Breaking News
light_mode
Trending Tags
Beranda » Daerah » Dinas Peternakan Belu Kenalkan Teknologi Silase, Jaga Stok Pakan Saat Kemarau

Dinas Peternakan Belu Kenalkan Teknologi Silase, Jaga Stok Pakan Saat Kemarau

  • account_circle Penulis
  • calendar_month Sab, 5 Jun 2021
  • visibility 1
  • comment 0 komentar

Belu-NTT, Garda Indonesia | Antisipasi anomali cuaca maupun perubahan musim hujan ke musim kemarau, menjadi penting bagi peternak yang memelihara ternak seperti sapi, kambing dan domba untuk menjaga ketersediaan pakan ternak karena terbatasnya rerumputan pada musim kemarau di wilayah Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Melimpahnya hijauan pada musim hujan merupakan suatu kesempatan bagi peternak agar menyimpan pakan hijauannya untuk menghadapi musim kemarau.

Dalam upaya mengantisipasi kekurangan pakan pada musim kemarau, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Belu, telah menyiapkan langkah strategis dengan memperkenalkan salah satu teknologi pengawetan pakan hijauan ternak dengan Sistem Silase.

“Program ini dimaksudkan untuk kita memiliki ketersediaan pakan di musim kemarau, dengan harapan bahwa masyarakat bisa memelihara ternak pada musim kemarau, dan ternaknya tidak kekurangan pakan,” ungkap Kadisnakes Belu, Drs. Nikolaus U.K. Birri, M.M. di sela-sela Demo Pengawetan Silase di Wekabu, Desa Naekasa, Kecamatan Tasifeto Barat, pada Jumat, 28 Mei 2021.

Kadis Umbu (sapaan akrab dari Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Belu) menjelaskan, tujuan membuat silase di Kelompok Tani Taro Jaya adalah untuk memperkenalkan teknologi pengawetan pakan hijauan sebagai cadangan dan persediaan pakan ternak pada saat musim kemarau yang panjang.

“Pembuatan silase yang kita lakukan hari ini adalah untuk menyiasati persediaan makanan ternak pada musim kemarau, menampung kelebihan HMT pada musim hujan agar bisa dimanfaatkan secara optimal. Kita juga mendayagunakan limbah hasil ikutan dari pertanian seperti jerami padi, dan jagung,” terang Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Belu.

Persiapan pembuatan silase dengan memasukkan bahan baku hijaun dalam wadah tertutup  dengan prinsip fermentasi anaerob

Di samping itu, ungkap Kadis Umbu, selain untuk menyimpan dan menampung pakan hijauan yang berlebih pada saat musim hujan, peternak juga dapat memanfaatkan pakan hijauan pada saat kondisi dengan nilai protein yang tinggi. “Nilai gizi silase setara dengan hijauan dan bahkan lebih dengan adanya bahan tambahan. Silase juga lebih disukai ternak dan lebih mudah dicerna,” jelasnya.

Ia pun menambahkan, Silase merupakan awetan pakan yang dibuat dengan prinsip fermentasi anaerob yaitu dalam proses pembuatannya hijauan yang sudah dipotong,  kemudian disimpan dalam wadah tertutup (silo).

“Silase dikondisikan agar padat dan tidak menyisakan ruang untuk udara, lalu silo pun ditutup serapat mungkin dengan bertujuan agar fermentasi yang terjadi adalah fermentasi anaerob. Proses fermentasi berjalan kurang lebih 21 hari, sehingga silase baru dapat diberikan pada ternak setelah 21 hari dari tanggal pembuatan. Silase yang stabil memiliki daya simpan yang lebih lama,” terang Mantan Kasatpol PP ini serius.

Dengan adanya teknologi pengawetan HPT ini, Kadis Umbu mengajak seluruh peternak di Kabupaten Belu agar terus mengoptimalkan pemberian nutrien bagi ternak sapi, dengan mengoptimalkan kualitas dan kuantitas hijauan pakan ternak.

“Kita berharap dengan adanya kegiatan pembuatan silase ini, masyarakat bisa terbantu ketersediaan pakan pada musim kemarau. Masyarakat juga dapat menanam hijauan makanan ternak dengan memanfaatkan musim hujan yang ada, sehingga kelebihan pakan nantinya dapat kita awetkan untuk kebutuhan makanan ternak pada musim kemarau yang panjang,” pungkasnya.

Turut hadir mendampingi Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Belu antara lain Kepala Bidang Prasarana dan Sarana – Maria Imelda Haki, S.Pt, Kasie Pakan-  Mikael Seran Moruk, S.Pt, Kasie Lahan dan Irigasi – Adelia R. Moreira, S.Pt, dan Kasie Pembiayaan dan Investasi -Matheos D. Taklal, SST. Turut serta Petugas Teknis, seperti Dokter Hewan dan P3M Kecamatan Tasifeto Barat serta masyarakat setempat. (*)

Sumber berita + foto (*/tim Disnakkes Belu)

Editor (+roni banase)

  • Penulis: Penulis

Rekomendasi Untuk Anda

  • Belajar dari Sejarah Pandemi Flu Spanyol 1918

    Belajar dari Sejarah Pandemi Flu Spanyol 1918

    • calendar_month Jum, 31 Jul 2020
    • account_circle Penulis
    • visibility 0
    • 0Komentar

    Jakarta, Garda Indonesia | Pada tahun 1918, dunia diguncang wabah flu mematikan yang dikenal dengan flu Spanyol. Para peneliti dan sejarawan meyakini wabah flu Spanyol menewaskan 20—100 juta orang dalam dua tahun, yakni antara tahun 1918 dan 1920. Bahkan disebutkan dalam riset jurnalis BBC World Service Fernando Duarte, flu Spanyol menewaskan lebih banyak orang daripada […]

  • Kupang Smart City—Perlu SDM dan Infrastruktur yang Memadai

    Kupang Smart City—Perlu SDM dan Infrastruktur yang Memadai

    • calendar_month Rab, 10 Jul 2019
    • account_circle Penulis
    • visibility 0
    • 0Komentar

    Kota Kupang, Garda Indonesia | Pemerintah Kota Kupang dibawah pimpinan Jefri Riwu Kore dan Hermanus Man, terus berupaya menjadikan Kota Kupang sebagai Kota yang bersih, cerdas,aman dan juga nyaman. Salah satunya melalui program Kupang Smart City. Bertempat di Neo Hotel Kupang, melalui Dinas Komunikasi dan Informasi (Kominfo), Pemerintah Kota Kupang mengadakan “Gerakan Menuju Kupang Smart […]

  • Menelisik Makna Tradisi Hengedo, Cium Hidung ala Sabu

    Menelisik Makna Tradisi Hengedo, Cium Hidung ala Sabu

    • calendar_month Ming, 16 Jul 2023
    • account_circle Penulis
    • visibility 1
    • 0Komentar

    Tradisi Hengedo (baca Henge’do) yakni tradisi cium hidung biasa dilakukan oleh suku Sabu di Provinsi NTT. Tradisi ini merupakan sebuah salam khas dari masyarakat Nusa Tenggara Timur, yang berasal dari Kabupaten Sabu Raijua. Cara melakukannya, seseorang cukup menyentuhkan hidungnya ke orang lain pada saat bertemu. Henge’do adalah tradisi yang dilakukan tanpa memandang latar belakang apa pun, […]

  • Langgar Aturan, Kapolri : Bila Tak Mampu Bersihkan Ekor, Saya Potong Kepalanya

    Langgar Aturan, Kapolri : Bila Tak Mampu Bersihkan Ekor, Saya Potong Kepalanya

    • calendar_month Kam, 28 Okt 2021
    • account_circle Penulis
    • visibility 1
    • 0Komentar

    Jakarta, Garda Indonesia | Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menegaskan tidak akan ragu menindak tegas Kapolda, Kapolres, hingga Kapolsek apabila tidak mampu menjadi teladan bagi jajarannya. Menurut Kapolri, semua itu dilakukan untuk kebaikan Korps Bhayangkara ke depan. “Kalau tak mampu membersihkan ekor, maka kepalanya akan saya potong. Ini semua untuk kebaikan organisasi yang susah payah […]

  • Pakai Masker Maksimal Empat Jam, Dokter Reisa Imbau Ganti Masker Baru

    Pakai Masker Maksimal Empat Jam, Dokter Reisa Imbau Ganti Masker Baru

    • calendar_month Rab, 10 Jun 2020
    • account_circle Penulis
    • visibility 0
    • 0Komentar

    Jakarta, Garda Indonesia | Tim Komunikasi Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 (Gugus Tugas Nasional), dokter Reisa Broto Asmoro mengingatkan agar penggunaan masker penutup hidung dan mulut diganti setelah empat jam pemakaian. Hal itu disampaikan Reisa dalam konferensi pers terkait berbagai informasi dan pesan-pesan mengenai pengendalian Covid-19, serta adaptasi Kebiasaan Baru yang Produktif dan Aman dari […]

  • Penyanyi Rian D’Masiv & PRB Bantu Korban Badai Seroja Rote Ndao

    Penyanyi Rian D’Masiv & PRB Bantu Korban Badai Seroja Rote Ndao

    • calendar_month Sel, 13 Apr 2021
    • account_circle Penulis
    • visibility 0
    • 0Komentar

    Rote Ndao-NTT, Garda Indonesia | Rian Ekky Pradipta atau terkenal dengan sapaan Rian D’Masiv yang bergerak dalam Yayasan Sosial “Jangan Menyerah Indonesia” bersama Relawan PRB (Perkumpulan Rote Bersatu), menyambangi korban bencana Badai Seroja (badai yang memorak-porandakan Pulau Rote Ndao, red), menyambangi korban bencana di Desa Kuli Aisele, Kecamatan Lobalain, dan di Dusun Olalain, Kelurahan Onatali, Kecamatan […]

expand_less