Breaking News
light_mode
Trending Tags
Beranda » Wisata dan Budaya » Legenda Fatu Kopa

Legenda Fatu Kopa

  • account_circle Penulis
  • calendar_month Ming, 21 Apr 2024
  • visibility 2
  • comment 0 komentar

Oleh: Sonny Pellokila

Fatu Kopa merupakan negeri di atas awan. Di sinilah, surga duniawi bagi kaum pencinta pesona alam. Lokasi Fatu Kopa terletak di sebelah tenggara Niki-Niki dan masuk dalam wilayah adat Amnuban. Secara administrasi, Fatu Kopa terletak dalam wilayah administrasi desa Fatukopa, kecamatan Fatukopa, kabupaten Timor Tengah Selatan, provinsi Nusa Tenggara Timur.

Konon ceritanya bahwa nama Fatu Kopa berasal dari sebuah kapal atau bahtera yang telah berubah menjadi batu. Kapal  tersebut datang bersama manusia pertama pada saat penciptaan bumi dan segala isinya, kemudian karam dan jatuh terbalik. Setelah itu berubah menjadi batu (Nederlandsch Aardrijkskundig Genootschap 1921:795). Dari cerita legenda ini, kemudian dikembangkan lagi oleh beberapa pencerita legenda lainnya, bahwa kapal tersebut datang bersama manusia-manusia pertama yang selamat pada saat bencana alam air bah melanda bumi dan segala isinya, kemudian kandas  atau karam dan jatuh terbalik di tempat tersebut. Setelah itu berubah menjadi batu. Seluruh penghuni kapal tersebut, meninggalkan tempat itu, dan pergi untuk tinggal menetap di tempat matahari terbit di pulau Timor.

Ada pula yang mengatakan bahwa, kapal tersebut adalah kapal leluhur Liurai Loro sebagai media transportasi untuk berlayar menuju ke surga. Namun, ketika sampai di cakrawala, kapal tersebut jatuh terbalik ke bumi, lalu berubah menjadi batu.  Itulah sebabnya dalam bahasa Dawan, batu ini disebut Fatu Kopa, “batu seperti kapal terbalik” (Kruyt 1923:457).

Di sebelah timur dari Fatu Kopa merupakan lokasi pemakaman dari raja Amnatun yang meninggal pada tahun 1911. Pemakaman dilakukan secara sederhana dan tubuh dari jenazah hanya dibungkus dengan kain adat, dan ditata sedemikian rupa sehingga kelihatannya seperti sebuah perahu atau sampan terbalik (Poser 1923:278). Walaupun dalam referensi yang digunakan tidak dijelaskan secara detail, siapa nama raja Amnatun yang meninggal, namun kemungkinan besar, raja Amnatun tersebut bernama Loit Banunaek atau keluarga dekat dari raja Amnatun lainnya. Loit Banunaek digantikan oleh putranya, Muti Banunaek II sebagai raja di Amnatun pada tahun 1900.

Raja Amnatun meninggal pada tahun 1911. Pemakaman dilakukan secara sederhana dan tubuh dari jenazah hanya dibungkus dengan kain adat. Foto : istimewa

Ada versi berbeda cerita legenda tentang Fatu Kopa. Versi ini ditulis oleh G. Heujmering dalam artikelnya yang berjudul: “Geschiedenis van het eiland Timor”. Menurut Heijmering, Kopa adalah sebuah batu karang berbentuk kerucut yang sangat mirip dengan gubuk  atau rumah berbentuk kerucut khas Timor. Di sekitar Fatu Kopa adalah tempat tinggal sementara sebuah suku yang kemudian sebagian besar mendiami pulau Semau. Karena mereka mendiami tempat tersebut untuk sementara, pemimpin suku tersebut sering dipanggil dengan nama “Kopan”. Mereka datang dari Tanam Maubes akibat penindasan dan perluasan dari sebuah kerajaan di Belu Selatan (Heimering 1847:16).

Maubes adalah bentuk metatesis dari Maubesi. Namun Tanam Maubes yang dimaksud di atas, bukan terletak di Maubesi-Insana, tetapi terletak dekat sebuah teluk di Belu Selatan, di mana dulunya dikenal dengan Teluk Maubes (Nordholt 2013:64). Saat ini, Teluk Maubes disebut dengan Teluk Maubesi, dan kemungkinan besar wilayah Tanam Maubes yang dimaksud pada waktu itu adalah wilayah Hasan Maubesi di desa Fahiluka, kecamatan Malaka Tengah, kabupaten Malaka yang kita kenal saat ini.

Setelah beberapa lama tinggal di Fatu Kopa, suku kecil ini, kembali diusir oleh orang asing yang menetap di sana. Untuk mencegah perpindahan yang ketiga, mereka berpindah semakin jauh ke arah barat daya. Ke arah ini mereka menemukan suatu tempat yang belum berpenghuni (Heijmering 1847: 16). Tempat ini, kemudian dikenal dengan nama Koepang (Kupang) yang diambil dari nama pemimpin suku tersebut, yaitu Kopan.

Dari cerita-cerita legenda di atas, Fatu Kopa sepertinya memiliki 2 (dua) arti, yaitu batu seperti kapal terbalik dan batu berbentuk kerucut. Batu seperti kapal terbalik, saat ini telah menjadi tempat destinasi wisata bagi pencinta pesona alam, sedangkan eksistensi batu berbentuk kerucut masih misteri sampai saat ini. (*)

  • Penulis: Penulis

Komentar (0)

Saat ini belum ada komentar

Silahkan tulis komentar Anda

Email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang bertanda bintang (*) wajib diisi

Rekomendasi Untuk Anda

  • “Srikandi Sungai Indonesia“ Edukasi Warga Wardo Sadar Lingkungan Sungai

    “Srikandi Sungai Indonesia“ Edukasi Warga Wardo Sadar Lingkungan Sungai

    • calendar_month Rab, 3 Okt 2018
    • account_circle Penulis
    • visibility 0
    • 0Komentar

    Wardo-Biak,gardaindonesia.id – Sungai Wardo bagi masyarakat di Kampung Wardo, Distrik Biak Barat, Kabupaten Biak Numfor dan sekitarnya merupakan salah satu sumber penghidupan. Banyak aktivitas kehidupan warga dilakukan di dan dibantu oleh sungai, seperti mencuci, mandi, jalur transportasi dan aktifitas dasar lainnya. Disamping indah dan teduhnya lingkungan sungai, namun pemanfaatan Sungai Wardo belum maksimal. Melihat kondisi […]

  • Angka Kesembuhan Covid di RS S K Lerik 95,5%, dr. Lily: Kami Butuh Dukungan

    Angka Kesembuhan Covid di RS S K Lerik 95,5%, dr. Lily: Kami Butuh Dukungan

    • calendar_month Sab, 20 Feb 2021
    • account_circle Penulis
    • visibility 1
    • 0Komentar

    Kota Kupang, Garda Indonesia | Dokter Marsiana Halek, Direktris Rumah Sakit (RS) S K Lerik usai mengikuti sosialisasi Vaksinasi Covid-19 Tahap II bagi tenaga pelayanan publik dan lansia pada Jumat, 19 Februari 2021 di Aula Rumah Jabatan Wali Kota Kupang, menyampaikan kondisi terkini dari pelayanan medis terhadap pasien covid di rumah sakit Pemerintah Kota Kupang […]

  • Air Terjun Tirta Tiasa Udayana—Persembahan TNI pada TMMD ke-105

    Air Terjun Tirta Tiasa Udayana—Persembahan TNI pada TMMD ke-105

    • calendar_month Kam, 8 Agu 2019
    • account_circle Penulis
    • visibility 0
    • 0Komentar

    Klungkung-Bali, Garda Indonesia | Gembira berlimpah dirasakan warga Nyanglan, Banjarangkan, Kabupaten Klungkung, Provinsi Bali, setelah dilaksanakan program TMMD ke-105. Semula, warga hanya mendapat kabar kalau personel TNI akan membangunkan jalan baru yang membelah areal persawahan sebagai kegiatan utama. “Jalan itu memang sudah lama ditunggu-tunggu warga. Tetapi, siapa sangka ada kejutan lain bagi warga, yakni ditemukannya […]

  • Menteri Sandiaga Uno Ingin Kembangkan Wisata Kemanusiaan

    Menteri Sandiaga Uno Ingin Kembangkan Wisata Kemanusiaan

    • calendar_month Sen, 4 Jan 2021
    • account_circle Penulis
    • visibility 0
    • 0Komentar

    Jakarta, Garda Indonesia | Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, tidak hanya ingin mengembangkan wisata kesehatan di Indonesia, namun juga memperluasnya dengan wisata kemanusiaan. Untuk itu ia berupaya mengajak bekerja sama dengan sejumlah pihak. Salah satunya dengan Palang Merah Indonesia (PMI). “Bekerja sama dengan PMI, kegiatan donor darah […]

  • Silahturahmi Idul Fitri, Dubes AS Apresiasi Keamanan Indonesia

    Silahturahmi Idul Fitri, Dubes AS Apresiasi Keamanan Indonesia

    • calendar_month Rab, 5 Jun 2019
    • account_circle Penulis
    • visibility 0
    • 0Komentar

    Jakarta, Garda Indonesia | Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Wiranto menerima Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, Joseph R Donovan yang bersilahturahmi pada gelaran Open House Idul Fitri di rumah dinasnya. “Merupakan kehormatan Dubes Amerika Serikat datang ke rumah saya, (beliau) sekaligus memberikan apresiasi terhadap keamanan Indonesia yang terjaga dengan baik, dengan selamat,” […]

  • Anak TTS Tak Sekolah Terbesar di NTT, Diikuti Sumba Barat Daya dan Kupang

    Anak TTS Tak Sekolah Terbesar di NTT, Diikuti Sumba Barat Daya dan Kupang

    • calendar_month Sen, 14 Jul 2025
    • account_circle Penulis
    • visibility 3
    • 0Komentar

    Darius menekankan bahwa pemerintah, melalui berbagai kebijakan harus terus berupaya membebaskan biaya pendidikan di sekolah negeri agar semua anak memiliki akses pendidikan yang sama.   Kupang | Data Balai Penjaminan Mutu Pendidikan (BPMP) NTT menunjukkan jumlah anak tidak sekolah (ATS) di Provinsi NTT mencapai 145.268 anak yang tersebar di 22 kabupaten/kota. Kabupaten Timor Tengah Selatan […]

expand_less