Breaking News
light_mode
Trending Tags
Beranda » Opini » Tuduhan Grace Kepada Guru Besar, Menyesatkan Masyarakat Indonesia

Tuduhan Grace Kepada Guru Besar, Menyesatkan Masyarakat Indonesia

  • account_circle Penulis
  • calendar_month Jum, 9 Feb 2024
  • visibility 4
  • comment 0 komentar

Oleh : Arif Hidayat

Kian hari semakin banyak akademisi melakukan kritik terhadap pemerintahan Jokowi. Pastinya tindakan guru besar bukan tanpa alasan melayangkan protes. Sebab akademisi mengajarkan pertanggungjawaban dalam pernyataannya. Bisa dibilang ada bukti kuat dalam ungkapannya, bukan sekedar omon-omon belaka.

Anehnya, Grace menyebut Guru Besar sebagai pendukung paslon tertentu sekaligus menyatakan konsekuensi dari demokrasi itu, berisik. Tak lain untuk mengaburkan kritik dan membuat kritikan sebuah tindakan salah/keliru. Sebab tuduhan dari gerakkan civitas melakukan kritik terhadap pemerintah Jokowi sebagai tindakan dari capres tertentu.

Padahal seperti yang dituduhkan Grace, justru mahasiswa sudah berkali-kali melakukan kritik terhadap kejanggalan proses pemilu yang menabrak konstitusi. Akan tetapi, suara mahasiswa tidak ditanggapi dengan serius. Justru mereka mendapatkan intimidasi dan ancaman. Bahkan perilaku pemerintah semakin parah dalam menyalahgunakan kekuasaan. Makanya, kondisi demikian itu membuat para Guru Besar ikut bersuara. Sebab mahasiswa sudah dibungkam dengan sedemikian rupa serta civitas sebagai garda paling belakang untuk menjaga tegaknya demokrasi.

Apalagi tindakan Ketua MK dan KPU jelas melanggar kode etik berat. Sudah seharusnya produk hukumnya tidak sah atau tidak baik digunakan. Terlebih lagi, jika Gibran bukan anak Presiden, apakah Gibran mendapatkan perilaku Istimewa dari ketua umum partai dan para elite-elitenya? Pastinya tidak, sebab Ridwan Kamil yang lebih hebat dan berpengalaman dari Gibran tidak mendapatkan perilaku khusus.

Ditambah, Kaesang baru masuk 2 hari di PSI sudah menjadi ketua umumnya. Padahal ada banyak kader PSI yang lebih lama dan memiliki pengalaman di politik lebih lama. Jelas kan, semua bisa terjadi karena anak presiden.

Balik lagi dalam pelanggaran kode etik MK dan KPU. Bahwa tindakan ini sudah diputuskan oleh lembaga MKMK dan DKPP, dengan artian pelanggaran tersebut ada dasar hukumnya. Bukan lagi pernyataan asal-asalan. Sudah jelas begitu, PSI ataupun Grace malah menyalahkan tindakan civitas melakukan kritik. Seharusnya mereka sadar diri dan koreksi, bukan menyudutkan Guru Besar ataupun masyarakat secara luas.

Sudah salah, tidak mengaku salah.

Tindakan Grace justru, membuat larangan kritik terhadap pemerintah secara tidak langsung. Belum masuk parlemen saja, sudah menjual harga diri, integritas, dan selainnya untuk menjilat penguasa. Apalagi, dulu salah input dana kampanye dan makan ayam 3 ngaku 2. Sudah jelaskan tidak ada kejujuran dan integritasnya. Bagaimana, ketika nanti masuk parlemen? Kemungkinan besar hanya mementingkan diri sendiri dan partainya, bukan rakyat.

Katanya ngaku partai anak muda, tetapi kelakuannya tidak beretika dan beradab. Secara tidak langsung membuat citra anak muda menjadi jelek, padahal tidak seperti itu. Kelakuan tidak beretika dan beradab cuma dilakukan Grace dkk serta Gibran itu sendiri.

Mau bicara apa pun, tetap tidak didengarkan pihak PSI. Sebab watak seseorang itu sulit diubah, apalagi memiliki kepribadian penjilat.  Ya, semoga saja masyarakat tidak termakan omongan manis Grace dkk dan dapat berpikir jernih.

Padahal ini baru berbicara salah satu alasan Guru Besar melakukan kritik terhadap pemerintahan Jokowi. Belum lagi persoalan politisasi bansos, cawe-cawe Presiden, pejabat diperbolehkan kampanye dan memihak, menabrak konstitusi, tindakan intimidasi, dan selainnya.

Apalagi kritik dan mencela berbeda. Mencela adalah tindakan menyalahkan apa pun yang dilakukan pemerintah tanpa dasar atau pertanggungjawaban. Sedangkan kritik, tindakan penilaian dari tindakan pemerintah yang dinilai melanggar konstitusi. Sudah seharusnya pemerintah memberikan perlindungan dan kebebasan berpendapat, bukan diintimidasi.(*)

  • Penulis: Penulis

Komentar (0)

Saat ini belum ada komentar

Silahkan tulis komentar Anda

Email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang bertanda bintang (*) wajib diisi

Rekomendasi Untuk Anda

  • Presiden Jokowi: Setelah B20 Kita Akan Beralih ke B30

    Presiden Jokowi: Setelah B20 Kita Akan Beralih ke B30

    • calendar_month Sel, 13 Agu 2019
    • account_circle Penulis
    • visibility 1
    • 0Komentar

    Jakarta, Garda Indonesia | Pemerintah ingin bergerak cepat dalam mengurangi ketergantungan pada energi fosil dan impor bahan bakar minyak. Salah satu upaya yang dilakukan ialah dengan menerapkan kebijakan kewajiban biodiesel 20 persen atau B20. “Kita ingin lebih cepat dan mulai dari B20 ini kita ingin mengurangi ketergantungan pada energi fosil dan juga yang paling penting […]

  • Usai Diskon Listrik, Prabowo Luncurkan Medical Check Up Gratis

    Usai Diskon Listrik, Prabowo Luncurkan Medical Check Up Gratis

    • calendar_month Sab, 4 Jan 2025
    • account_circle Penulis
    • visibility 2
    • 0Komentar

    Dilansir laman resmi Kementerian Kesehatan, program pemeriksaan kesehatan gratis atau medical check up ini berbeda dari skrining Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang mencakup 14 jenis penyakit.   Jakarta | Presiden Prabowo Subianto bakal memberikan pemeriksaan kesehatan (medical check up) gratis bagi masyarakat yang sedang berulang tahun. Pemerintah pun mengucurkan anggaran negara tahun 2025 sebesar Rp3,2 […]

  • Interpelasi, Siapa yang Takut? Dan Kenapa Takut?

    Interpelasi, Siapa yang Takut? Dan Kenapa Takut?

    • calendar_month Sab, 25 Sep 2021
    • account_circle Penulis
    • visibility 0
    • 0Komentar

    Oleh: Andre Vincent Wenas Oke, pertanyaan pertama dulu ya. Siapa yang takut dengan interpelasi? Apakah Gubernur Anies Baswedan? Atau ketujuh fraksi itu? Gerindra, Golkar, NasDem, Demokrat, PAN, PKS, PKB-PPP. Atau keduanya? Ya Anies ya ketujuh fraksi itu, sama-sama takut. Kenapa Anies mesti takut dengan interpelasi? Apakah ada yang ia tidak mampu menjelaskannya, atau dibuat tidak […]

  • Salat Iduladha 1440H, Presiden Jokowi Serahkan Sapi Ongole seberat 1,2 ton

    Salat Iduladha 1440H, Presiden Jokowi Serahkan Sapi Ongole seberat 1,2 ton

    • calendar_month Ming, 11 Agu 2019
    • account_circle Penulis
    • visibility 1
    • 0Komentar

    Bogor, Garda Indonesia | Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana melaksanakan salat Iduladha 1440 H di Lapangan Astrid, Kebun Raya Bogor, pada Minggu, 11 Agustus 2019. Tiba sekitar pukul 06.35 WIB, Presiden tampak bersarung dengan mengenakan kemeja koko putih lengkap dengan peci hitam. Kedatangan Presiden disambut oleh di antaranya Wali Kota Bogor Bima Arya […]

  • Gubernur NTT Minta Bupati & Wali Kota Hadir di Tengah Masyarakat

    Gubernur NTT Minta Bupati & Wali Kota Hadir di Tengah Masyarakat

    • calendar_month Sen, 21 Des 2020
    • account_circle Penulis
    • visibility 1
    • 0Komentar

    Kupang-NTT, Garda Indonesia | Pada rapat yang dilaksanakan secara virtual di aula rumah jabatan Gubernur NTT pada Minggu, 20 Desember 2020, dalam Rangka HUT ke-62 Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Gubernur Viktor Bungtilu Laiskodat (VBL) dalam arahannya menyampaikan pada para Bupati dan Wali Kota untuk bekerja lebih giat dan bersinergi dengan baik untuk mendukung pembangunan […]

  • “Lukisan Anak & Nama Bayi” Saat Menteri Bintang di Lokasi Pengungsi Mamuju

    “Lukisan Anak & Nama Bayi” Saat Menteri Bintang di Lokasi Pengungsi Mamuju

    • calendar_month Jum, 29 Jan 2021
    • account_circle Penulis
    • visibility 2
    • 0Komentar

    Mamuju-Sulbar, Garda Indonesia | Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) RI, Bintang Puspayoga, meninjau lokasi dampak bencana alam gempa bumi di Kabupaten Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat pada Kamis, 28 Januari 2021. Bersama Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI (Menko PMK), Muhadjir Effendy dan Menteri Sosial RI, Tri Rismaharini, kunjungan Menteri Bintang Puspayoga guna […]

expand_less