Breaking News
light_mode
Trending Tags
Beranda » Opini » Bila Hanya Membawa Keresahan, Buat Apa Berkuasa?

Bila Hanya Membawa Keresahan, Buat Apa Berkuasa?

  • account_circle Penulis
  • calendar_month Ming, 10 Okt 2021
  • visibility 5
  • comment 0 komentar

Loading

Oleh : Eddy Ngganggus

Tujuan berkuasa adalah untuk kesejahteraan orang yang dikuasainya. Menguasai orang lain dengan typical intimidatif adalah ciri penguasa yang kekuasaannya akan dicabik oleh orang yang dipimpinya. Karena tidak mungkin ada loyalis sejati di sekitarnya. Yang pasti ada hanyalah loyalis semu. Karena pada ihkwalnya tidak ada manusia yang suka dengan penguasa yang membawa keresahan ke dalam komunitas kekuasaannya.

Masih tidak percaya dan mau membuktikannya ? Jawabannya adalah silakan lanjutkan dan maksimalkan gaya berkuasamu, kelak akan terjawab kebenaran premis humanis di atas.

Penguasa jenis ini tidak sadar membenturkan nilai keutamaan dengan nilai keburukan ke dalam  lingkungan kerjanya . Nilai keutamaan tidak mungkin bisa dikuasi oleh keburukan. Jika tampaknya gaya berkuasa ini cocok dengan pendasaran bahwa perubahan di wilayah ini hanya bisa diubah dengan pendekatan kekuasaan model ini, saya ajak kita berkolaborasi  ide  berikut :  Kesejahteraan rakyat adalah hukum tertinggi, Salus Populli Suprema Lex Esto

Kesejahteraan rakyat adalah hukum tertinggi, asal muasalnya dari diksi latin,“Salus Populli Suprema Lex Esto”. Ini adalah konstitusi tertinggi, baik perspektif yudisial maupun perspektif etik. Tidak ada kebenaran etik di dalam gaya berkuasa yang menghadirkan keresahan bagi orang yang dipimpinnya .

Tidaklah mungkin kita mengharapkan garis lurus dengan menggunakan mistar bengkok. Seberapa pun mulia penguasa ingin membetulkan kesalahan yang ada bila sumpah jabatan yang pernah diikrarkan dilanggarnya pula? Di dalam sumpah jabatan itu berisi seluruh janji luhur untuk mempimpin secara baik dan benar. Ibarat induk bebek mengajarkan anak bebek berjalan. Dalam gaya bahasa Kupang bilang ; “mai bebek minta kepada anaknya agar kalau jalan panta jangan ba edok , padahal dia pung mai jalan panta ada ba edok bukan main“ (Induk Bebek minta anaknya agar saat berjalan jangan menggoyangkan pantat, padahal induknya melakukan hal serupa) heheh….bukankah itu ambigu ?

Belajar dari pengalaman mereka yang terjerat masuk ke dalam jeruji besi akibat melanggar sumpah jabatan. Mengira akan lolos dari jeratan hukum karena menganggap apa yang dilakukan itu benar dan masih in line atau on the track dengan sumpah jabatan sambil mengabaikan fakta keresahan yang sedang terjadi pada orang-orang yang dipimpinya adalah sebuah entry gate atau gerbang masuk menuju gerbang bui.

Menakar sisi yuridis normative dengan yuridis empiris ini menjadi awasan agar segera ambil haluan untuk “rendah hati” berbalik pada kebenaran sejati , bukan kebenaran semu. Sebab jika tidak, pemimpin seperti ini akan terus disandera oleh nafsu berkuasa tanpa fondasi nilai keutamaan. Jika tampak bersikap rohani , itu hanya kesan postingan di media sosial saja, ia tidak bisa mengubah realita buah yang di hasilkan yakni “keresahan” yang sedang mendera orang-orang yang dipimpin. Kecuali ia berbuah dengan nilai-nilai keutamaan.

Mengapa Hukum Tidak Menjerakan ?

Perilaku menyimpang dari para penguasa seakan tidak surut, terus berduplikasi. Ragam kategori perilaku menyimpang terutama dua tabiat ini yakni mencuri uang (baca korupsi), penjahat seksual, yakni asmara tidak wajar antara pria dan wanita tanpa ikatan perkawinan. Ini fenomena dominan penguasa yang sulit dijerakan, berikut ada 2 (dua) penyebab (menurut saya), jika pembaca punya yang lain, silakan ditambahkan :

  1. Karena alam sudah menetapkan kandidat terhukum untuk memenuhi jumlah orang-orang yang harus dipenjarakan. Pertanyaan reflekifnya, mengapa anda, dia, mereka, bukan yang lain?
  2. Hilangnya nurani dan jiwa negarawan pada diri penguasa. Nurani disekat oleh tumpukan materi . Selaput minim empati pada seorang penguasa berakar pada rendahnya integritas.

Ajakan

Menjadi orang kaya nilai akan menghindarkan penguasa dari predikat pembawa keresahan. Salah satu jalan menuju ke sana adalah dengan banyak bergaul, diskusi, berteman dengan ragam orang yang kaya nilai. Mereka itu bisa manusia, bisa buku. Santu Thomas Aquinas menyindir orang yang minim bergaul dengan buku sebagai “homo unius libri“ atau manusia satu buku.

Ayo mari berubah, bergaul dengan lebih banyak orang atau lebih dari satu buku. Semoga.

Foto utama (*/istimewa—koleksi pribadi)

  • Penulis: Penulis

Rekomendasi Untuk Anda

  • Perubahan di Sensus Penduduk 2020, Masyarakat Isi Data Sendiri

    Perubahan di Sensus Penduduk 2020, Masyarakat Isi Data Sendiri

    • calendar_month Sel, 24 Sep 2019
    • account_circle Penulis
    • visibility 2
    • 0Komentar

    Loading

    Kupang-NTT, Garda Indonesia | Sensus penduduk (SP) merupakan proses pendataan penduduk yang dilakukan 10 tahun sekali di Indonesia. Pada tahun 2020 akan diadakan sensus penduduk yang ketujuh kalinya untuk mengetahui jumlah penduduk di Indonesia. Menariknya, pada SP 2020 terdapat perubahan di mana akan dilakukan sensus daring (online). Sensus online merupakan pembaharuan yang dilakukan guna memanfaatkan […]

  • Ada Apa di Balik Pengunduran Diri Ketua IGI Flores Timur?

    Ada Apa di Balik Pengunduran Diri Ketua IGI Flores Timur?

    • calendar_month Jum, 19 Feb 2021
    • account_circle Penulis
    • visibility 2
    • 0Komentar

    Loading

    Oleh : Helmy Tukan Sedikit bicara banyak berbuat. Itulah sepenggal kalimat inspiratif yang selalu memotivasi saya selama ini dalam menjalankan tugas dan panggilan saya sebagai guru dan pendidik. Kalimat yang begitu sederhana apa adanya yang lahir dari sosok Guru Super sahabat saya, Bapak Frans Berek. Sosok Guru Muda berbakat penuh kreatifitas asal Pulau Timor ini […]

  • 106 Desa di Sulsel Terdampak Banjir & Longsor, 59 Orang Wafat & 25 Hilang

    106 Desa di Sulsel Terdampak Banjir & Longsor, 59 Orang Wafat & 25 Hilang

    • calendar_month Jum, 25 Jan 2019
    • account_circle Penulis
    • visibility 5
    • 0Komentar

    Loading

    Sulsel, gardaindonesia.id | Penanganan darurat bencana banjir, longsor dan puting beliung di Sulawesi Selatan terus dilakukan. Dampak bencana besar karena 106 desa terdampak bencana yang tersebar di 61 kecamatan di 13 kabupaten/kota yaitu Jeneponto, Maros, Gowa, Kota Makassar, Soppeng, Wajo, Barru, Pangkep, Sidrap , Bantaeng, Takalar, Selayar, dan Sinjai. Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data […]

  • Ahok Dapat Bebas Bersyarat tapi Tidak Diambil, Kenapa?

    Ahok Dapat Bebas Bersyarat tapi Tidak Diambil, Kenapa?

    • calendar_month Kam, 12 Jul 2018
    • account_circle Penulis
    • visibility 2
    • 0Komentar

    Loading

    Jakarta, gardaindonesia.id – Setelah mendekam 1 tahun 2 bulan di Rutan Mako Brimob Kelapa Dua, Depok, mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, sebentar lagi bisa menikmati udara bebas. Ahok akan mendapatkan bebas bersyarat pada Agustus mendatang. Kakak angkat Ahok, Nana Riwayatie, saat dihubungi Liputan6.com, Rabu (11/7/2018), menyatakan, selama masa bebas bersyarat ini […]

  • Indonesia Tolak Kekerasan Pada Anak

    Indonesia Tolak Kekerasan Pada Anak

    • calendar_month Jum, 20 Jul 2018
    • account_circle Penulis
    • visibility 1
    • 0Komentar

    Loading

    Sorong-Papua,gardaindonesia.id – Beberapa waktu lalu, kabar duka menyelimuti daerah Teminabuan, Kabupaten Sorong Selatan. Setelah ditemukannya seorang anak perempuan berinisal “S” (8 tahun) pada Jumat/13 Juli 2018 lalu dalam kondisi meninggal dunia, setelah hilang selama 2 hari. “S” yang dilaporkan hilang oleh orangtuanya ditemukan dalam keadaan menggenaskan di hutan sekitar tempat tinggalnya. Menteri Pemberdayaan Perempuan dan […]

  • Workshop Analis Pertahanan Negara, Dukung Kinerja Kementerian Pertahanan

    Workshop Analis Pertahanan Negara, Dukung Kinerja Kementerian Pertahanan

    • calendar_month Rab, 9 Jun 2021
    • account_circle Penulis
    • visibility 4
    • 0Komentar

    Loading

    Jakarta , Garda Indonesia | Kedudukan jabatan fungsional dalam Undang-Undang ASN dan PP Manajemen PNS diatur secara jelas dan tegas, di mana jabatan fungsional adalah sekelompok jabatan yang berisi fungsi dan tugas berkaitan dengan pelayanan fungsional yang berdasarkan pada keahlian dan keterampilan tertentu. Jadi dengan demikian, posisi dan peran dari jabatan fungsional ini, strategis sebagai […]

expand_less