dari seluruh kesatuan dan kedaulatan masyarakat ‘Klunin Bo’es, Ba’at Bo’es’ Biboki. Dialah “mikrokosmos” dari ‘kosmos Biboki’. Loro Biboki bisa ‘meminta hujan’, ‘mengusir tulah’ dan ‘menurunkan berkat’ bagi masyarakat tradisional Biboki.(*)

Foto utama oleh roni banase

  • Penulis: Penulis

Rekomendasi Untuk Anda

  • ‘Crazy Rich Medan’ Indra Kenz Bakal Diperiksa Bareskrim Polri

    ‘Crazy Rich Medan’ Indra Kenz Bakal Diperiksa Bareskrim Polri

    • calendar_month Sab, 12 Feb 2022
    • account_circle Penulis
    • visibility 44
    • 0Komentar

    Loading

    Jakarta, Garda Indonesia | Bareskrim Polri akan memeriksa Crazy Rich Medan, Indra Kesuma atau Indra Kenz pekan depan. Indra dilaporkan terkait kasus dugaan investasi bodong binary option melalui aplikasi Binomo. “Mungkin minggu depan (pemeriksaannya),” tutur Dirtipideksus Bareskrim Polri Brigjen Whisnu Hermawan dalam keterangannya pada Jumat, 11 Februari 2022. Whisnu memastikan pihaknya akan memeriksa Indra. Namun, kata Whisnu, sejumlah saksi ahli […]

  • Tuan Deo Balas Kebaikan Hati Simon Petrus Kamlasi

    Tuan Deo Balas Kebaikan Hati Simon Petrus Kamlasi

    • calendar_month Kam, 7 Nov 2024
    • account_circle Penulis
    • visibility 48
    • 0Komentar

    Loading

    Ketika tiba di tenda pengungsian malam itu, sosok yang akrab disapa SPK ini menyusuri lorong-lorong tenda yang lumayan sibuk, menyalami para pengungsi dan para petugas yang ada, serta memberi penguatan kepada para pengungsi maupun para petugas dan relawan yang ada di sana.   Larantuka | Simon Petrus Kamlasi tak mampu menahan air mata ketika menyaksikan […]

  • Masa Bodoh dengan Hasil Rapat, Ruangan Kepsek SMAN Kie Disegel Komite

    Masa Bodoh dengan Hasil Rapat, Ruangan Kepsek SMAN Kie Disegel Komite

    • calendar_month Sel, 10 Sep 2019
    • account_circle Penulis
    • visibility 47
    • 0Komentar

    Loading

    Kie-TTS, Garda Indonesia | Menindaklanjuti hasil rapat bersama Komite, Kepala Sekolah, Dewan Guru dan Dewan Pendiri SMAN Kie pada Selasa, 3 September 2019, dengan rekomendasi kepala sekolah harus melakukan rekonsiliasi bersama para guru dalam jangka waktu satu minggu. Baca juga : http://gardaindonesia.id/2019/09/05/bersikap-tak-acuh-kepala-sman-kie-tuai-protes-dari-gurukomite-dewan-pendiri/ Maka pada Senin, 9 September 2019, Komite dan dewan pendiri hadir di sekolah […]

  • Pj Gubernur Didesak Selamatkan Bank NTT

    Pj Gubernur Didesak Selamatkan Bank NTT

    • calendar_month Rab, 1 Mei 2024
    • account_circle Penulis
    • visibility 58
    • 0Komentar

    Loading

    Kupang, Sikap dingin Penjabat Gubernur NTT, Ayodhia Kalake atau yang akrab disapa Ody Kalake yang mana tidak kunjung menandatangani persetujuan kerja sama kelompok usaha bank (KUB) antara Bank NTT dengan Bank DKI memantik desakan dari pengamat hukum bisnis perbankan, Petrus E. Jemadu, SH.,Mhum. “Kita minta Pak Ody sebagai Penjabat Gubernur NTT, selamatkan bank NTT. Karena […]

  • Bupati Belu & Bupati se–NTT ‘Zoom Meeting’ Bersama Gubernur VBL

    Bupati Belu & Bupati se–NTT ‘Zoom Meeting’ Bersama Gubernur VBL

    • calendar_month Rab, 14 Jul 2021
    • account_circle Penulis
    • visibility 57
    • 0Komentar

    Loading

    Belu–NTT, Garda Indonesia | Bupati Belu, dr. Taolin Agustinus, Sp.PD – KGEH, FINASIM. didampingi Wakil Bupati, Drs. Aloysius Haleserens, M.M., dan Bupati se – NTT mengikuti zoom meeting bersama Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat dengan topik ‘Percepatan Pencairan Dana Desa dan Upaya Pencegahan Penyebaran Covid–19 Tingkat Desa’, di Ruang Rapat Bupati Belu, Selasa 13 Juli […]

  • Tiga Jenis Kopi Flores Fenomenal Mendunia, Soal Rasa Tak Diragukan!

    Tiga Jenis Kopi Flores Fenomenal Mendunia, Soal Rasa Tak Diragukan!

    • calendar_month Sel, 15 Jul 2025
    • account_circle Penulis
    • visibility 82
    • 0Komentar

    Loading

    Dari pulau besar di NTT, ada beragam jenis kopi yang tumbuh subur di provinsi 3T ini. Namun, dari beragam jenis kopi tersebut, ada tiga jenis kopi yang sangat populer dan banyak dinikmati masyarakat luas.   Flores | Hal yang tak dapat dipungkiri bahwa NTT memiliki ragam kopi yang sangat dinikmati namun belum tentu ada di […]

expand_less