Breaking News
light_mode
Trending Tags
Beranda » Opini » Diare Penyakit Terbanyak Kedua di NTT : Ubah Kebiasaan Atasi Diare

Diare Penyakit Terbanyak Kedua di NTT : Ubah Kebiasaan Atasi Diare

  • account_circle Penulis
  • calendar_month Sab, 24 Agu 2019
  • visibility 1
  • comment 0 komentar

Oleh: Josephin N. Fanggi, S.S.T.

Kupang-NTT, Garda Indonesia | “Ah, sonde apa-apa, aman sa”. Itulah kata yang sering terdengar apabila kita diingatkan untuk menjaga kebersihan tubuh dan lingkungan. Suatu pemandangan yang biasa kita lihat di provinsi tercinta kita ini.

Hal-hal beresiko seperti setelah memegang benda kotor, buang air besar, memegang makanan sisa untuk makanan ternak babi, bermain di tempat kotor hanya mencuci, tangan dengan air atau menggunakan sabun yang tidak mengandung antiseptik (anti kuman).

Kenyataan lain yang kita hadapi adalah masalah sampah dimana 4 (empat) kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur termasuk dalam 11 kota terkotor di Indonesia, menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia.

Hal yang perlu disadari adalah bahwa kebersihan tubuh dan lingkungan erat kaitannya dengan kesehatan tubuh kita. Kondisi ini sejalan dengan kenyataan yang terjadi di wilayah kita ini. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur, jumlah kasus diare di Provinsi Nusa Tenggara timur adalah terbanyak kedua setelah kasus malaria.

Menurut data Potensi Desa (Podes) Tahun 2018 dalam publikasi Statistik Potensi Desa Indonesia 2018 terdapat 198 desa/kelurahan mengalami wabah penyakit diare, terbanyak kedua setelah penyakit Demam Berdarah.

Diare adalah penyakit yang membuat penderitanya menjadi sering buang air besar, dengan kondisi tinja yang encer. Biasanya diare hanya berlangsung beberapa hari (akut), namun pada sebagian kasus dapat memanjang hingga berminggu-minggu (kronis). Pada umumnya, diare tidak berbahaya jika tidak terjadi dehidrasi. Namun, jika disertai dehidrasi, penyakit ini bisa menjadi fatal, dan penderitanya perlu segera mendapat pertolongan medis.

Beberapa kebiasaan yang dapat membuat seseorang lebih rentan terkena diare adalah jarang mencuci tangan setelah ke toilet, penyimpanan dan persiapan makanan yang tidak bersih, jarang membersihkan dapur dan toilet, sumber air yang tidak bersih, makan makanan sisa yang sudah dingin, dan tidak mencuci tangan dengan sabun yang mengandung anti kuman.

Fasilitas Tempat Buang Air Besar dan Sarana Kesehatan

Salah satu syarat agar sanitasi rumah baik adalah memiliki fasilitas tempat buang air besar atau wc. Apabila rumah tidak memiliki tempat buang air besar maka anggota rumah tangga cenderung membuang hajat (kotoran) di sembarang tempat, seperti sungai, kebun/tanah lapang, dan lain-lain.

Tempat buang air besar berguna untuk menjaga lingkungan sekitar bersih, sehat, tidak berbau, tidak mencemari sumber air di sekitarnya, dan mengundang datangnya lalat atau serangga yang dapat menjadi penular penyakit diare.

Apabila seseorang terjangkit penyakit diare parah sehingga mengalami dehidrasi dan tidak ditangani secara cepat maka dapat menimbulkan kematian. Hal ini dapat terjadi pada daerah yang terletak jauh dari tenaga atau fasilitas kesehatan dan tidak diketahui cara penanganan tradisional oleh warga (oralit).

Menurut data Potensi Desa (Podes) Tahun 2018, sebanyak 168 desa/kelurahan sebagian besar keluarganya membuang hajat bukan di jamban, dari 3.353 desa/kelurahan, hanya 1.030 desa/kelurahan yang terdapat Pusekesmas Pembantu, 967 yang terdapat Poskesdes.

Pencemaran Lingkungan

Pencemaran adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air, tanah atau udara. Menurut data Potensi Desa (Podes) Tahun 2018, 122 desa/kelurahan mengalami pencemaran air, 30 desa/kelurahan mengalami pencemaran tanah, 147 desa/kelurahan mengalami pencemaran udara 3.136 desa/kelurahan tidak ada pengolahan/daur ulang sampah/limbah. Dari 2.007 desa/kelurahan yang memiliki sungai, 105 desa/kelurahan mempunyai sungai yang menjadi tempat buangan limbah dari pabrik/industri/rumah tangga/lainnya.

Hal-hal ini mengindikasikan bahwa tidaklah mengherankan apabila diare menjadi penyakit terbanyak kedua di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Sebuah desa dikatakan menjadi desa siaga apabila memiliki satu poskesdes sehingga penanganan setiap warga yang mengalami gangguan kesehatan bisa dilakukan secara cepat.

Selain itu, menjadi kebiasaan masih ada warga yang membuang hajat bukan di jamban (seperti sungai, tanah), air di desa/kelurahannya tercemar, dan sungai di desa/kelurahannya menjadi tempat buangan limbah dari pabrik/industri/rumah tangga/lainnya.

Kebiasaan adalah hal yang dilakukan secara berulang dalam suatu komunitas dalam jangka waktu tertentu. Hal ini berarti ada proses penyesuaian atau adaptasi diri seseorang terhadap hal tersebut dan karena telah terjadi dalam jangka waktu yang lama sehingga menjadi pembiasaan bagi orang tersebut.

Yang menjadi permasalahan adalah apabila kebiasaan tersebut menyangkut hal-hal yang salah. Karena terjadi dalam waktu yang lama sehingga orang tersebut menunda dan enggan untuk mengubahnya.

Namun, hal ini tidak berarti bahwa kebiasaan ini tidak dapat diubah. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengubah kebiasaan.

Pertama, Berani untuk mengubah kebiasaan, tanpa mengambil langkah berani untuk mengubah maka kita cenderung untuk menunda atau malah enggan melakukannya.

Kedua, Mulailah perubahan tersebut dengan menggugahnya dalam hati, pikiran dan perasaan kita. Temukan kebiasaan benar, kita harus mengetahui kebiasaan yang benar untuk kebiasaan yang salah tersebut.

Ketiga, Komitmen adalah perjanjian (keterikatan) untuk melakukan sesuatu. Komitmen berarti kita harus tetap melakukan kebiasaan tersebut walaupun adanya rintangan dan halangan. Komitmen bisa dikuatkan dengan memikirkan atau membayangkan akibat yang terjadi apabila kebiasaan yang salah itu dipertahankan.

Keempat, Bersabar dan jangan menyerah, suatu kebiasaan apalagi yang sudah lama atau mengakar tidak bisa diubah secara instan. Hal ini memerlukan rentang waktu. Namun, apabila dilakukan secara terus menerus seperti halnya “kebiasaan yang lama” awalnya maka “kebiasaan baru” tersebut akan menjadi autopilot dalam otak atau orang tidak lagi berpikir untuk melakukannya (spontan).

Selain cara mengubah kebiasaan di atas, perlu adanya campur tangan dari pihak lain agar perubahan kebiasaan bisa terarah dan terjadi. Keikutsertaan tersebut adalah edukasi dari tenaga kesehatan, pihak terkait, atau masyarakat sekitar yang mengerti kebiasaan yang benar tersebut dan pengawasan secara berkesinambungan dari pihak-pihak di atas ditambah RT/RW, pendamping desa/kelurahan. (*)

Penulis merupakan ASN di Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi NTT
Editor (+rony banase)

  • Penulis: Penulis

Rekomendasi Untuk Anda

  • PON XX Papua Ditutup Wapres, Ini Nama Atlet NTT Peraih Medali

    PON XX Papua Ditutup Wapres, Ini Nama Atlet NTT Peraih Medali

    • calendar_month Sab, 16 Okt 2021
    • account_circle Penulis
    • visibility 3
    • 0Komentar

    Jayapura, Garda Indonesia | PON XX di Provinsi Papua resmi ditutup oleh Wakil Presiden Ma’ruf Amin pada Jumat, 15 Oktober 2021 di stadion Lukas Enembe. Acara penutupan dimulai pada pukul 19.00 WIT, namun antusiasme masyarakat  untuk mengikuti closing ceremony itu sudah tampak sejak siang. Protokol kesehatan tetap dijalankan secara ketat. Masyarakat yang boleh masuk ke […]

  • Siapkan Prajurit Berfisik Prima, Korem 143/HO Helat Latihan Ketangkasan HTF

    Siapkan Prajurit Berfisik Prima, Korem 143/HO Helat Latihan Ketangkasan HTF

    • calendar_month Kam, 6 Feb 2020
    • account_circle Penulis
    • visibility 0
    • 0Komentar

    Kendari, Garda Indonesia | Pada Kamis, 6 Februari 2019 bertempat di Tanah Makorem 143/Halu Oleo, Kelurahan Nanga-nanga, Kecamatan Baruga Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara telah dilaksanakan Apel pengecekan kegiatan HTF Personel Jajaran Makorem 143/HO. How To Fine The Fighter atau yang lebih dikenal dengan sebutan Materi HTF merupakan salah satu materi latihan yang disiapkan untuk […]

  • Plh. Bupati Belu Upayakan Perhatian Pemda bagi Kelas Tenun Ikat Nunupu

    Plh. Bupati Belu Upayakan Perhatian Pemda bagi Kelas Tenun Ikat Nunupu

    • calendar_month Sel, 16 Mar 2021
    • account_circle Penulis
    • visibility 1
    • 0Komentar

    Belu-NTT, Garda Indonesia | Usai menghadiri kegiatan donasi buku di TBM Lopo Cerdas Sabar di Kelurahan Manumutin, Kecamatan Kota Atambua, pada Minggu, 14 Maret 2021, Plh. Bupati Belu, Frans Manafe didampingi Ketua Komisi II DPRD, Theodorus Seran Tefa diarahkan Ketua FTBM, Romo Kris Fallo mengunjungi Kelas Tenun Ikat Nunupu, yang letaknya tidak jauh dari TBM […]

  • Legenda Fatu Kopa

    Legenda Fatu Kopa

    • calendar_month Ming, 21 Apr 2024
    • account_circle Penulis
    • visibility 2
    • 0Komentar

    Oleh: Sonny Pellokila Fatu Kopa merupakan negeri di atas awan. Di sinilah, surga duniawi bagi kaum pencinta pesona alam. Lokasi Fatu Kopa terletak di sebelah tenggara Niki-Niki dan masuk dalam wilayah adat Amnuban. Secara administrasi, Fatu Kopa terletak dalam wilayah administrasi desa Fatukopa, kecamatan Fatukopa, kabupaten Timor Tengah Selatan, provinsi Nusa Tenggara Timur. Konon ceritanya […]

  • 15 Bulan Berhenti, Dibuka Lagi Kasus Pencabulan Anak Oleh Kakek Kadung

    15 Bulan Berhenti, Dibuka Lagi Kasus Pencabulan Anak Oleh Kakek Kadung

    • calendar_month Sel, 19 Okt 2021
    • account_circle Penulis
    • visibility 1
    • 0Komentar

    Denpasar, Garda Indonesia | Kasus pencabulan dialami seorang anak berinisial MC yang dilakukan oleh kakek tirinya di Balikpapan Kalimantan Timur (Kaltim). Kasus ini bergulir tanpa kepastian meski peristiwa tersebut berlangsung cukup lama. “Peristiwanya sudah dari 1 tahun 3 bulan, tapi terduga pelaku yang harusnya ditahan nyatanya masih bebas berkeliaran menghirup udara bebas,” kata advokat Siti […]

  • Hati-hati ! Hujan Deras, Angin Kencang dan Kilat Terjadi pada 5—12 Januari 2020

    Hati-hati ! Hujan Deras, Angin Kencang dan Kilat Terjadi pada 5—12 Januari 2020

    • calendar_month Ming, 5 Jan 2020
    • account_circle Penulis
    • visibility 0
    • 0Komentar

    Jakarta, Garda Indonesia | Hasil analisis kondisi dinamika atmosfer terkini menunjukkan masih adanya potensi hujan lebat di beberapa wilayah Indonesia untuk sepekan ke depan. Berkurangnya pola tekanan rendah di Belahan Bumi Utara (BBU) dan meningkatnya pola Tekanan Rendah di wilayah Belahan Bumi Selatan (BBS) mengindikasikan terjadinya peningkatan aktivitas Monsun Asia. Kondisi tersebut dapat menyebabkan penambahan […]

expand_less