Breaking News
light_mode
Trending Tags
Beranda » Opini » Wanita Tangguh Penjual Singkong

Wanita Tangguh Penjual Singkong

  • account_circle Penulis
  • calendar_month Ming, 23 Feb 2020
  • visibility 72
  • comment 0 komentar

Loading

Oleh Drs. Ignatius Sinu, M.A.

Ibu Theresia, wanita penjual singkong, sebagaimana catatan yang saya miliki, bersama dengan rekan-rekan lainnya, bekerja berjualan aneka jenis produk pertanian di Pasar Semi Modern di Sektor Informal, sektor yang sulit sekali mendapatkan status formal, mendapatkan pengakuan dari negara sebagai sektor formal yang bisa mendapatkan penghargaan dari pemerintah.

Sektor ini sangat independen, sektor yang bebas bagi siapa saja untuk masuk ke dalamnya, dengan modal sekadarnya pun jadi. Para pelaku di sektor ini sesungguhnya individu-individu yang luar biasa. Catatan-catatan saya mengenai sektor informal di Jakarta tahun 1990-an memberikan gambaran mengenai peran yang luar biasa dari sektor ini terhadap pembangunan bangsa ini.

Di Jakarta, sektor informal hidup berdampingan dengan sektor-sektor formal, bahkan kehadirannya sangat dibutuhkan sektor formal. Warung Tegal (Warteg), Pedagang Kaki Lima (PKL) yang muncul jam-jam tertentu pada tempat-tempat tertentu memberikan warna tersendiri bagi dinamika kehidupan masyarakat perkotaan.

Saya teringat akan tulisan-tulasan saya mengenai Pengasong Buah di Jakarta, dengan fokus pada pengasong buah di dalam KRL Gambir-Depok, dengan tempat mangkal Kalibata. Saya tertarik dengan mereka, lantaran dagangan atau asongan mereka adalah mangga, jeruk, apel, salak, rambuatan; semuanya adalah hasil pertanian.

Statemen pokoknya adalah tanpa pengasong di dalam KRL banyak buah terbuang, dan banyak orang yang membutuhkan buah tidak mendapatkan buah. Pernyataan yang punya kaitannya dengan pembangunan di sektor pertanian dan kesehatan. Hasil pertanian yang tidak terjual menghambat pembangunan pertanian, dan manusia yang jarang mengonsumsi buah akan mengalami gangguan kesehatan karena kekurangan vitamin yang bersumber dari buah.

Para pengasong buah dalam KRL Gambir-Depok memiliki dua watak yang luar biasa, yaitu tangguh dan sederhana, yang mungkin pula sangat bertanggung jawab. Tangguh karena kemampuan mereka menjual buah hinggah habis terjual. Buah yang mereka ambil dipastikan habis terjual. Mereka menerapkan strategi-strategi penjualan yang sederhana, dari mendapatkan keuntungan yang signifikan, untuk tidak memperoleh keuntungan besar, hingga tidak mendapatkan keungtungan, atau ’seri’ dalam bahasa mereka.

Dalam hal ini mereka tidak mengenal prinsip merugi. Lebih dari itu mereka sangat bertanggung jawab atas keselamatan dan kenyamanan penumpang di dalam KRL. Ketika Jakarta sangat ditakuti lantaran pencurian, perampokan, pencopetan di tempat-tempat umum, orang-orang yang bepergian menggunakan jasa KRL Jakarta-Bogor aman dan nyaman. Aman dari pencopetan, pencurian, perampokan, dan nyaman lantaran kondisi di dalam gerbong-gerbong KRL dijaga kerbersihan oleh para pengasong. Manajemen KRL mendapaptkan jasa cuma-cuma dari para pengasong yang setiap saat membersihkan gerbong-gerbong KRL. Perusahaan Kereta Api menghemat puluhan juta rupiah dari biaya operasonal kebersihan dan keamanan.

Para pekerja di sektor informal, seperti PKL dan pengasong, lantaran jasa mereka yang tak terbilang, Presiden Soeharto memberikan penghargaan kepada mereka dengan sebutan ”Laskar Mandiri”, yang benar-benar bekerja atas kemampuan sendiri.

Layaknya Ibu Theresia dan rekan-rekannya di Pasar Inpres adalah pelaku sektor informal. Ketika para akademisi masih berkutat dengan kemungkinan-kemungkinan, seperti kemungkinan membuka lapangan kerja, Thresia dan rekan-rekannya sudah dan sedang berkutat dengan membuat bagi dirinya sendiri lapangan pekerjaan. Ibu Theresia, wanita paru baya beranak dua, yang ditinggal pergi (meninggal) suaminya, memilih menekuni pekerjaan yang diwariskan suami, yaitu berjualan aneka ubi di pasar Inpres Naikoten Kota Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Dengan lapak berukuran kecil, meja jualan dan tenda yang juga berukuran kecil dan sederhana, Ibu Theresia berjualan ubi kayu (singkong), ubi jalar, dan talas. Singkong menjadi jualan utama, atau komoditi utama. Keuntungan yang diperoleh dari menjual singkong sehari dapat mencapai Rp.75.000,-. Besar kecilnya keuntungan amat bergantung kepada volume jualan.

Singkong diambil dari langganannya yang datang dari Tarus, Oebelo, Oesao, dan juga dari Kupang Barat. Setiap hari ia mendapatkan pasokan 5—6 karung singkong, yang diambil dengan harga Rp.70.000—80.000,- per karung. Singkong di dalam karung dikeluarkan lalu diklasifikasi ke dalam dua kelas, yaitu berukuran kecil dan sedang. Lalu diikat dengan jumlah 3—4 batang per ikat. Untuk ukuran kecil dijual dengan harga Rp.10.000 dan ukuran besar dijual dengan harga Rp.15.000. Satu karung bisa diperoleh 10 ikat. Karena itu hasil bruto yang didapatkan ibu Theresia dari berjualan singkong tidak kurang dari Rp.75.000 per hari. Jika ibu Theresia berjualan singkong 20 hari dalam sebulan maka upah yang diperoleh ibu Theresia dari berjualan singkong adalah sebesar Rp.1.500.000; penghasilan yang tentunya lebih besar jika dibandingkan dengan honor seorang karyawan honorer.

Peran dan Nilai Juang

Theresia, wanita muda berparas cantik dan beranak dua, hidup tegar dalam balutan cintanya bersama kedua anaknya; sejak ditinggal suami dan ayah tercinta beberapa tahun silam. Ibu Theresia memilih hidup bersama kedua anaknya, dari bekerja melanjutkan pekerjaan warisan suaminya. Demi cintanya akan suami dan kedua anaknya, Theresia mencintai dan menekuni pekerjaan menjual aneka ubi di lapak yang sangat sederhana, lapangan pekerjaan di sektor informal.

Dari menekuni pekerjaan sebagai penjual singkong, ibu Theresia sanggup menghidupi dirinya, kedua anak, dan lebih dari itu membawa kesejahateraan di dalam keluarga kecilnya. Anaknya yang sulung sudah duduk di bangkus SMP kelas 2 dan yang kedua di bangku SD kelas 5. Semua biaya untuk pendidikan anak-anaknya adalah hasil berjualan singkong.

Dalam konteks yang lebih luas, terutama pembangunan di sektor pertanian, Theresia sesungguhnya memberikan kontribusi yang amat berarti. Sehari ia berhasil menjual 5—6 karung singkong. Jika volume satu karung 30 kilogram, maka setiap hari Theresia menjual 165 kilogram singkong; dan dalam sebulan ia menjual 3.300 kg atau 3,3 ton singkong basah.

Bayangkan apabila peran ini tidak diambil oleh Theresia, maka sebanyak 3,3 ton singkong petani tidak terjual setiap bulannya; pedagang perantara yang hidup dari mengumpulkan singkong dari petani ke petani pun kehilangan lapangan pekerjaan sebagai pengumpul dan pemasok singkong.

Peran Theresia sebagai pengecer singkong di pasar semi modern amat penting. Dalam bahasa sehari-hari, sebagai pengecer singkong, Theresia adalah ujung tombak penjualan singkong petani. Manakala ujung tombak tumpul maka tombak tidak berfungsi mematikan atau membunuh.

Untuk memahami peran Theresia, saya menyampaikan penghargaan kepada guru saya Harsya W. Bachtiar yang memberikan pendalaman kepada kami mengenari teori Struktural Fungsional yang dikembangkan Talcott Parsons. Harsya dalam perkuliahan lebih mengutamakan ”Teori Differensiasi Taclott Parsons”. Teori ini kemudian saya pahami dengan memberikan argumen bahwa ”kebahagiaan di dalam keluarga batih terletak pada menghargai peran dari setiap anggota keluarga; gagal akan pemahaman peran masing-masing berakibat pada ketidakbahagiaan”.

Parsons berpandangan bahwa tindakan manusia itu bersifat voluntaristik, karena tindakan itu didasarkan pada dorongan kemauan, dengan mengindahkan nilai, ide dan norma yang disepakati. Tindakan individu manusia memiliki kebebasan untuk memilih sarana (alat) dan tujuan yang akan dicapai itu dipengaruhi oleh lingkungan atau kondisi-kondisi, dan apa yang dipilih tersebut dikendalikan oleh nilai dan norma.

Theresia sebagai seorang perempuan berhasil mewujudkan tujuannya, yaitu berkeluarga, punya suami dan anak. Tujuan ini sudah dicapai, yang oleh Parsons disebut voluntaristik, yaitu didasarkan dorongan kemauan, yang proses pencapaiannya berdasarkan nilai, norma (urusan adat istiadat perkawinan). Selanjutnya dipilih pekerjaan di sektor informal dengan berjualan singkong di pasar Inpres. Berjualan dipilih sebagai sarana mencapai tujuan, yaitu penghasilan dan kesejahteraan.

Pasar Inpres Naikoten dipilih sebagai tempat dan pedagang pengumpul dipilih sebagai mitra jual. Dengan demikian terbangun struktur dengan unsur-unsur yang memiliki perannya masing-masing; peran-peran mana yang berfungsi berdasarkan nilai dan norma yang disepakati secara sukarela dan harus dijaga.

Peran Sederhana Bermakna Universal

Theresia wanita muda penjual singkong nan tegar hanyalah seorang wanita di sudut riak pembangunan di sektor pertanian; duduk di sudut sumpek menemani lapaknya tempat berjualan singkong merajut masa depan, yang ditaruh pada masa depan kedua anaknya.

Theresia adalah juga wanita berpendidikan rendah namun punya orientasi masa depan yang amat jauh ke depan, yang ditanamkan di dalam kerinduan akan masa depan yang lebih baik walau beralaskan basis ekonomi di sektor informal.

Theresia, wanita muda itu sudah, sedang, dan akan terus memainkan peran sederhana nan mulia; peran merawat pekerjaan di sektor informal, sektor yang kurang mendapatkan penghargaan dari negara, lembaga keagamaan, dan lembaga swadaya. Peran yang dimainkan itu dibalut dengan cinta yang universal tak ternilai, yang kadarnya ada pada dinamika pembangunan di sektor pertanian, dan dinamika pembangunan dalam arti yang lebih luas. (*)

Penulis merupakan Dosen Fakultas Pertanian dan menjabat sebagai Sekretaris LPPM (Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat) Universitas Nusa Cendana.

Editor (+rony banase), Foto Istimewa (*/Facebook Masyarakat Singkong Indonesia)

  • Penulis: Penulis

Rekomendasi Untuk Anda

  • Pemkot Kupang Buka Lowongan Tujuh Jabatan Kepala Dinas

    Pemkot Kupang Buka Lowongan Tujuh Jabatan Kepala Dinas

    • calendar_month Kam, 14 Agu 2025
    • account_circle Penulis
    • visibility 164
    • 0Komentar

    Loading

    Christian Widodo mengingatkan jabatan adalah amanah yang sewaktu-waktu bisa diambil, sehingga setiap pejabat harus menggunakannya untuk kepentingan masyarakat.   Kota Kupang | Wali Kota Kupang, dr. Christian Widodo, secara resmi membuka seleksi terbuka untuk tujuh Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama (JPTP) di lingkungan Pemerintah Kota Kupang tahun 2025. Acara pembukaan berlangsung di Hotel Sahid T-More Kupang, […]

  • Bank NTT & PT Talasi Teken MoU Ciptakan Aplikasi Bagi Petani

    Bank NTT & PT Talasi Teken MoU Ciptakan Aplikasi Bagi Petani

    • calendar_month Sel, 20 Des 2022
    • account_circle Penulis
    • visibility 35
    • 0Komentar

    Loading

    Waitabula, Garda Indonesia | Pada Senin siang, 19 Desember 2022 di kawasan produksi PT. Talasi Tru Origin di Jalan Rumah Budaya Wee Londa, Kecamatan Kota Tambolaka, Sumba Barat Daya, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT); berlangsung penandatanganan memorandum of understanding (MoU) antara PT. Talasi Tru Origin dengan Bank NTT. Hadir saat itu, Gubernur NTT Viktor Bungtilu […]

  • TERBIT! Sertifikat Tanah PLTP Ulumbu 5—6 Poco Leok Manggarai

    TERBIT! Sertifikat Tanah PLTP Ulumbu 5—6 Poco Leok Manggarai

    • calendar_month Jum, 28 Jun 2024
    • account_circle Penulis
    • visibility 55
    • 1Komentar

    Loading

    Mataram | PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan Nusa Tenggara (UIP Nusra) telah resmi mengantongi sertifikat tanah untuk lokasi wellpad D, E, dan F proyek pengembangan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) Ulumbu unit 5-6 (2×20 MW) di Poco Leok, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT). Lahan yang kini menjadi hak guna bangunan PT PLN (Persero) […]

  • “November 2024” Bank NTT Harus Penuhi Modal Inti Minimum Rp3 Triliun

    “November 2024” Bank NTT Harus Penuhi Modal Inti Minimum Rp3 Triliun

    • calendar_month Sen, 22 Jul 2024
    • account_circle Penulis
    • visibility 42
    • 0Komentar

    Loading

    Kupang | Jajaran direksi dan komisaris Bank Pembangunan Daerah Nusa Tenggara Timur (Bank NTT) telah menindaklanjuti keputusan rapat umum pemegang saham (RUPS) tahunan dan RUPS luar biasa (RUPS-LB) pada 8 Mei 2024 yang menyetujui rencana pembentukan kelompok usaha bank (KUB) dengan Bank DKI. Plt, Dirut Bank NTT, Yohanis Landu Praing dalam sesi perayaan HUT ke-62 […]

  • Longsor & Banjir di Masamba, Kemen PPPA Penuhi Kebutuhan Perempuan & Anak

    Longsor & Banjir di Masamba, Kemen PPPA Penuhi Kebutuhan Perempuan & Anak

    • calendar_month Ming, 2 Agu 2020
    • account_circle Penulis
    • visibility 46
    • 0Komentar

    Loading

    Masamba-Sulsel, Garda Indonesia | Bencana banjir bandang disertai tanah longsor terjadi di wilayah Luwu Utara, Sulawesi Selatan pada 13 Juli 2020. Banjir menerjang 3 (tiga) sungai besar, yaitu Sungai Rongkong di Kecamatan Sabbang, Sungai Meli di Kecamatan Baebunta, dan Sungai Masamba di Kecamatan Masamba. Hingga kini, bencana alam tersebut telah menyebabkan korban jiwa 38 orang […]

  • Napan di Batas RI–RDTL, Desa Binaan Bank NTT Kaya Aneka Produk

    Napan di Batas RI–RDTL, Desa Binaan Bank NTT Kaya Aneka Produk

    • calendar_month Jum, 18 Nov 2022
    • account_circle Penulis
    • visibility 56
    • 0Komentar

    Loading

    Kefamenanu, Garda Indonesia | Juri festival desa binaan Bank NTT, Stenly Boymau berkunjung ke Desa Napan, Kecamatan Bikomi Utara, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) pada Kamis, 17 November 2022. Napan merupakan satu dari empat desa lainnya yang menjadi peserta Festival Desa Binaan Bank NTT dan Festival PAD tahun 2022. Setibanya di lokasi, puluhan warga sudah […]

expand_less