CIRMA Tanam Ribuan Pinang di TTU, Upaya Tekan Impor Rp1 Triliun Setahun
- account_circle Roni Banase
- calendar_month 7 jam yang lalu
- visibility 114
- comment 0 komentar

![]()
Desa Faenake, imbuh John Ladjar, adalah pilot project penanaman pinang Betara dan ke depan bibit pinang tidak didatangkan dari luar TTU karena pembibitan akan dibuat di Desa Faenake. Sehingga desa lain akan disokong oleh Desa Faenake.
Faenake | Centrum Inisiatif Rakyat Mandiri (CIRMA) resmi meluncurkan gerakan penanaman Pinang Betara sebagai bagian dari upaya mendorong keadilan iklim dan kemandirian ekonomi petani kecil di Timor Barat. Penanaman perdana pinang yang selama ini menjadi komoditas impor bernilai triliunan rupiah dari luar NTT ini dihelat pada Rabu, 17 Desember 2025 di Desa Faenake, Kecamatan Bikomi Utara, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU).
Hadir pada penanaman sekitar 1.200 anakan pinang di wilayah kelompok tani binaan CIRMA tersebut antara lain, Wakil Bupati TTU, Kamilus Elu, S.H. Plt Kadis Pertanian TTU, Charles Malelak, S.P., M.Si. pimpinan OPD, Wadan Pamtas Napan, Kapospol Napan, perwakilan Bapperida NTT, para kepala desa, tokoh masyarakat, kelompok tani, serta para petani kecil. Sementara, Gubernur NTT, Melki Laka Lena yang semula dijadwalkan hadir turut menanam pinang, namun berhalangan.
Gerakan ini menandai langkah konkret CIRMA bersama pemerintah daerah dan masyarakat desa dalam mengembangkan pinang varietas Betara sebagai komoditas unggulan rakyat yang adaptif terhadap iklim kering, berumur panjang, dan bernilai ekonomi tinggi.
Direktur CIRMA, John Mangu Ladjar kepada awak media menyampaikan pihaknya selama membina puluhan desa di Timor Barat dan melihat pinang yang ditanam adalah varietas lokal dengan usia produksi yang sangat lama atau mencapai usia 7 hingga 10 tahun. Sehingga pihaknya mendatangkan bibit pinang Betara dari Jambi dengan usia produksi hanya 4 tahun sudah bisa menghasilkan buah.
Desa Faenake, imbuh John, adalah pilot project penanaman Pinang Betara dan ke depan bibit pinang tidak didatangkan dari luar TTU karena pembibitan akan dibuat di Desa Faenake. Sehingga desa lain akan disokong oleh Desa Faenake.
“Penanaman pinang hari ini bukan sekadar menanam pohon, tetapi menanam masa depan petani kecil. Pinang adalah aset jangka panjang yang bisa menjadi pegangan ekonomi keluarga sekaligus menjaga lingkungan,” ujarnya.

Wakil Bupati TTU, Kamilus Elu saat menanam anakan Pinang Batara di lahan Desa Faenake. Foto : tim CIRMA
John Ladjar pun menekankan bahwa Pinang Betara dipilih karena memiliki keunggulan adaptif terhadap lahan kering, mulai berbuah relatif cepat (3 tahun), serta memiliki permintaan pasar yang stabil. Melalui pendekatan berbasis komunitas, CIRMA mendorong pinang tidak hanya ditanam, tetapi dikelola secara kolektif melalui kelompok tani dan koperasi agar nilai tambah tetap berada di desa.
NTT Impor Pinang Rp1 Triliun Setahun
Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) setiap tahunnya membeli pinang dari berbagai wilayah lain di Indonesia hampir mencapai Rp 1 triliun. Provinsi Jambi menjadi pemasok terbesar dengan rata-rata pembelian menyentuh angka Rp 700 miliar per tahun.
Sebelumnya, saat membuka rapat kerja daerah (Rakerda) III Partai Demokrat NTT, Sabtu, 4 November 2025, Gubernur NTT, Melki Laka Lena mengaku kaget dan tidak pernah menduga mengeluarkan satu triliun rupiah untuk membeli pinang.
“Kita beli pinang yang kita makan hari-hari, dan 700 miliar dibeli dari Jambi,” ungkapnya.
Hal serupa disampaikan Gubernur Laka Lena saat meresmikan NTT Mart by Dekranasda Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) di Desa Kesetnana, Mollo Utara, Selasa, 2 Desember 2025. Ia pun mencontohkan pembelian pinang dari luar daerah yang mencapai Rp 1 triliun setiap tahun.(*)
- Penulis: Roni Banase











Saat ini belum ada komentar